Lima pemain yang masuk quest bersama Feng Bujue tidak tahu bahwa settingan quest ini berada di dalam otak Zhuan Jiezun, mereka juga tidak mendapat perlakuan khusus seperti Jue Ge.
Bagi mereka, ini hanyalah proses loading yang sangat biasa.
Setelah CG pembuka itu, semua orang tiba di sebuah gubuk kayu tua yang reyot.
Setelah penglihatan pulih, terlihat sebuah ruangan yang tidak terlalu besar. Di tengah ruangan terdapat meja kayu berkaki empat dengan lentera menyala di atasnya. Selain meja dan lentera, tidak ada perabot lain di ruangan ini.
【Misi Utama Telah Dipicu】
【Cari tulang belulang "Aku".】
Begitu semua berdiri, notifikasi sistem langsung berbunyi. Sekilas… misi utama kali ini cukup standar, sistem tidak memberikan batasan apapun.
“Eh? Jue Ge mana?” Setelah bisa bergerak, Xiao Tan pertama kali menyadari ada yang hilang dari rombongan.
“Dari kolom tim, statusnya masih ‘Bertahan hidup’…” Ruo Yu segera menyahut, “Mungkin titik teleportasinya berbeda dengan kita.”
"Ah! Feng Bujue!" Saat itu, salah satu dari dua pemain tak dikenal yang bertubuh gemuk melihat ID Jue Ge di kolom tim, ia langsung berteriak kaget, "Woy... Jangan-jangan ini adalah itu~lah~ Feng Bujue yang terkenal?"
Pemain kurus di sampingnya menimpali, "Masih ada Feng Bujue yang mana lagi? Ya pasti itu~lah~ Feng Bujue yang dimaksud!"
Kedua pemain ini berjenis kelamin laki-laki, terlihat sekitar dua puluh tahun, tinggi badan sekitar 1,7 meter, ciri khas mereka satu gemuk dan satu kurus.
Yang gemuk berambut cepak, matanya berbinar-binar dengan alis persegi panjang seperti rumput laut. ID-nya adalah 【Detektif Terkenal Buu】, gelarnya "Roda Angin Api Manusia".
Yang kurus berambut panjang, wajahnya seperti kekurangan gizi, seolah-olah akan roboh tertiup angin. ID-nya 【Dokter Militer Ob】, gelar "Stasiun Logistik Humanoid".
Dari nama game mereka berdua, jelas terlihat ini adalah dua player casual. Bahkan sebelum mulai bermain, mereka sudah merencanakan kecenderungan spesialisasi masing-masing.
"Kalau anggota Garis Depan Neraka ini mewakili level tertinggi player casual, maka Buu dan Obu bisa dibilang masuk tier kedua. Tentu... ini juga tidak buruk. Pemain di level ini meski tak bisa melakukan trik dewa seperti 'Top-Tier' jago, tapi juga tak melakukan kesalahan konyol. Pemahaman mereka tentang peralatan, Skill, Spesialisasi, dan Quest... sangat matang. Dengan leader kompeten, pemain tier kedua seperti ini tetap bisa memberi kontribusi besar untuk tim."
"Analoginya... pemain jenis ini seperti 'role player' di NBA. Membuat tim terlihat keren mudah dengan satu dua superstar, tapi untuk juara total dibutuhkan role player seperti mereka. Merekalah fondasi tim, mewakili 'kedalaman bangku cadangan'."
"Wah! Kalian... anggota 'Garis Depan Neraka' ya!" Beberapa detik kemudian, Buu melihat lencana guild di kostum tiga orang itu, teriak histeris lagi.
"Iya..." Xiao Ling mengernyitkan matanya, "Tapi... guild kami tidak terlalu terkenal, kenapa semangat banget?"
"Kalian satu guild dengan 'Crazy Dewa' lho..." Suara lemas Obu menyela, "Bukankah ini hal luar biasa?"
"Lu... luar biasa?" Mendengar ini, Xiao Ling pun bengong.
"Oh begitu..." Ruo Yu membaca situasi, langsung menyimpulkan, "Kalian ini fan Bujue In Game ya..."
Dia sengaja menambahkan prasyarat "In Game" terutama untuk membedakan dirinya (fan di dunia nyata) dengan mereka.
"Benar!" Buu menatap dengan mata bulat besarnya, "Kami bertekad menjadi ahli kelas atas yang unik seperti Feng Da Shen!"
