Bagian timur Kota Harem adalah kawasan yang dipenuhi penginapan dan rumah makan.
Jalan-jalan di sini sangat luas, jarak antar bangunan relatif jauh, karena di tanah lapang ini... tumbuh banyak Pohon Ying (pohon khas Dunia Shengyuan, ranting seperti kristal, daun seperti giok, bunga memancarkan cahaya hijau, bersinar jernih di malam hari, sungguh memesona).
Bulan Huangyue adalah musim berbunga Pohon Ying, sedangkan Hari Dua Belas Bulan Huangyue merupakan hari bulan purnama di Dunia Shengyuan.
Setiap tahun di waktu seperti ini, seluruh kedai di timur Kota Harem selalu penuh sesak. Terutama tempat-tempat di dekat jendela lantai atas penginapan, bahkan dengan uang sekalipun belum tentu bisa memesan...
Dan yang paling termasyhur di antaranya adalah sebuah penginapan bernama "Gedung Dengyuan".
Hidangan, anggur, dekorasi, dan pelayanan gedung ini sempurna tanpa cela. Yang paling penting... balkon di lantai tiga gedung ini merupakan tempat wisata terbaik di timur kota.
Entah sejak kapan, "duduk di balkon Gedung Dengyuan pada malam Hari Dua Belas Bulan Huangyue" telah menjadi simbol status dan kekuatan.
Orang-orang seolah telah sepakat - mereka yang bisa duduk di sana pada momen tersebut, dapat menikmati bulan terindah, bunga terindah... dan manusia terindah di Dunia Shengyuan secara bersamaan. Kenikmatan seperti ini... memang bukan untuk semua orang.
Ji Fenlong sendiri tentu saja mendengar kabar ini, sehingga dia sengaja menetapkan aturan: untuk bisa duduk di kursi itu, harus memenuhi syarat "genap enam bulan, termasyhur keempat penjuru, sepasang harta mulia."
Makna ketiga syarat tersebut adalah: Pertama, calon pengguna kursi harus tiba di Kota Harem enam bulan sebelumnya dan tinggal di kota tanpa boleh keluar sejenak pun selama setengah tahun itu. Kedua, reputasi harus cukup besar—karakter yang namanya tak dikenal sama sekali tak perlu bermimpi. Ketiga, belanja biasa tidak dihitung; untuk memesan kursi ini, harus menyerahkan dua "harta mulia" terlebih dahulu.
Yang dimaksud "harta mulia" adalah artefak legendaris. Dunia Shenyuan mengklasifikasikan artefak menjadi lima tingkatan: Ci, Xia, Zhong, Shang, dan Zhi. Nilai Harta Shang... sudah melampaui batas perhitungan Yuanmai.
Harus diakui, Wali Kota Ji cukup cerdik secara bisnis. Tidak hanya Menara Dengyuan, sebagian besar usaha di kawasan timur kota juga menerapkan syarat-syarat serupa. Banyak orang yang rela menghamburkan emas demi menyaksikan wajah legendaris Ji Fenlong pada hari Huangyue ke-12. Dan Ji Fenlong sangat menikmati situasi ini—tak ada yang lebih baik daripada membuat mereka membiayai berbagai pengeluaran Kota Harem.
Membaca sampai di sini, pembaca tentu sudah menebak... hari kedatangan Feng Bujue dan kawan-kawan ini tepat pada Huangyue ke-12...
Tahun ini, kelompok yang berhasil memesan paviliun eksklusif di Menara Dengyuan kawasan timur adalah "Empat Raja Langit Gunung Gang" yang termasyhur di Jianghu.
“Keempat orang ini adalah saudara angkat berbeda marga, tak ada yang tahu nama asli mereka. Hanya diketahui tempat pertama mereka terkenal adalah Gunung Gang (sebuah wilayah di Dunia Shengyuan). Sekarang mereka menggunakan nama persaudaraan: yang tertua bernama Dao Zheng, kedua De Zheng, ketiga Fa Zheng, dan bungsu Zhi Zheng.”
