Dalam tiga detik singkat, puluhan sabit cahaya berbentuk bulan separuh beterbangan tak beraturan seperti hujan bunga sakura, menghujam gerombolan kalajengking.
Di bawah serangan ganda poker dan Rankyaku, gerombolan kalajengking menderita kerugian besar, sebagian besar telah kehilangan kemampuan bertarung.
Feng Bujue melihat serangannya cukup efektif, diam-diam lega. Sejujurnya, dia khawatir kekuatan monster-monster ini bisa menahan kerusakan AOE. Tapi dari kondisi aktual... tingkat kesulitan Normal tetap Normal, meski ada "BOSS Alam Semesta Utama" kuat sebagai latar belakang, monster dalam quest ini tidak terlalu kuat.
"Hanya segini saja..." Jue Ge sambil mendarat masih menyempatkan melancarkan 【Yakyūken】, berkata, "Kukira lebih hebat..."
"Iya... jauh lebih lemah dari bayangan..." Xiao Ling di belakang menyambung, "Bahkan tidak perlu perlindungan lagi..."
"Manusia yang sombong..." Raja Mohe melihat kalajengking yang dikeluarkannya sama sekali tidak menjadi ancaman, merasa malu dan marah. Suara kekanak-kanakannya (karena parasit di tubuh BOSS quest, pada tahap ini hanya bisa bicara dengan suara ini) kembali bergema, "Menganggap diri hebat setelah mengalahkan beberapa serangga? Horor sesungguhnya baru saja dimulai!"
Sebelum suaranya menghilang, sebuah bukit pasir di depan para pemain sudah meledak dengan dahsyat.
Awalnya dikira akan muncul makhluk raksasa dari pasir, tapi... yang muncul justru bayangan hitam sangat kecil.
Saak mendekat, para pemain melihat jelas - itu adalah bayangan manusia.
"Orang" itu tingginya hanya sekitar satu meter lima, dari penampilannya dia hanyalah zombie biasa, bahkan bisa dibilang "lemah"... Wajahnya pucat, kulitnya membusuk, dan gerakannya lambat... Secara intuisi, cukup pukul kepalanya dengan senjata tumpul... pasti langsung Beres.
Namun, Feng Bujue bisa melihat... monster ini bukan main-main.
"Oh... yang satu ini cukup kuat ya..." Jue Ge seketika mengamatinya melalui perspektif data saat makhluk itu muncul, hati kecilnya bergumam, "Dilihat dari kekuatan data saja, sudah setara dengan 'Ayah' sebelumnya..."
"Apa-apaan ini? Bercanda ya..." Tapi Buu sama sekali tidak menyadarinya, menurutnya monster di depannya itu lemah sekali.
"Monster seperti ini, bahkan aku bisa mengatasinya dengan mudah." Obu juga menyambung penuh keyakinan.
"Hmph... Kalian terlalu naif." Feng Bujue mendengus dingin, menoleh ke duo itu, "Jangan tertipu penampilan, lupa dengan Freezer di tepi Danau Daming?"
"Lebih tepatnya di Planet Namek daripada Danau Daming..." Xiao Tan tak tahan mencela, "Lagi pula ini bisa dibandingkan?"
"Eghh—" Saat mereka berbincang, monster itu mengeluarkan erangan rendah dan... menerjang maju.
"Pokoknya... biar aku yang urusi makhluk ini." Xiao Tan berkata sambil mengaktifkan 【Gambarkan Silang untuk Mengutukmu】, lalu menerjang dengan pisau komando di tangan.
"Hati-hati! Kekuatan serangan makhluk ini..." Saat Feng Bujue memberi peringatan, Xiao Tan sudah berlari maju.
Sesaat kemudian, monster itu mengangkat lengan bawahnya dan mengayunkan pukulan ganas ke arah Xiao Tan.
Wang Tanzhi dengan Gaya Menghindar yang luar biasa tentu tak mudah terkena serangan seperti ini; hanya dengan sedikit penyesuaian postur tubuh, ia berhasil menghindar tanpa merusak momentum sambil menebas leher monster.
【Belati Militer Tiga Sisi Pengisian Energi】saat ini dalam kondisi energi penuh. Satu tebasan memiliki 200% kekuatan serangan, ditambah bonus 10% damage dari skill Kutukan, daya hantamnya hampir menyamai skill aktif.