"Soal keunikan, aku setuju." Ruo Yu menyambut dingin. Makna tersiratnya... kata "kelas atas" terasa sia-sia jika digunakan pada Jue Ge.
Kemudian, kelima mereka mengobrol selama beberapa menit untuk saling mengenal.
Buu dan Uub adalah anggota luar "Langit Bumi (studio tempat Strategos bekerja)" (sifatnya mirip dengan Cái Bù Pà Ne di Jianghu). Meski bukan pemain profesional yang kerja shift, mereka tetap tulang punggung guild.
……
Sekedar penjelasan... di dunia novel ini, 95% studio game -besar/kecil- merekrut anggota luar: "pemain non-profesional yang direkrut in-game". Bahkan guild "Ice Emperor" Tuan Atobe pun merekrut anggota online seperti Heibai Hui... ini sudah jadi pengetahuan umum di industri.
Karena dalam game online besar, "jumlah anggota" juga simbol kekuatan - faktor penting bagi guild/negara mana pun. Gaya elitisme seperti "Kelompok Bajak Laut Topi Jerami" di sebagian besar game... tidak akan bertahan.
Contoh sederhana, dalam suatu game online, muncul BOSS di area liar. Saat itu, guild A datang dengan 100 orang, guild B datang dengan 200 orang. Menurutmu siapa yang bisa merebutnya? Ini sudah jelas... Guild B bahkan bisa mengalokasikan 100 orang untuk PK dengan guild A guna mengulur waktu, sementara 100 orang sisanya tetap bisa memburu BOSS...
Sebagian besar game yang mengizinkan PK paksa memang seperti ini, tidak ada logika yang bisa diperdebatkan. Siapa yang lebih kuat, dialah yang punya hak suara. Istilah seperti "first come first served", "aturan Jianghu", atau "beri aku muka"... semuanya hanyalah jargon negosiasi yang digunakan ketika kekuatan seimbang. Ketika kekuatan timpang, ada jargon negosiasi lain seperti "X!", "pergilah kau!" atau "apa kau sudah bosan hidup?"
Singkatnya... jumlah personel sangat penting. Satu orang tambahan berarti satu kekuatan ekstra. Bahkan studio profesional seperti "Order" yang dipenuhi high-level player pun tidak berani berkata "kami tidak butuh anggota luar". Faktanya, mereka tidak hanya butuh, tapi dalam jumlah besar... Kecuali untuk game kompetitif skala tim/individu, Order selalu menawarkan insentif menggiurkan di setiap game online untuk menarik anggota luar berkualitas. Bukan hanya mereka... Jianghu, Bintang, Para Dewa, Corpse Blade dll... berbagai studio dengan skala dan gaya khas masing-masing juga melakukan hal serupa.
Hanya studio "tertutup" seperti Blade yang memiliki alasan khusus, hingga tidak menerima anggota luar sama sekali.
……
Beberapa menit kemudian, Xiao Tan tiba-tiba mengubah ekspresi dan bertanya, "Apa kalian mencium bau aneh?"
Sebagai seorang ahli bedah, indra penciuman Xiao Tan cukup tajam, terutama saat mencium aroma reagen kimia tertentu...
"Setelah kau sebutkan, memang ada bau..." Buou mengerutkan hidung sambil menghirup udara, "... aneh dan menyengat..."
"Formalin." Xiao Tan langsung menyebutkan jawabannya sambil berjalan ke sudut pondok kayu, "Sepertinya berasal dari balik pintu ini."
Ruangan tempat mereka berada saat ini berukuran sekitar tiga puluh meter persegi; langit-langit berbentuk segitiga melengkung yang ditopang dua balok utama bersilangan dan beberapa pilar penyangga; lantai di bawah kaki mereka meskipun kotor dan usang, belum sampai mengeluarkan bau busuk; dinding di sekeliling terbuat dari batang kayu horizontal yang disusun melingkar tanpa satu pun jendela, namun terdapat satu pintu di masing-masing dua dinding yang berdekatan.
"Hmm... Tidak bisa dibuka." Xiao Tan memegang gagang pintu dan memutarnya, lalu terdengar notifikasi 【Pintu ini terkunci】 di telinganya, "Sepertinya butuh kunci." Ia berhenti sejenak, "Yah... Aku yakin baunya berasal dari balik pintu ini."