“Meski nama mereka terdengar seperti nama biksu, mereka sama sekali bukan petapa. Sebaliknya, keempatnya terkenal sebagai playboy yang gemar mengejar kecantikan, dan masing-masing berwajah tampan (bisa masuk kota membuktikan wajah dan kemampuan mereka lolos ujian). Tentu saja... mereka bukan maling atau iblis cabul, tak pernah melakukan pemaksaan. Pola mereka lebih ke gaya sastra, suka sama suka, lalu meninggalkan begitu saja...”
“Secara objektif, mereka tetap dianggap golongan terpelajar (Dunia Shengyuan adalah dunia dimana jalan benar dan jalan sesat tak bisa berdampingan, tak ada konsep 'netral' - sehingga Kota Harem melarang masuknya aliran sesat). Masalahnya hanya pada gaya hidup mereka.”
“Di siang hari itu, keempatnya telah duduk di ruang VIP lantai tiga Menara Dengyuan, bercengkerama sambil minum.”
“Saudara-saudaraku... hah... setelah setengah tahun terkungkung di kota ini, akhirnya tiba hari ini.” Dao Zheng menyuapkan lauk sambil tersenyum. Wajahnya sudah tampak kemerahan tanda mabuk ringan.
“Benar, Kakak.” De Zheng menyahut, “Malam ini... akhirnya kita bisa menyaksikan kecantikan luar biasa Ji Fenglong.”
“Aduh… sayang sekali.” Fa Zheng menengadahkan leher dan meneguk segelas anggur, lalu melanjutkan, “Ah… bisa dilihat tapi tak bisa disentuh.”
“Hehe… San Ge, ini memang tak bisa diubah.” Zhi Zheng tertawa, “Dia menyukai wanita~”
“Hmph… Benar-benar disayangkan, kecantikan selevel ini malah punya hobi aneh…” Dao Zheng memanfaatkan mabuknya untuk berkata lancang, “Seumur hidup dia mungkin tak akan merasakan kenikmatan bercinta dengan pria.”
Tiga orang lainnya mendengarkan, tertawa bersama Dao Zheng sejenak, lalu menenggak satu ronde lagi.
Setelah beberapa gelas minum, tiba-tiba Zhi Zheng membelalakkan matanya, menatap ke jalan sambil berseru: “Kakak-kakak! Lihat itu!”
“Ada apa?” Dao Zheng dan yang lain penasaran menoleh ke jalan.
Begitu pandangan mereka tertuju, hampir saja bola mata mereka copot bergulingan.
“Ini… ini…” De Zheng gagap, “…Siapa gadis kecil ini? Aku sudah tinggal di kota setengah tahun, kukira sudah melihat semua kecantikan di sini, tapi kenapa tak pernah melihatnya?”
“Mungkin dia baru masuk kota hari ini.” Fa Zheng menyambung, “Bisa jadi… dia ingin masuk ke harem Ji Fenglong?”
“Dengan kecantikan level ini, mungkin Ji Fenglong pun tak bisa menahan diri…” Kata Zhi Zheng sementara matanya tetap terpaku di jalanan.
“Eh? Saudara-saudara.” Dao Zheng tiba-tiba seperti mendapat ide, “Bagaimana kalau… aku turun dulu untuk mengundangnya ke bilik VIP ini?”
“Bagus sekali!” De Zheng membalas, tapi satu detik kemudian, dia seperti teringat sesuatu, buru-buru menambahkan, “Tapi… Kakak adalah senior, kalau Kakak sendiri yang turun tangan di situasi seperti ini, sepertinya terlalu berlebihan… Biar adik kedua seperti saya saja yang…”
“Ah~ Tak perlu Kakak Kedua turun tangan.” Fa Zheng menyela, “Saya yang pergi saja…”
“Tidak, tidak.” Zhi Zheng juga cepat bereaksi, “Sudah seharusnya adik muda seperti saya yang menanggung pekerjaan ini…”
Jelas sekali, keempat orang ini tidak bodoh, semuanya ingin menjadi yang pertama mendekati gadis itu.
