Setelah ejekan jahat itu, Feng Bujue tidak berbicara lagi, membiarkan Janggut Abu-abu mengamuk di tempat.
Selama satu menit penuh berikutnya, teriakan sumpah serapah dari suara serak Janggut Abu-abu terus bergema di saluran publik... sampai seseorang (Max) mematikan paksa walkie-talkie-nya, suara itu akhirnya berhenti.
"Apa bijaksana memprovokasi lawan seperti ini?" Laden menatap Jue Ge dan bertanya.
"Heh... Bahkan jika aku tidak memprovokasinya, dia tetap tidak akan melepaskanku, bukan?" Feng Bujue menunjuk dua mayat di tanah dengan jarinya, "Kedua orang ini tadi langsung menembakku tanpa bicara, artinya perintah yang mereka terima sebelum ke pulau adalah 'jangan tinggalkan saksi'. Dalam situasi seperti ini, untuk apa aku bersikap sopan?"
"Hmm... Benar juga." Laden mengangguk, "Tapi... meski begitu, alih-alih berkomunikasi dengan mereka, mengapa kau malah membocorkan identitasmu di saluran publik dan sengaja memancing amarah Janggut Abu-abu?"
"Ada dua tujuan." Feng Bujue memasang walkie-talkie di pinggangnya, mengangkat satu tangan dan mengacungkan jari, "Pertama, aku ingin menguji karakter Si Kumis Abu-abu..." Dia berhenti sejenak, "Jika dia tidak merespons setelah mendengar ucapanku, atau menertawakan ejekanku, berarti dia lawan yang dingin dan penuh kelicikan." Dia tersenyum, "Hehe... Tapi sejauh ini, dia berperilaku seperti bandit tulen - impulsif, brutal, langsung mengamuk saat diprovokasi."
"Ini seharusnya hal yang baik," sahut Laden.
"Belum tentu," jawab Feng Bujue, "Orang kejam belum tentu bodoh, orang tenang juga belum tentu bijak." Sambil mengatakan ini, dia mengacungkan jari kedua, "Karena itu... aku melakukan ujian kedua."
"Oh? Apa itu?" Tanya Laden dengan raut wajah penuh keheranan.
……
Pada saat yang sama, di Kapal Pesiar Dolphin.
Saat ini, di bawah komando Max, para bajak laut telah menyelesaikan pengambilalihan total kapal.
Kecuali Haven yang mendapat "perlakuan khusus", semua orang lainnya telah dikurung oleh para bajak laut.
Kapten Joseph bersama awaknya, serta seluruh staf program "Wilderness Survival: Racun" (termasuk kameramen, tim medis, logistik, dll.), semuanya dikurung di ruang monitor kapal.
Sedangkan lima "sandera penting" yaitu Buffett, Arhat, Roschild, Obama, dan Gu dipindahkan ke ruang istirahat sebelah ruang monitor. Meskipun empat di antaranya mengalami luka di lutut, setelah menjalani perawatan semalaman, mereka telah memulihkan kemampuan bergerak dan bisa berjalan pincang.
Bagaimanapun settingan dunia ini berada di abad ke-25. Selain teknologi canggih seperti "Semut" (teknologi 'Semut' dalam arc Bumi Pasca-Apokaliptik umumnya hanya dimiliki tentara, lembaga sains, dan rumah sakit level tinggi yang tidak ada di kapal pesiar ini. Selain itu, karena biaya teknologi ini sangat mahal, masyarakat biasa juga tidak mampu. Penjahat seperti Greybeard sama sekali tidak memiliki hak penggunaan, meskipun kaya tak ada tempat yang mau merawatnya), teknik medis konvensional manusia sudah sangat maju, setidaknya di bidang bedah... Selama pertolongan tepat waktu, penyembuhan sangat mudah dan cepat.
"TM ini bagaimana? Siapa itu! Brengsek itu berani bicara seperti itu padaku!" Di ruang kapten, Greybeard masih berteriak dengan amarah.
“Hahaha…” Di sudut ruang kapten, Huan Meilong yang terikat di kursi tertawa mengejek, “Dia adalah teror yang terbang di kegelapan malam~ Dia adalah cacing gelang bersayap yang menyiksamu dalam mimpi buruk…” Kemampuannya memanas-manasi situasi juga lumayan, “Dia adalah psoriasis di jari telunjukmu~ Dia operator yang memutuskan teleponmu…”
“Kau sudah selesai belum? Brengsek!” Janggut Abu-abu menoleh dan memaki.
“Dia adalah permen karet yang menempel di sol sepatumu~ Dia telepon salah yang membangunkanmu jam 3 pagi~ Dia siaran khusus yang mengganggu sinetron favoritmu~ Dia siput yang merayap di bunga haitangmu~ Dia orang aneh yang duduk terlalu dekat di bus… Dia adalah…” Huan Meilong membuktikan dengan aksi… bahwa dia belum selesai.