"Pintu di sini juga..." Oubu yang berada dekat pintu satunya mencoba membukanya, namun mendapat notifikasi yang sama.
"Aneh..." gumam Xiao Tan, "Dua-satunya pintu keluar terkunci semua..." Ia merenung sejenak, "Kalau begitu... Pasti ada setidaknya satu kunci di ruangan ini."
"Hmm... Tidak ada di bawah meja." Saat Xiao Tan berbicara, Xiao Ling sudah berjongkok memeriksa. Di bayangan bawah meja, sisi dalam empat kaki meja, dan bagian belakang desktop... tidak ada apa-apa.
Huu——
Tepat di saat itu, sebuah suara halus terdengar di dalam ruangan.
Semua orang menoleh ke arah suara, dan melihat... di sudut yang tadinya kosong, muncul seorang pria berjas panjang ungu.
"Maaf, terlambat." Pandangan Feng Bujue menyapu wajah kelima orang itu, lalu tersenyum santai, "Ada urusan sepele... sedikit tertunda."
Chapter 642: Lagu Menyeramkan Anak-Anak (4)
"Baru pertama kali dengar loading quest bisa 'tertunda'..." Ruo Yu memandang Jue Ge sambil bergumam.
"Hehe... Lupakan saja." Kalimat Feng Bujue ini terdengar seperti basa-basi, tapi sebenarnya mengandung makna tersirat——"Sekarang bukan waktu yang tepat untuk membicarakan ini".
Ketiga anggota Garis Depan Neraka mengerti maksudnya, jadi tidak ada yang menanggapi. Adapun dua pemain lainnya...
"Wah! Ini Dewa Gila! Asli!" Buou langsung menyambar begitu melihat Jue Ge, seolah ingin menjatuhkannya.
Oubu juga buru-buru mendekat, mengintip wajah Feng Bujue dengan mata kosongnya yang membelalak, seperti sedang mengamati monster yang hanya ada di film.
"Apa maksudmu?" Feng Bujue yang terkejut dengan situasi mendadak ini mencoba menghalangi kedua orang itu sambil berseru, "Ada keperluan apa? Apa kalian berniat mengubahku jadi coklat lalu memakanku?"
"Hmm... Memang layak disebut Dewa Feng, bahkan sindiran dadakan pun punya kedalaman..." Buu memandang Jue Ge dengan ekspresi kagum.
"Hmm... Benar-benar Dewa Feng, masuk quest saja lebih lambat sedikit dari orang biasa..." Uub mengangguk menyambung.
"Kedua hal itu sepertinya bukan sesuatu yang patut dibanggakan..." Xiao Ling mengernyitkan matanya, menyelutuk dari samping.
"Oh~" Setelah berpikir sejenak, Feng Bujue segera menyadari kedua pemain ini adalah fansnya. Dengan senyum ia menjawab, "Panggil saja Feng Bujue. Julukan 'Dewa Feng' terdengar aneh, seolah aku dukun gila ritual pemanggangan arwah."
"Mana bisa!" Buu menjawab dengan serius, "Memanggil Dewa Feng langsung dengan nama asli itu tidak sopan!"
"Lah... Ini kan cuma nickname dalam game... Lagipula, meski itu nama asli pun tidak apa-apa. Bukankah nama memang untuk dipanggil?" batin Feng Bujue.
Tapi di permukaan, Jue Ge tetap tenang dan menawarkan solusi kompromi: "Begini... Kalian panggil saja 'Guru Jue', bagaimana?"
"Baik!" Buu berseru antusias, "Benar-benar Guru Jue... Cuma memberi panggilan biasa saja bisa penuh makna..."
Oub juga berkata: "Memang layak disebut Guru Jue... Julukan yang dibuatnya bahkan lebih aneh sedikit daripada orang biasa..."
"Ha...haha..." Feng Bujue menunjukkan senyum canggung sambil melampiaskan dalam hati, "Dua orang inikah rekan tim acak kali ini... Haruskah aku merasa senang atau menyebalkan..."
"Ehem." Feng Bujue membersihkan tenggorokannya lalu mengarahkan pembicaraan ke topik utama, "Kalau begitu... Aku tanya, perkembangan quest sejauh ini bagaimana?"
"Lihat sendiri." Ruo Yu sedikit memiringkan kepala, memberi isyarat dengan pandangan agar Jue Ge mengamati sendiri.