“Ha!” Dao Zheng tertawa pendek, “Sudah-sudah, ketika ada kesempatan baik, kalian berlari lebih cepat dari siapa pun.” Dia meletakkan gelas di tangannya, “Karena semua ingin berbicara dengan gadis itu, lebih baik… kita pergi bersama.”
“Hmm… Boleh juga.” De Zheng tersenyum, “Mari kita datangi bersama, lihat adik cantik seperti bidadari itu lebih suka yang mana? Hahaha…”
Keempatnya tertawa dengan penuh percaya diri (mereka sangat yakin akan kemampuan merayu mereka), berpura-pura saling mengalah sambil berkata “silakan”, lalu berebutan langsung terbang keluar dari lantai tiga.
Sementara itu, Xu Huai Shang yang sedang “menjelajahi map” di jalanan sama sekali tidak tahu apa-apa. Pertama, dia tidak tahu setting latar quest ini; kedua tidak tahu siapa dan dimana rekan timnya; ketiga tidak tahu tugas saat ini. Sudah setengah hari masuk quest, dia hanya berjalan tanpa tujuan di jalanan.
Tiba-tiba, empat bayangan manusia jatuh dari langit, menghalangi di depannya…
"Niang, hamba memberi hormat." Empat Raja Langit Gangshan serempak membungkuk sopan, mengucapkan kalimat ini kepada Xu Huai Shang dengan suara kompak.
Setelah itu, keempat pria itu berdiri tegak kembali, memperlihatkan empat wajah tampan yang mulai melayangkan tatapan penuh gairah dan menggoda ke arahnya.
"Hmm..." Xu Huai Shang di sisi lain hanya mengernyitkan matanya, membalas dengan pandangan menyebalkan yang sulit dijelaskan.
Sejujurnya, adegan semacam ini pernah ia jumpai baik di dunia nyata maupun dalam game... bukan cuma empat orang, bahkan grup idola pria beranggota 48 orang yang lebih cantik dari wanita pernah menyatakan cinta padanya... pemandangan itu jauh lebih spektakuler.
"Ada keperluan apa, Tuan-tuan?" tanya Xu Huai Shang dengan nada datar.
"Hamba Dao Zheng..."
"Hamba De Zheng..."
"Hamba Fa Zheng..."
"Hamba Zhi Zheng..."
"Barangkali Niang sudah mendengar, kami bersaudara adalah tamu kehormatan di Paviliun Dengyuan malam ini." Dao Zheng berbicara.
"Dari atas paviliun tadi, kami melihat Niang sendirian mondar-mandir di jalan..." De Zheng menyambung, "Karena itu berani menghampiri..."
"Bolehkah kami mengetahui nama Niang?" Fa Zheng menambahkan.
"Apakah Niang berkenan..." Zhi Zheng melanjutkan, "...bersedia menemani kami bersaudara ke paviliun?"
Persaudaraan mereka memang sangat erat dan kompak, lebih dari saudara kandung sendiri, cara bicara mereka pun seperti permainan estafet kata.
“Hmm... Saya hargai keramahan kalian semua.” Xu Huai Shang sama sekali tidak punya waktu untuk menghadiri acara makan NPC ini, tentu saja menolak tegas, “Saya masih ada urusan, maaf tidak bisa menemani.”
Begitu kalimat ini keluar, Empat Raja Langit Gunung Gang terkejut. Mereka tidak menyangka... akan ditolak.
Belum lagi daya tarik keempat playboy ini terhadap perempuan... Normalnya, 99% orang di kota ini (baik pria maupun wanita) pasti akan langsung meledak pembuluh darahnya saat mendengar lima karakter "Paviliun Mewah Dengyuan". Kesempatan duduk di paviliun mewah Bulan Phoenix 12 tanpa bayar sepeser pun, ini jelas undangan yang mustahil ditolak.
