Tindakan tanpa harga diri Jue Ge tidak berlangsung lama karena hantu bajak laut itu akhirnya tak tahan dan menghentikannya, sambil mengurungkan niat "mendengarkan musik".
Setelah suara petikan senar dan nyanyian berhenti, Ruo Yu kembali sendiri dari ruangan sebelah.
Begitu masuk, ia langsung memandangi Jue Ge dengan ekspresi jijik: "Sudah puas gila?"
"Heh... Cukup lah..." Feng Bujue tersenyum menjawab.
"Hmm... Bisa membuat NPC menarik kembali permintaan dengan cara seperti ini... itu juga suatu kemampuan." komentar Xiao Tan.
"Baiklah nak, bakatmu di bidang musik sudah kuketahui..." Hantu bajak laut itu kembali berbicara pada Jue Ge, "Aku salah, seharusnya jangan pernah menyebut kata 'musik' di hadapanmu..." Ia diam beberapa detik sambil menuangkan anggur lagi, "Lebih baik ceritakan lelucon saja, ini pasti tidak masalah kan?"
“Untuk hal ini, aku sangat meragukannya…” Ruo Yu mengernyitkan matanya, tepat pada waktunya melontarkan sindiran.
Feng Bujue mengabaikan ejekan rekan timnya, menatap hantu bajak laut dan bertanya: "Bisa saja, tapi apa keuntungan yang akan kudapatkan?" Hingga saat ini, dia merasa sudah saatnya mengajukan beberapa syarat.
“Ha? Kau mau apa?” Hantu bajak laut berkata.
“Ini bukan poin utamanya, yang penting adalah...apa yang bisa kau berikan padaku?” Feng Bujue menyambung.
“Hmm, benar juga.” Hantu bajak laut mengambil gelas minumannya, “Aku bisa memberimu…” Ia ragu sejenak, menenggak minuman, “…sebuah kunci.”
“Masih ada lagi?” Feng Bujue bertanya lagi.
“Sudah habis.” Hantu bajak laut menjawab kasar, “Jika kau bersikeras menambah sesuatu, aku bisa memberikan beberapa tamparan sebagai bonus, bagaimana?”
“Begitu ya…” Feng Bujue bergumam sekenanya, dalam hatinya merenung: Haruskah mengeluarkan Vajra Ghanta untuk melihat apakah masih ada nilai sisa yang bisa dieksploitasi dari NPC ini?
Setelah berpikir beberapa detik, dia akhirnya mengurungkan niat itu. Menurut perasaannya... menggunakan efek khusus Vajra Ghanta di sini agak mubazir.
“Tuan Bajak Laut, apa kau mengenal Raja?” Beberapa detik kemudian, Jue Ge tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan. Tampaknya dia sudah mulai menyampaikan "lelucon"-nya.
“Tentu saja kenal.” Bajak Laut Hantu menjawab, “George II, Yang Mulia Raja yang Agung.” Ekspresinya berubah halus, nada suaranya mengandung kepahitan, “Armadanyalah… yang menghancurkan kapalku, membunuh anak buahku, merampas harta karunku…” Saat mengucapkan ini, tubuh transparannya mulai berkedip-kedip, sorot matanya semakin aneh, “Haha… sepertinya aku mulai ingat…” Dia meletakkan gelas, menatap Jue Ge, “Aku sudah mati, bukan?”
“Benar.” Feng Bujue menjawab terus terang.
“Ah… pantas saja minum anggur ini sama sekali tidak terasa.” Bajak Laut Hantu bergumam.
“Karena kau kenal Raja, dan memiliki permusuhan seperti ini dengannya, ini akan mempermudah.” Feng Bujue melanjutkan pembicaraan, “Mari kita bicarakan tentang George II.”
“Apa? Kau ingin membuat 'lelucon Raja'?” Bajak Laut Hantu menyela, “Aku tidak yakin akan tertawa.”
Feng Bujue mengabaikannya dan terus berbicara: “Bagi sebagian besar Raja, mati secara tiba-tiba dalam kecelakaan mungkin justru sebuah keberuntungan. Ini lebih terhormat daripada dibunuh musuh, dikhianati keluarga, atau dihabisi pelayan. Juga tidak perlu menderita penyakit berkepanjangan, apalagi khawatir perubahan sikap di usia tua yang merusak reputasi.”
“Apa sebenarnya maksudmu?” Bajak Laut Hantu bertanya.
"Namun, terkadang terjadi situasi aneh dan unik yang membuat mereka kehilangan 'martabat' di detik-detik terakhir." Feng Bujue melanjutkan, "Pagi hari tanggal 25 Oktober 1760, Raja George II yang menderita sembelit kronis tewas mendadak akibat pecahnya aneurisma aorta lapisan tersembunyi karena terlalu kuat mengejan saat BAB." Dia membentangkan kedua tangannya, "Raja malang dari Imperium Britania ini meninggal di atas kloset."
Suasana ruangan mendadak senyap setelah ucapan itu.
Beberapa detik kemudian...