Ruo Yu tahu Feng Bujue bisa mengamati lingkungan dari tingkat data, jadi dia malas menjelaskan. Tapi anggota lain tidak tahu hal ini...
"Guru Jue, ruangan ini punya dua pintu keluar..." Bou dengan semangat berlari ke tepi dinding, menunjuk kedua pintu di sisi kiri-kanan dengan tangan, "Kedua sisi memberi notifikasi 【Pintu ini terkunci】."
"Dari balik pintu itu tercium aroma formalin." Oub menunjuk pintu di belakang Xiao Tan dan berkata cepat.
"Hei... Itu kan temuanku." Xiao Tan mencibir, menunjukkan ekspresi seperti hasil jerih payahnya dicuri.
"Di bawah meja tidak ada apa-apa, sudah kuperiksa." Xiao Ling segera menyambung, "Sebelum kamu muncul, aku sedang ingin melompat ke balok atap untuk melihat."
"Tidak perlu serumit itu..." kata Feng Bujue sambil melangkah mendekati meja, "Mungkinkah ada di..." Tangannya mengangkat lampu minyak di atas meja, "...sini?"
"Detik berikutnya, pandangan semua orang tertuju ke sana, melihat... kunci yang tersembunyi di bawah lampu."
"Ya! Kenapa aku bisa melewatkan bagian itu." Xiao Ling menggerutu dengan penyesalan melihat situasi tersebut.
"Inilah yang disebut 'hitam di bawah lampu'..." Feng Bujue mengangkat bahu, mengambil kunci itu dan melihat deskripsi item.
【Nama: Kunci Tembaga yang Pudar】
【Jenis: consumable】
【Kualitas: Normal】
【Fungsi: Membuka pintu di suatu tempat】
【Dapat dibawa keluar dari quest: Tidak】
【Catatan: Kunci ini hanya cocok untuk satu pintu. Tidak akan terkonsumsi jika dimasukkan ke lubang kunci yang salah.】
Kemudian, dia mengangkat kunci itu untuk menunjukkan deskripsi item kepada rekan tim.
"Hmm... Begitu rupanya. Jadi lebih sederhana." Dua detik kemudian, Buou bergumam, "Dari 'catatan' kunci ini, kita tidak perlu khawatir menghabiskan kunci karena salah memilih pintu, atau harus memilih di antara dua pintu. Pokoknya hanya pintu yang 'sesuai' saja yang bisa dibuka. Jadi... langsung dicoba saja ke pintunya."
"Oh? Cepat juga otakmu bekerja." Feng Bujue memandang Buou dengan ekspresi kagum.
"Heh... hehehe..." Wajah gemuk Buou menampakkan ekspresi yang hanya dimiliki anak SD saat dipuji. Dia menggaruk pipi dengan jarinya sambil tertawa kikuk, "Jangan berlebihan, Guru Jue. Bagaimanapun juga aku adalah pria yang bercita-cita menjadi detektif terkenal."
"Benar, bakat deduksi Buou memang luar biasa." Obu di sampingnya juga mengangguk setuju.
"Hmm... Ngomong-ngomong..." Saat itu, Feng Bujue baru menyadari, "Aku baru sadar... Kalian ini kombinasi 'detektif terkenal' dan 'dokter militer tua' ya..."
"Iya, seperti Sherlock Holmes dan Dr. Watson!" Mata Buou berbinar-binar menyambut.
"Guru Jue, pasti kamu menganggap kami kekanak-kanakan kan?" Oubu menyambung dengan suara berat, "Tapi tidak apa... Mimpi yang ditertawakan orang lain, justru lebih berharga untuk diwujudkan."
"Tidak juga... Menurutku cita-cita seperti ini cukup normal, mirip dengan keinginanku waktu kecil..." Feng Bujue menjawab dengan ekspresi datar sambil melirik Xiao Tan.
Xiao Tan tersenyum canggung padanya.
"Hah..." Xiao Ling sudah tidak bisa menahan tawa, menutup mulutnya sambil terkekeh.
Ruo Yu memandangi Jue Ge dan Xiao Tan dengan tatapan putus asa, menghela napas panjang.
"Oh! Benarkah? Sesuai dugaan Guru Jue... Mimpi masa kecilnya saja sudah begitu dalam..." Kekaguman Buou kembali membara.
Mata Oubu yang kosong tiba-tiba berkilau: "Sesuai dugaan Guru Jue... Target hidupnya bahkan lebih tinggi sedikit dari orang biasa..."
