"Ini..." Feng Bujue membaca deskripsi peralatan itu, "benar-benar barang bagus..."
"Ya, terikat setelah dipasang, dan hampir tidak ada batasan penggunaan. Siapapun yang memegangnya bisa mendapatkan peningkatan besar." Xiao Ling menyambung, "Hanya dengan tambahan 7% batas maksimum nilai kelangsungan hidup, jika dijual di rumah lelang harganya bisa mencapai lebih dari tiga ratus ribu."
"Untuk barang yang bisa digunakan siapa saja... mari tentukan pemiliknya dengan suit-suit." Ruo Yu menyarankan.
"Baik, aku setuju." Xiao Ling menjawab.
Xiao Tan mengangkat bahu: "Boleh, nggak masalah."
Feng Bujue berkata: "Aku tidak ikut. Kalau suit-suit aku pasti menang, kalian tahu lah."
Melihat sikap keempat orang ini, Buou dan Oub kembali terkejut.
Mereka pernah mengalami situasi bermain quest bersama anggota guild lain. Biasanya... pihak yang lebih banyak orang akan berusaha keras mengeruk keuntungan dalam quest untuk kawan sendiri, membuat orang luar yang menanggung kerugian. Bahkan guild top-tier paling terkenal pun, paling banter hanya bisa berlaku adil di permukaan.
Namun, anggota Garis Depan Neraka di depan mata ini punya sikap yang luar biasa rasional terhadap peralatan dan skill. Mereka tidak peduli apakah rekan tim berasal dari luar guild, atau seberapa besar kontribusi pihak lain dalam memperoleh item... Selama berada dalam satu tim dan serius bermain game, semua dianggap sebagai calon pengguna item. Mereka juga tidak memprioritaskan kualitas item, hanya melihat siapa yang paling cocok menggunakannya... Bisa dibilang ini benar-benar "alokasi rasional sesuai kondisi".
"Ehm... Ketua, kalian benar-benar mau menentukan pemiliknya dengan suit-suit bersama kami?" Buou bertanya dengan setengah tidak percaya.
"Ya..." Obu juga menyambung, "Untuk peralatan Tingkat Sempurna seperti ini yang hampir tanpa batasan penggunaan, biasanya siapa yang pertama mengambil ya jadi miliknya... Bahkan jika orang itu langsung keluar pasca mengambil, itu hal yang wajar."
"Ah... Aku tahu, tipe orang seperti itu juga pernah kami temui." Xiao Tan menyambung.
Xiao Ling juga berkata: "Aku dan Xiao Tan pernah bergabung dalam tim yang keempat anggota lainnya berasal dari guild berbeda. Hasilnya... kami berdua menghadapi banyak risiko, tapi keuntungannya diambil semua orang lain." Dia berhenti sejenak, "Justru karena benci dengan perilaku diskriminasi terhadap yang berbeda, kami sendiri bersikeras tidak akan melakukan hal seperti itu."
"Benar, sebagai pemimpin guild, aku juga berpendapat gaya kami seharusnya tidak begitu vulgar dan rendah." Feng Bujue yang berdiri menyilangkan tangan di samping mengangguk dengan wajah arogan, "Tidak peduli kualitas item bagaimana, yang cocok untuk diri sendiri harus langsung mengajukan permintaan tanpa sungkan, yang tidak cocok jangan diincar. Untuk situasi ambigu... andalkan keberuntungan saja, tidak akan ada yang protes."
"Paruh kedua ucapannya memang ada benarnya, tapi..." Ruo Yu menyambung sambil mengernyitkan matanya, "Siapa yang mengakui kamu sebagai pemimpin tim?... Kamu cuma menyandang gelar Ketua Guild saja kan..."
"Baik~ baik~ Pemimpin sebenarnya adalah kamu, sudahlah..." Feng Bujue membuka kedua tangannya sambil tertawa, "Ayo, kalian suit-suit saja."
Akhirnya... mereka benar-benar melakukan pertandingan suit batu-gunting-kertas. Pada akhirnya... Xiao Tan yang memiliki nasib luar biasa berhasil menang dan mendapatkan 【Perisai Perintis】.
【Tali Anjing】【Celana Dalam Empat Sudut Emas】【Sarung Tinju Pixel】【Ham Jinhua Paduan Titanium】 dan 【Senyum】.
Setelah berdiskusi, 【Celana Dalam Empat Sudut Emas】 dan 【Sarung Tinju Pixel】 dialokasikan ke Buu, 【Tali Anjing】 diberikan ke Xiao Ling, Xiao Tan mendapat 【Ham Jinhua Paduan Titanium】, sedangkan Jue Ge mendapatkan 【Senyum】.
Penjelasan peralatan ini tidak akan dijelaskan untuk sementara, mari fokus ke cerita di depan...
Setelah pembagian peralatan dan skill (Feng Bujue dengan wajar memasukkan tengkorak kepala Jenggot Hitam ke dalam inventarisnya tanpa protes dari yang lain), keempat pria ini tanpa ragu maju untuk memindahkan kotak.