“Cukup!” Kali ini, Max lah yang menghentikan Huan Meilong yang terus mengoceh, “Berhenti mengutip dialog dari 'Feitian De (Darkwing Duck)', aku sudah tahu sejak kalimat pertamamu.”
Sebagai orang dengan imajinasi cukup kaya, kecerdasan tinggi, dan sedikit germofobia, Max merasa sangat tidak nyaman mendengar dialog-dialog ini.
“Oh? Ternyata bajak laut juga menonton kartun?” Huan Meilong tertawa.
"Waktu luangku lebih banyak dari yang kau bayangkan, Tuan Belum Tuli." Jawab Max, "Begitulah hidup di kapal... Selain urusan rutin dan pekerjaan perencanaan operasi, sebagian besar waktu aku menganggur." Dia berhenti sejenak, "Sejak usia sembilan tahun aku sudah menyelesaikan semua kurikulum kelas 1-12 melalui internet, dan mulai mengambil mata kuliah jurusan. Karena keterbatasan sumber daya di kapal, aku meninggalkan beberapa mata pelajaran yang membutuhkan eksperimen, memilih ekonomi, hukum, dan manajemen. Mempertimbangkan prinsip keseimbangan kerja-istirahat... Untuk merilekskan otak, sambil belajar aku biasanya memutar rekaman visual hiburan dengan multitasking, sehingga... tanpa sengaja menonton banyak film animasi secara acak dan menghafal semua isinya." Setelah mengatakan ini, dia diam selama dua detik, lalu menambahkan, "Oh, sekadar info, alasan aku hanya menonton animasi karena batasan usia. Film dan drama sekarang terlalu banyak unsur kekerasan dan seks, tidak cocok untuk anak seusiaku."
Belum Tuli mendengar perkataan penuh bahan kritikan ini sampai tidak tahu harus tertawa atau menangis. Dalam hati dia bergumam: "Dasar anak ini! Setiap hari bergaul dengan bajak laut pembunuh berdarah dingin, hal-hal yang kau serap secara tidak langsung jauh lebih berdarah-darah dan nyata daripada di film! Lagipula, usia mentalmu benar-benar masih layak disebut anak-anak? Kalau kau bilang diri sebagai time traveler pun aku percaya!"
"Cukup... obrolan santai sampai di sini." Janggut Abu-abu melangkah mendekat dengan kaki kayunya yang berderak, "Cepat katakan... siapa sebenarnya Stephen Carbon itu?"
“Dia seorang penulis.” Hai Meilong membalas, “Hehe… Kalau kau bisa membaca, mungkin kau pernah baca bukunya…” Meski sudah jadi tahanan, dia tetap tak henti mengejek lawannya.
Duar!
“Aah——”
Ucapan Hai Meilong itu berbuah siksaan fisik lagi. Telapak kakinya yang patah remuk tak kunjung diobati; setiap kali dia memancing kemarahan Greybeard, si tua itu akan “dengan lembut” menyentuh lukanya menggunakan kaki kayu sebagai balasan.
“Penulis ya…” Max merenung, “Ini agak tak terduga… Tindakannya tidak seperti orang berpendidikan…” Sambil bicara, dia sudah sampai di konsol kabin kapten, berjinjit dan mulai mengoperasikannya dengan cepat.
Beberapa detik kemudian, rekaman dua kalimat Feng Bujue terdengar lagi, diputar di layar besar kabin kapten.
Max menaikkan volume rekaman, mendengarkannya lima kali berulang, lalu tersenyum: “Hah… Jadi begitu rupanya.”
“Nak, nemu apa?” Greybeard yang tak menangkap sesuatu dari rekaman itu tahu, ekspresi ini pertanda putranya telah menemukan petunjuk.
“Apapun motivasi Tuan Karbon berbicara di saluran publik, yang jelas… dia tak sengaja membocorkan dua informasi.” Max melanjutkan, “Pertama, setidaknya ada satu orang lagi di dekatnya…” Dia jeda sebentar, menoleh ke ayahnya, “Kedua, posisinya berada di dekat sumber air yang mengalir…”
……
"Eksperimen kedua yang kulakukan adalah sengaja membuat lawan mendengar suara aliran sungai kecil di latar belakang……"
Di sisi lain, Feng Bujue dan Laden telah mendaki dataran tinggi di sekitarnya dan bersembunyi. Tempat persembunyian mereka saat ini kebetulan memiliki sudut pandang yang jelas terhadap dua mayat bajak laut sebelumnya.
"Kita akan menunggu di sini selama satu jam. Jika tidak ada yang datang, atau baru ditemukan setelah empat puluh menit, itu berarti... Kelompok Janggut Abu-abu hanyalah kumpulan preman biasa. Tapi... Jika dalam setengah jam sudah ada bajak laut yang datang dengan jelas mengikuti aliran sungai kecil, kita harus waspada..." Feng Bujue menjelaskan sambil menatap mayat di kejauhan, "...Karena di antara mereka ada seorang yang pintar... Permainan strategi dengan orang ini akan menjadi kunci keselamatan kita."