"Ha... haha... Lebih baik kita cepat mencoba kuncinya..." Untuk menghentikan pujian tak berujung mereka, Feng Bujue segera tertawa kering dua kali sambil berjalan ke pintu di belakang Xiao Tan, "Coba pintu ini dulu, baunya mencurigakan di balik sini."
Sambil berbicara, Jue Ge sudah sampai di depan pintu, mengarahkan kunci ke lubang kunci. Tapi setelah mencoba beberapa kali, ia menyadari kunci itu tidak bisa masuk.
"Bukan yang ini..." gumam Feng Bujue sambil berjalan ke pintu lain, "Kalau begitu pasti di sini..."
Kesimpulan ini cukup logis, karena di ruangan ini hanya ada dua pintu. Setidaknya kunci ini harus bisa membuka salah satunya.
Namun... kenyataannya...
"Hah?" Wajah Feng Bujue berubah saat berdiri di depan pintu yang tidak berbau, "Bukan yang ini juga..."
"Ada apa?" tanya Xiao Tan ragu, "Jue Ge, jangan-jangan kamu memasangnya terbalik?"
"Masa sih... Aku sudah mencoba segala arah." jawab Feng Bujue, "Sepertinya kunci ini..." Ia menunduk memandang kunci di tangannya, "...untuk pintu lain di tempat lain, bukan dua pintu di depan kita ini."
"Hah?" Buou bingung, "Tapi masalahnya... kalau tidak membuka kedua pintu ini, kita tidak bisa ke 'tempat lain'."
Oubou menambahkan, "Apa mungkin kita terlalu rumit memikirkannya?" Ia berhenti sejenak, "Lantai, dinding, dan langit-langit rumah ini semua dari kayu. Kita semua sudah level empat puluhan, cukup gunakan skill biasa pasti bisa merobohkan tembok... Ngapain repot-repot cari kunci?"
"Tidak, itu tidak mungkin." Feng Bujue langsung membantah teori Oubou, lalu menoleh ke Xiao Ling, "Beiling (dalam situasi ada orang luar, Jue Ge biasanya memanggil rekan tim dengan ID game, kecuali Xiao Tan), berikan aku pistol berkualitas Normal."
Belum selesai bicara, Xiao Ling sudah mengeluarkan Glock 17 dari tasnya secara acak dan melemparkannya.
Jue Ge menerima pistol itu, tanpa basa-basi langsung membuka safety dan menembak ke arah kunci pintu.
Bang——
Saat suara tembakan bergema, peluru telah mengenai target... dan memantul kembali.
Terlihat riak transparan di permukaan kunci pintu. Kemudian peluru terpental oleh medan gaya tak kasat mata, mengenai... Obu.
Setelah kena tembak, Obu tidak bereaksi berlebihan. Dia hanya menunduk memandang luka di pahanya dengan diam.
Sementara Buu berkata dengan penuh perenungan, "Hmm... Ternyata membuka pintu dengan kekuatan kasar memang tidak bisa..."
"Benar." Feng Bujue melempar pistol kembali ke Xiao Ling, lalu melanjutkan dengan santai, "Ini bukan quest tingkat pemula, melainkan quest tim untuk enam pemain level tinggi... Mana mungkin Sistem mengizinkan aksi bodoh seperti merusak pintu?"
"Emm... Jue Ge..." Xiao Tan akhirnya tidak tahan menyela, "Kamu terlalu tenang-tenang saja! Orang itu baru saja kena tembakmu dan sedang berdarah lho!"
“Aku juga tidak sengaja.” Feng Bujue membuka kedua tangannya, “Faktanya, aku juga tidak bisa 'sengaja' melakukan hal ini; karena kita adalah rekan tim, jika aku punya niat jahat secara subjektif, Sistem pasti akan menghentikanku.” Dia menunjuk ke kunci pintu, “Intinya... berdasarkan praktik, kita bisa menyimpulkan - melakukan serangan paksa ke ruangan ini tidak akan berhasil, serangan akan dipantulkan secara acak dan malah melukai keenam kita.”
“Memang layak disebut Guru Jue... fenomena sederhana pun bisa dianalisis sedemikian mendalam...” Kilau kekaguman di mata Buou semakin jelas.
“Masuk akal...” Obu yang tertembak bahkan ikut menyetujui, “Memang Guru Jue... saat menyampaikan pandangan juga lebih intuitif sedikit dibanding orang biasa...”