Volume kotak logam itu sangat besar, beratnya sesuai dengan penampilannya... Untungnya keempat anggota tim ini adalah pemain pria level empat puluhan, bekerja sama mengangkat kotak bukanlah hal sulit.
Setelah kotak logam dipindahkan, pintu masuk lorong muncul di hadapan semua orang. Dua meter di bawah pintu masuk, terlihat tangga batu yang menurun ke bawah.
Feng Bujue mengarahkan lampu eksplorasinya ke bawah, menemukan tulisan terukir di dinding samping anak tangga pertama.
【Tubuh, akhirnya akan berakhir dengan kebosanan. Tidak ada yang indah atau menarik yang bisa bertahan kecuali pikiran, karena pikiran adalah kehidupan.】
"Ah... George Bernard Shaw." Feng Bujue melompat masuk ke lorong sambil membaca kalimat tersebut, "Salah satu idolaku."
"Tampaknya..." Ruo Yu yang mengikuti di belakang langsung menyambung, "Karyamu dan tutur katamu sudah memperlihatkan hal itu..."
"Semencolok itu kah?" Feng Bujue menoleh dan bertanya.
"'Aku dilahirkan cerdas - pendidikan yang merusakku', Bab Lima Bagian Tiga dari 《Detektif Kelas Dua dan Kucing》." Ruo Yu langsung memberikan contoh tanpa ragu, "'Orang bodoh selalu menemukan yang lebih bodoh untuk mengaguminya', Bab Penutup Bagian Pertama 《Pembunuhan Internet》; 'Di mana pengetahuan tidak ada, kebodohan menyebut diri sebagai sains', juga dari 《Pembunuhan Internet》, tapi lupa bab berapa." Ia menggeleng halus, "Intinya...sudah lama kusadari, kau sangat suka mengutip kata-kata Bernard Shaw, dan narsisme terhadap kecerdasanmu sendiri jelas melebihi dia..."
"Hmm...baiklah..." Feng Bujue memiringkan kepala, mengakui dengan tanpa malu.
Saat mereka berdua mengobrol, Xiao Tan, Xiao Ling, Buou dan Obu juga turun satu per satu.
Beberapa detik kemudian, mereka semua mengeluarkan peralatan pencahayaan, dipimpin Feng Bujue...menuruni lorong.
Pintu masuk lorong ini tidak besar, tapi dalamnya cukup lapang. Lereng di atas lorong tingginya lebih dari dua meter, tangga batunya bisa memuat lima orang berjalan berdampingan. Karena Raja Mianhou sudah menghilangkan semua potensi bahaya, para pemain bisa leluasa berjalan cepat.
Tentu saja, Jue Ge tidak sepenuhnya mempercayai Raja Mianhou. Meskipun pihak lawan telah berjanji akan membantu membersihkan rintangan, Jue Ge tetap menjaga kewaspadaan yang semestinya. Dia sangat paham... bagi Raja Mianhou, mencari kesempatan untuk menghabisi mereka enam orang sekaligus juga bisa mencapai tujuan.
……
Pada saat yang sama, Klub Deduksi.
"Zun Ge, apakah tadi ada tamu yang datang?" Bill kembali ke area tempat Zhuan Jiezun berada, memandang sekeliling sambil berseru, "Sepertinya aku melihat bayangan Saudara Kedua."
Sambil berbicara, dia telah sampai di depan Zhuan Jiezun (yang saat ini berwujud botol cola).
"Zun Ge? Zun Ge?" Bill memandangi botol itu sambil memanggil dua kali, tapi Zhuan Jiezun sama sekali tidak merespons.
Tiba-tiba, Bill melihat... di samping botol terdapat secarik kertas kecil. Dia menggaruk kepalanya dengan ekspresi (￣3￣)a, mengambil kertas itu dan membacanya: "Keadaan darurat, aku harus pergi ke dalam otakku sendiri. Jagalah pintu utama, pastikan keamananku sebelum aku keluar."
……
Dua puluh menit berlalu. Setelah perjalanan monoton namun aman, para pemain tiba di depan pintu tembaga melengkung.
"Gunakan kunci di sakumu untuk membuka gerbang makam batu ini." Suara Raja Mianhou tiba-tiba kembali menggema di telinga para pemain.
"Hoh? Kukira kau sudah keluar dari game." Feng Bujue berbicara sambil mengeluarkan 【Kunci Tembaga Pudar】 dari saku jaketnya.
Saat kunci lenyap menjadi cahaya putih di lubang kunci, pintu besar makam batu... terbuka.
Siapa sangka, kunci yang tersembunyi di bawah lampu minyak ruangan awal ini ternyata adalah kunci terakhir untuk pintu Quest ini.
"Aku hanya sibuk mengurus beberapa hal lain…" jawab Raja Mian Hou.
"Pasti sedang menghadapi Kakak Zhun ya." sahut Feng Bujue sambil mendorong pintu dengan nada santai.