Xiao Tan mengira... target akan terbunuh seketika dalam satu ronde pertarungan ini, namun perkembangan situasi... jauh melampaui perkiraannya.
Pertama, belati militernya memang mengenai leher monster, tapi makhluk itu... hanya mengalami luka goresan kecil.
Benar, seorang zombie yang terlihat lemah, terkena tebasan senjata Kelas Bagus yang bisa menyimpan energi di lehernya... hanya terluka ringan.
Kedua, serangan meleset monster itu walau tidak mengenai Xiao Tan, mendarat keras di pasir.
Dan hasil dari tamparan itu adalah... Sebuah lubang besar dengan radius lebih dari sepuluh meter tercipta di pasir; Guncangan sekuat ledakan misil... Menghempas lapisan demi lapisan pasir, memaksa semua pemain mundur beberapa langkah. Yang paling menderita tentu Xiao Tan... Karena jaraknya dekat, gelombang kejut tak kasat mata itu membuat organ dalamnya bergejolak dan matanya berkunang-kunang, hingga tubuhnya terlempar ke belakang...
"Aku akan kembali lagi!" Teriak Xiao Tan yang melayang ke angkasa, entah mengpa mengucapkan dialog itu.
Tapi dia tidak berubah menjadi bintang yang menghilang di ufuk langit, karena...
"Pulang kepala apa!" Xiao Ling melompat ke udara, menyambar pinggang Xiao Tan dan menariknya ke bawah, "Dasar idiot!"
"Bagaimana aku tahu zombie yang terlihat lemah ini begitu kuat..." Xiao Tan membela diri dengan suara lirih.
"Hush... Sudah kubilang... Jangan tertipu penampilan..." Feng Bujue yang sudah stabil posisinya meludahkan pasir dari mulutnya, "Bentuk dasar dan kecepatan monster ini sama dengan zombie biasa, tapi kekuatan serangan dan daya tahannya luar biasa tinggi. Dibandingkan kalajengking tadi... level makhluk ini jauh lebih tinggi."
"Lalu bagaimana..." Xiao Tan yang sudah mendarat (karena di pasir, jatuh dari ketinggian tidak menyebabkan kerusakan) segera menanggapi, "Haruskah menggunakan skill level [Sinar Pembunuh Iblis] untuk makhluk ini?"
"Tidak... Aku punya cara sederhana..." Ekspresi Feng Bujue berubah, "Yaitu..."
……
Lima menit kemudian, para pemain berhasil tiba di "lokasi pemicu alur cerita berikutnya" yang disebut Zhuan Jiezun - di depan sebuah bangunan batu berbentuk oval.
Mereka... oh ya, untuk monster tadi, solusi Jue Ge adalah - menghindarinya, jangan dihiraukan.
Fakta membuktikan... sangat berhasil.
"Feng Bujue! Aku menyarankanmu segera berhenti, atau kau akan menyesal!" Suara Dianhu Wang kembali bergema dari udara, dari nadanya terdengar... ia mulai panik, "Akan kubuat kau mati tanpa kuburan..."
"Kuburkan 【——】mu!" Jue Ge kembali menyela dengan umpatan, "Berani-beraninya kau bicara tentang kuburan? Sejak masuk quest ini, bukankah Laozi terus mencari tulang belulangmu? Coba kau donasi organ+cremation+tabur abu ke laut sekaligus!" Ia mendongak menantang, "Coba bicara lagi? Berani kubilang akan kumakan jasadmu seperti makan midnight snack!"
Entah mengapa, setelah bentakan ini... Dianhu Wang benar-benar diam...
"Emm... Guru Jue, tentang makan mayat itu... kan cuma bercanda ya?" Beberapa saat kemudian, Buu melirik Jue Ge dengan gemetar.
"Hehe..." Feng Bujue tersenyum misterius, lalu berjalan menuju bangunan batu di depannya.
"Bentuk bangunan ini seperti setengah bola rugby, tingginya lebih dari sepuluh meter, lebar sekitar lima meter; seluruh strukturnya terbuat dari batu putih permukaan kasar dengan garis-garis horizontal bergerigi; di sisi yang membelakangi cahaya, terdapat tiga lubang hitam berjajar setinggi dua meter dan lebar setengah meter..."