Namun... Xu Huai Shang justru menolak Empat Raja Langit Gunung Gang dengan sikap tidak acuh, tanpa pikir panjang. Itu pun... di tengah jalan raya.
Di Kota Harem, jalanan dipenuhi orang-orang dengan Tingkat Pencapaian Tenaga Murni Tak Terbatas, pendengaran mereka tentu tajam, apalagi banyak pejalan kaki yang diam-diam memperhatikan Xu Huai Shang. Maka... separuh lebih penghuni jalan berhenti melangkah, memandang area Dewi Xu dengan wajah terpana.
Dua detik kemudian, Empat Raja Langit Gunung Gang menyadari situasi mulai aneh... Jika mereka mundur dengan malu seperti ini, bagaimana menjaga muka?
“Ehm... Niang... Mungkin Anda kurang dengar jelas...” Dao Zheng terus menghalangi jalan Xu Huai Shang, tidak ada niatan minggir sama sekali, “Yang kubicarakan adalah 'Paviliun Mewah Lantai Tiga Dengyuan'.” Ia sengaja menekankan tujuh karakter itu, khawatir lawan bicara tidak menyadari maknanya.
"Sayangnya... Xu Huai Shang sama sekali tidak mengerti makna dari tujuh karakter ini."
"Maaf, aku benar-benar tidak punya waktu." Sikap Dewi Xu tidak membaik, malah menunjukkan ekspresi tidak sabar sambil berbalik pergi.
"Hei~ Niang." Zhi Zheng dengan gesit menghadang di depan Xu Huai Shang, "Apa yang begitu mendesak?"
"Ini tidak ada hubungannya dengan kalian, kan?" jawab Xu Huai Shang, "Bisa minggir?" Setelah berkata demikian, dia berubah arah dan berjalan cepat.
Sekarang, para pejalan kaki di jalan mulai menunjukkan ekspresi schadenfreude, berkerumun dengan mental penonton pertunjukan. Jelas... Empat Raja Langit Gunung Gang kali ini akan kehilangan muka. Situasi "tamu yang duduk di balkon mewah Dengyuan Lou dipermalukan" seperti ini tentu menjadi tontonan yang disukai rakyat (yang tidak bisa pesan balkon mewah).
"Tunggu sebentar!" Dao Zheng akhirnya tidak tahan, kembali menghadang di depan Xu Huai Shang, "Niang... Cukup sudah leluconnya..." Suaranya direndahkan sambil menatap tajam mata Xu Huai Shang, "Kami saudara-saudara ini mengundang dengan baik, tapi sikapmu seperti ini... Apakah kau sengaja ingin mempermalukan kami..."
"Kalian tidak capek mengganggu?" Kali ini bahkan Xu Huai Shang sudah marah, "Jika tidak minggir, aku akan bertindak." Sebenarnya dia sudah kesal karena informasi quest yang kurang lengkap, sekarang ditambah diganggu empat NPC tak jelas... Akhirnya muncul pikiran untuk bertarung.
"Jika Xu Huai Shang mengetahui tingkat kekuatan tempur di alam semesta ini, dia tidak akan bertindak gegabah. Sayangnya... dia tidak tahu. Dia masih mengira ini hanyalah dunia kuno fiksi, paling-paling bertema wuxia. Dengan kekuatan tempurnya sekarang, di dunia wuxia seharusnya sudah tak terkalahkan, jadi menurutnya tidak apa-apa untuk bertindak."
"Aku menyarankanmu untuk tidak bertarung dengan mereka."
Tiba-tiba, suara bergema dari udara, begitu nyaring hingga memenuhi seluruh jalanan.
Mendengar kalimat ini, ekspresi Xu Huai Shang berubah drastis... Di balik keheranan, terselip secercah sukacita...