"Kamu... bagaimana bisa tahu..." Suara Raja Mian Hou terdengar berat, penuh keraguan.
"Aku cuma nebak saja. Dari reaksimu... sepertinya tebakanku tepat." Balas Feng Bujue.
Sebenarnya... mereka yang mengenal Jue Ge paham, deduksinya sama sekali bukan "sekadar" tebakan.
Sejak pidato terakhir Zhuan Jiezun terputus paksa, Feng Bujue sudah menyadari... pasti ada masalah terjadi di sisi Kakak Zhun. Sangat mungkin Raja Mian Hou dengan teknik tertentu memblokir komunikasi antara Zhuan Jiezun dan para pemain.
Merunut logika ini sebenarnya tidak terlalu sulit. Karena selama periode "kebisuan" Kakak Zhun, suara Raja Mian Hou juga tidak terdengar - pertanda ia sedang sibuk mengurus hal lain...
Hingga para pemain memasuki gua harta karun bajak laut, Raja Mianhou baru kembali berbicara. Kali ini... sikapnya jelas berubah. Feng Bujue menduga... Raja Mianhou mungkin tidak mendapat keuntungan dalam konfrontasi dengan Zun Ge. Meski berhasil membuat Zun Ge tak bisa bicara, pasti ada harga mahal yang harus dibayarnya sendiri.
Keheningan Raja Mianhou tadi jelas memiliki alasan. Selain tidak ingin memberi kesempatan pada Feng Bujue untuk mengambil keuntungan, mungkin ada alasan lain... bahwa ia perlu mengalihkan perhatian untuk menghadapi "pertarungan yang tidak terlihat oleh para pemain".
Semua ini telah berkali-kali diproses dalam otak Feng Bujue. Untuk konklusi ini, dia memiliki sekitar 60% keyakinan... Mengingat tidak ada bukti konkret, dia memilih tidak mengungkapkan deduksi ini.
Saat ini, dengan kesempatan untuk menguji Raja Mianhou melalui kata-kata, tentu saja Jue Ge tidak akan melewatkannya.
"Kau benar-benar orang yang menjijikkan, Feng Bujue." Suara Raja Mianhou berubah halus setelah mendengar respons Jue Ge, "Tahukah kau mengapa?"
"Boleh kujawab untukmu?" Ruo Yu memalingkan kepala, berbisik pelan pada Feng Bujue.
"Jangan usil... itu kan pertanyaan retoris..." Jue Ge mengernyitkan matanya, membalas dengan suara rendah.
Dia benar, Dianhu Wang segera menyambung, "Karena kau terlalu pintar..." Makhluk itu berhenti setengah detik, bergumam berat, "Secara permukaan, kau tak berbeda dengan kebanyakan orang yang pamer pengetahuan dan kepintaran semu. Tapi kenyataannya, kau begitu cerdas... sampai bisa menyamar sebagai mereka; bisa menyembunyikan kebijaksanaan agung... di balik kepintaran semu yang dangkal..."
"Tak perlu menjilatku, bukankah kita sekarang berada di garis pertahanan yang sama?" Feng Bujue tertawa menjawab, sambil memberi isyarat pada rekan tim untuk menyusul.
Beberapa saat kemudian, keenam orang itu telah memasuki makam batu tempat "aku" menyimpan kerangkanya.
Makam ini berbentuk salib, dinding, lantai, dan langit-langitnya seluruhnya terbuat dari batu raksasa berwarna abu-perak yang dipotong rapi, sementara peti mati raksasa di tengah-tengah juga diukir dari batu.
"Garis pertahanan sama? Hē hē..." Dianhu Wang tertawa, "Ucapanmu ini bahkan tidak bisa disebut menipu diri sendiri. Kita sama-sama tahu... selama ada kesempatan dan keuntungan, kita akan saling membinasakan tanpa ragu."
"Maksudmu... kita adalah tipe yang sama?" Feng Bujue membawa lampu eksplorasi, memimpin rekan timnya mendekati sarkofagus batu di depan.
"Tidak... kau manusia." Jawab Dianhu Wang, "Sedangkan aku..."
Di saat itu, suara "ssst" tiba-tiba terdengar dari sarkofagus batu.
Bersamaan dengan debu tebal yang beterbangan, tutup peti setebal dinding itu perlahan bergeser ke samping, lalu "Bang!" jatuh ke lantai.
“……Bukan.” Suara kekanak-kanakan itu tiba-tiba muncul langsung dari dalam peti mati, melanjutkan kalimat sebelumnya.
Detik berikutnya, seorang anak laki-laki kecil berkulit putih salju (dengan semburat kemerahan) berdiri dari peti mati. "Dia" mengenakan pakaian anak-anak sederhana (bergaya abad ke-19), dengan rambut keriting berwarna kastanye. Penampilannya sama sekali tidak terluka, bahkan memberikan kesan imut dan sehat.
“Aku adalah Dewa.” Raja Dianhuo menatap langsung ke arah Feng Bujue, melanjutkan dengan serius, “Berasal dari Dewa-Dewa Kuno.”