Yang mengejutkan... sambil berbicara, Obu sudah "mencapit" peluru yang menembus kakinya dengan dua jari. Sepanjang proses ini, ekspresinya tidak banyak berubah, tetap dalam keadaan lemas seperti kekurangan gizi, tanpa sedikitpun rasa sakit di wajah...
“Hoh~ Pahlawan berotot ini... apakah ini yang disebut metode pengambilan peluru ala Rusia legendaris?” Melihat pemandangan ini, Xiao Tan yang berprofesi sebagai dokter benar-benar tidak tahan untuk tidak memberikan komentar sarkastik.
"Haha... maaf kalau terlihat lucu." Oubo tersenyum bangga, "Aku tadi menggunakan kemampuan gelar——【Jari Magnetik】." Dia menjelaskan, "Dengan konsumsi energi rendah, aku bisa membuat jari terus memancarkan magnet dalam jumlah tertentu. Jadi... saat mengambil peluru atau serpihan seperti ini, aku tidak perlu alat atau memperbesar luka. Cukup gunakan 'tenaga' yang tepat untuk menyedotnya keluar." Dia mengangkat peluru berdarah itu melanjutkan, "Keberuntunganku cukup baik. Permukaan peluru ini dilapisi nikel. Kalau cangkang murni kuningan, pasti tidak bisa 'disedot' keluar."
Sambil berkata begitu, Oubo kembali mengelus lukanya. Seketika, muncul cahaya putih (jelasnya menggunakan skill medis) yang langsung menghentikan pendarahan di kakinya: "Sebagai catatan, spesialisasi medis dan peralatanku sama-sama level B. Setidaknya pantas menyandang gelar 'Dokter Militer Tua'."
"Bagus, sangat kuat." Feng Bujue memandangnya dengan ekspresi kagum sambil memuji.
Dalam hatinya, dia bergumam: "Excellent! Meskipun kedua orang ini terlihat konyol, kemampuan mereka cukup solid. Si gemuk... kemampuan analisis dan memecahkan teka-tekinya bagus. Si kurus termasuk tipe pemain spesialis medis-peralatan yang paling dicari di game. Apalagi mereka sangat mengidolakanku, berarti mereka adalah pemuda berbakat yang punya visi dan idealisme. Hmm... setelah menyelesaikan misi nanti, saling tambah teman saja."
"Bisakah kamu sementara mengesampingkan pikiran narsis yang bernuansa licik di otakmu..." Tiba-tiba, Ruo Yu menatap Jue Ge dengan tatapan dingin, "dan fokus kembali pada quest di depan mata?"
"Hei... Bagaimana kamu bisa tahu? Kamu bisa baca pikiran ya?!" Feng Bujue benar-benar terkejut.
"Dari sorot matamu aku tahu kamu sedang memikirkan..." Ruo Yu meniru gaya Jue Ge dengan mengusap dagu sambil menyeringai sinis, "...'Hmph, dua orang ini punya nilai manfaat. Mengingat mereka penggemarku, pasti pria yang cukup sadar'... dan dialog-dialog semacam itu."
"Gila..." Feng Bujue mengucapkan kata seru yang seharusnya disensor sistem namun lolos. Saat ini, hanya dua kata ini yang bisa menggambarkan perasaannya dengan akurat.
"Ha! Aku dapat ide!" Saat mereka sedang berbincang, Xiao Ling yang sudah setengah hari diam tiba-tiba berjalan mendekati lampu minyak di meja, "Perhatikan baik-baik, aku akan mematikan lampu."
Tanpa peduli apakah yang lain sudah siap, setelah memberi peringatan dia langsung memutar sumbu lampu minyak hingga padam.
Hanya dalam satu detik, semua orang terjerembab dalam kegelapan total.
"Hmph... Seperti yang diduga." Beberapa detik kemudian, suara Xiao Ling kembali terdengar, "Lihat... Ada tulisan di pintu itu."
Dalam kondisi sekeliling yang gelap gulita, yang lain memang tak tahu harus melihat ke mana. Tapi setelah mengingat posisi berdiri mereka masing-masing, mereka akhirnya menemukan objek yang ditunjuk Xiao Ling.
Tak lama kemudian, beberapa karakter samar yang memancarkan cahaya hijau keemasan mulai terlihat di hadapan semua orang.