"Benar, di situlah! Itu adalah pintu masuk lorong menuju harta karun bajak laut!" Tiba-tiba suara Zhuan Jiezun kembali terdengar, "Tulang-belulang yang diparasit oleh Raja Dianhu berada di..."
Tiba-tiba suaranya terputus bagai sambungan telepon yang terputus, sama sekali tak ada suara lagi.
"Hei! Zun Ge?" Feng Bujue berteriak ke langit, "Ada apa? Bicara! Di mana? Dari tiga ini mana yang pintu masuknya?"
"Eh... Mungkin Zun Ge pakai 'Weiwei Cao (alias PHS)'?" Xiao Tan menyambung.
Terhadap lelucon usang Xiao Tan, lima rekan tim sama sekali tak merespons...
Mereka menunggu dua menit, namun suara Zhuan Jiezun tak kunjung muncul. Tampaknya mereka harus mencari cara sendiri mengidentifikasi pintu masuk.
"Bagaimana? Pisah jalan?" Xiao Ling mengusulkan ide konstruktif.
"Atau... kita bisa tinggalkan beberapa orang di luar, mengirim satu-dua orang dulu untuk mengintai jalan." Buou juga mengajukan solusi.
"Tak perlu serumit itu." Feng Bujue dengan nada penuh keyakinan langsung membatalkan usulan mereka, "Serahkan padaku."
"Apa yang akan kau lakukan?" Ruo Yu memandang Jue Ge dengan mata setengah tertutup bertanya.
“Hehe…” Feng Bujue tersenyum puas, “Aku ingin…” Dia berjongkok, mengambil segenggam pasir, “…meramal.”
“Hmm… Jika pisah jalan, lebih baik berpasangan dua orang.”
“Bisa juga menyisakan tiga orang di atas, lalu tiga lainnya masuk melalui tiga pintu masuk terpisah…”
Setelah Jue Ge mengungkapkan rencananya, rekan tim mengabaikannya seperti udara dan melanjutkan diskusi…
“Hei! Apa maksud kalian!” teriak Feng Bujue, “Mengabaikanku?!”
“Guru Jue… Kami sedang serius membahas hal ini, cukup dengan leluconmu…” Ou Bu menoleh menjawab.
“Siapa yang bercanda?” Feng Bujue menyeringai kesal, “Aku benar-benar ingin meramal…” Sambil berkata demikian, dia berjalan ke depan tiga gua dan meluruskan lengan kanannya, “Perhatikan baik-baik…”
"Fu——"
Feng Bujue melepas tangan, pasir di tangannya terhembus angin masuk ke gua paling kanan.
“Sudah, ramalanku selesai.” Jue Ge berkata jujur. Saat melepas pasir, dia telah mengaktifkan [Liao Shi Ru Shen] dan bertanya dalam hati “Mana pintu masuk sebenarnya?”
“Ada apa? Kenapa semua menatapku?” Feng Bujue melihat rekan timnya diam seribu bahasa, “Ada masalah?”
"Ada." Xiao Ling menyambung, "Pertama... menggunakan 'meramal' untuk menentukan langkah selanjutnya itu konyol." Ia menghitung dengan jari-jarinya, "Kedua... kalau Ketua benar-benar bisa meramal sesuatu yang masuk akal, tidak apa-apa. Tapi ramalanmu itu... sama sekali tidak meyakinkan, tahu?"
Xiao Tan juga ikut menimpali (dialek Shanghai, mirip "pembocor" dalam dialek utara): "Iya... Jue Ge, bahkan kalau kau pake trik sulap atau baca garis tangan... Bukankah waktu SMA dulu kau sering nipu orang pakai cara begitu..."
"Ini skill! Skill!" Feng Bujue membentak, "Cukup! Ikut aku!" Dia malas berdebat, langsung menyelip masuk ke pintu gua dengan gaya "terserah kalian mau ikut atau tidak".
Melihat mulut gua tempat Jue Ge masuk, kelima orang saling pandang. Setelah beberapa saat, Ruo Yu yang pertama bicara: "Aku percaya dia." Setelah berkata demikian, dia melompat masuk ke dalam gua batu.