"Ha ha ha ha..." Bajak Laut Hantu meledak dalam tawa tak terkendali, "Ini... hahaha... ini... haha... cerita paling absurd... hahaha... yang pernah kudengar..."
"Faktanya, yang kusampaikan adalah kisah nyata." Feng Bujue menambahkan dengan ekspresi datar.
"Pfft ha ha ha..." Bajak Laut Hantu kembali tergelak-gelak, "Tak tertahankan... hahaha... Aku akan mati... hahaha..." Tawanya begitu keras seolah paru-parunya hendak meledak.
Setelah beberapa saat, makhluk ini baru bisa mengatur napas, meski senyum masih mengembang di wajahnya: "Ah... lega sekali." Dia mengeluarkan sebuah kunci dari balik jubahnya dan meletakkannya di meja, "Ambilah, anak muda."
Saat kunci terlepas dari ujung jari Bajak Laut Hantu, benda itu berubah wujud dari bayangan semi-transparan menjadi item fisik nyata.
Sedangkan sang bajak laut sendiri semakin memudar setelah menyerahkan kunci itu, hingga akhirnya lenyap seluruhnya...
Pada detik terakhir, wajahnya masih menampilkan senyum bejat khas seorang penjahat yang tak kenal takut.
【Tugas saat ini telah selesai】
Saat notifikasi sistem berbunyi, botol, gelas, dan biola berubah menjadi cahaya putih lalu lenyap.
Feng Bujue segera melangkah maju dan mengambil kunci yang ditinggalkan bajak laut.
【Nama: Kunci Emas Bajak Laut】
【Jenis: Consumable】
【Kualitas: Normal】
【Fungsi: Membuka kotak harta bajak laut】
【Dapat dibawa keluar dari quest: Tidak】
【Catatan: Pemilik kunci ini jelas sangat menyukai emas dan perak. Sayangnya, dia tak sempat menikmati hasil rampokannya sebelum terkubur di laut luas.】
Jue Ge segera menampilkan deskripsi item kepada rekan tim.
Sekitar sepuluh detik kemudian, Buou pertama kali bersuara: "Ini tidak masuk akal. Jika kunci ini untuk membuka 'kotak harta', lalu..." Ia menunjuk pintu di Ruangan A yang belum terbuka, "...bagaimana cara membuka pintu itu?"
Krek—
Suara ringan menjawab pertanyaannya.
Saat semua orang sedang membaca deskripsi item, pintu itu... terbuka dari sisi lain oleh seseorang (atau mungkin bukan manusia)...
Meski hanya dua detik, dalam sekejap itu keenam pemain jelas melihat—sebuah tangan pucat dengan jari-jari panjang berkuku merah menempel di bingkai pintu.
Saat pintu terbuka selebar telapak tangan, tangan itu menyusut kembali ke kegelapan di balik pintu...
"Jue Jue Jue Jue……Jue Ge……" dagu Xiao Tan gemetar mengucapkan, "Kamu kam-kamu……li-lihat……itu……"
"Sudah kulihat……" Feng Bujue menjawab lesu, "Aneh kalau tidak melihat." Sambil berkata, ia menyelipkan 【Kunci Emas Bajak Laut】 ke sakunya dan bergegas menuju pintu, "Di saat seperti ini, jangan ragu karena takut. Mengejar segera mungkin memberi kejutan."
"Hmm……memang Guru Jue, analisisnya selalu mendalam……" Buou memandang Jue Ge bergumam.
"Hmm……memang Guru Jue, nyalinya sedikit lebih berani dari orang biasa……" Oubu menyambung.
Kali ini pujian mereka tepat sasaran. Kelebihan Feng Bujue yang tak tertandingi adalah——ketidaktakutannya.
"Wah, yang ini cukup luas." Di sisi lain, Feng Bujue sudah sampai di pintu, menyalakan lampu eksplorasi pelontar dan mendorongnya, "Mari kita sebut ini 'Ruangan C'."
"Ruangan C" yang dimaksud Jue Ge lebih besar dari gabungan Ruangan A dan B, perkiraannya melebihi 100 meter persegi. Berbentuk persegi panjang dengan lantai dan dinding kayu, namun berisi lebih banyak furnitur.
Setelah masuk, Feng Bujue pertama-tama menyapu ruangan dengan lampu eksplorasi untuk mengamati ukuran dan Strategi. Kemudian ia mulai observasi lebih detail……
“Furnitur di ruangan ini cukup banyak ya…” Jue Ge mengamati sambil mengangkat lampu, “Sofa panjang, meja kopi… Hmm… Di atas meja kopi ada televisi juga (TV CRT, yang disebut televisi model lama).”
Saat dia bergumam, kelima orang lainnya juga menyalakan alat penerangan mereka dan berdatangan masuk.
“Mari kita lihat… Satu lemari dinding, satu lemari pendek, dua lampu meja berdiri…” Feng Bujue membacakan semua yang dilihatnya dengan nada santai, “Satu bonsai layu, sebuah piano, rak buku yang roboh, dan… Eh?” Dia seperti melihat sesuatu lalu tertawa, “Hehe… Di sini ada mayat juga.”