Melihat kakak sepupu sudah turun, Xiao Ling menghela napas: "Sudahlah... Ayo, mungkin Ketua memang punya kecerdasan ilahi."
Maka Xiao Ling, Xiao Tan, Buou dan Obu berempat pun menyusul masuk satu per satu...
……
Di saat yang sama, Tanah Chaos, Kota Iblis.
"Tuan, Oink sudah mengantarkan SCP-762 ke sini." Pendeta Kutukan Dewa Talium berlutut satu di depan singgasana Raja Iblis.
"Kemana dia pergi?" Pemimpin Segala Iblis menyangga dagu dengan satu tangan, pose duduk santainya tetap memancarkan wibawa dan tekanan dahsyat, "Mengapa kamu yang melapor?"
“Hmph... Kepala babi itu... Sepertinya takut bertemu Kepala Iblis lagi. Setelah mengantarkan barang, dia meninggalkan pesan lalu menghilang.” Talium menjawab sambil tersenyum.
“Hmph... Sampah tak berarti.” Beberapa mata di wajah Pemimpin Segala Iblis tertutup serentak disertai helaan nafas panjang, “Apakah sang Raja di matanya... hanyalah iblis liar yang haus darah?” Kepalanya sedikit miring, “Bahkan keberanian untuk datang mengambil hadiah pun tak dimilikinya?”
“Tidak demikian...” Talium melanjutkan dengan nada dingin khasnya, “Energi iblis Yang Mulia begitu perkasa. Makhluk seperti Oink yang terbelit aura kejahatan, akan secara instingtif merasa takut saat mendekat... Hal ini memang tak terelakkan.”
“Energi iblis perkasa...kah...” Pemimpin Segala Iblis menurunkan tangannya, tubuh atas tegak dengan sorot mata berubah, “Hmph... Talium... Sebelum menyaksikan kekuatan 'makhluk itu', sanjunganmu hanya terdengar 'membosankan'. Tapi sekarang...” Kilatan aura pembunuhan muncul di matanya, “...Ucapanmu lebih terdengar seperti 'sindiran'...”
“Hamba tak berani!” Talium segera berseru, mengubah posisi berlutut satu kaki menjadi sujud sepenuhnya, bahkan tak berani mengangkat kepalanya.
"Sedikit saja aura pembunuhan tadi, telah membuat seluruh tubuh Talium gemetar seperti ayakan. Karena dia tahu... belakangan ini, mood Sang Kepala Iblis sedang sangat buruk (Aku tahu kalian memikirkan sesuatu, jadi izinkan aku menyela—alasannya bukan karena sedang datang bulan). Dan ketika Sang Kepala Iblis sedang bad mood, dia suka membunuh secara sembarangan... Bahkan Pendeta Kutukan Dewa seperti Talium yang posisinya di bawah satu iblis dan di atas ribuan iblis pun bisa dimusnahkan hanya karena satu kata yang salah ucap..."
"Kau tak perlu takut, aku tidak akan membunuhmu." Setelah keheningan singkat, Pemimpin Segala Iblis kembali berbicara, "Aku tak akan lagi membantai siapa pun secara sembarangan..."
Talium mengangkat kepalanya perlahan, "Tuan... Bagaimana ini..."
"Aku... bukan lagi diriku yang dulu, Talium." Sang Pemimpin Segala Iblis melanjutkan, "Mungkin... kepergian Raja Mianyu dari 'Pintu Kehampaan'... adalah pilihan takdir." Dia berhenti sejenak, sorot matanya menjadi jauh dan sendu, "Pernah kukatakan, jika aku bertemu 'iblis' yang lebih kuat dariku, aku akan tunduk padanya... Hah..."
Sang Kepala Iblis itu ternyata tersenyum, itupun senyum getir.
Ini mungkin pertama kalinya sejak kelahirannya... dia menunjukkan ekspresi seperti ini.
"...Kini, aku telah menemukan sosok seperti itu." Lanjutnya, "Bahkan jika kita memasukkan Raja Mianyu ke dalam SCP-762 dan memperbarui segel Pintu Kehampaan, lalu apa?" Dia menggelengkan kepala, "『Hati』ku telah berubah, karena aku tahu... di balik pintu itu ada sosok yang lebih kuat dariku..."
