Dua puluh detik sebelumnya, di paviliun batu.
Ji Fenglong melepaskan serangan, Feng Bujue langsung bereaksi.
"Cepat sekali..." Bahkan Ji Fenglong pun tak bisa menyembunyikan kekaguman dalam hatinya.
Langkah mundur Feng Bujue telah mencapai batas kecepatan maksimal yang bisa ditangkap penglihatan Ji Fenglong... Artinya, jika aksi Jue Ge sedikit lebih cepat lagi, Ji Fenglong takkan bisa melihatnya.
Pada saat yang sama, Xu Huai Shang juga bergerak... Hampir seperti digerakkan oleh insting, dia mengeluarkan sepasang pedang dan menyergap Ji Fenglong.
"Oh? Bahkan Niang Xu juga..." Ji Fenglong tak menyangka bahwa kecantikan di samping Pemimpin Pondok Feng ini juga merupakan jago kelas atas. Padahal dia sengaja menghindari area Xu Huai Shang saat menyerang, ternyata itu tindakan berlebihan...
"Jangan bergerak." Dalam sekejap, suara Xu Huai Shang telah menggema di telinga Ji Fenglong, dua kilau dingin pedangnya telah menempel di leher Walikota Ji.
Tentu saja, Ji Fenglong bukan lawan sembarangan. Sebagai salah satu kekuatan tempur tertinggi di Dunia Shengyuan, kemungkinan dia bisa dikalahkan dengan serangan mendadak hampir nol... Tepat sebelum bilah pedang menyentuh kulitnya, dia telah mengerahkan energi Shengyuan untuk membentuk lapisan baju tak kasat mata di permukaan tubuhnya.
"Heh..." Ji Fenlong sudah menyiapkan pertahanan, merasa aman, lalu tersenyum tenang dan berkata tanpa panik, "Nona Xu, sepertinya sepasang pedangmu ini... bukan cuma untuk bela diri ya?" Dia berhenti sejenak, melanjutkan perlahan, "Niat mendahului pedang, semangat utuh, jurus dan tenaga menyatu, pas di titik tepat... Kamu benar-benar jago..."
"Walikota terlalu memuji, ini cuma trik kecil." Ekspresi Xu Huaishang dingin, jelas sudah masuk ke mode serius.
Dewi Xu juga sosok yang cukup rasional. Baginya, seindah apapun Ji Fenlong, dia cuma NPC dalam game. Dia takkan tergila-gila pada karakter virtual, jadi... saat perlu menebas, dia takkan ragu.
"Aku baik-baik saja, jangan panik... Walikota Ji cuma sedang main-main denganku." Tiba-tiba, suara Feng Bujue yang melayang di atas kolam lotus terdengar.
"Hah..." Xu Huaishang menghela napas, memisahkan kedua tangannya dan menarik pedang dari leher Ji Fenlong.
"Hahaha..." Ji Fenlong tertawa, "Menarik, kalian berdua... sangat menarik."
Sambil menoleh ke arah kolam lotus, dia berkata pada Feng Bujue: "Pemimpin Pondok Feng memang luar biasa. Dalam situasi yang mustahil dihindari tadi, bisa mengubah bahaya jadi keselamatan, menggunakan 'jurus'... bukan 'tubuh' untuk menahan kekuatan suciku."
"Walikota Ji... mata yang tajam..." Jue Ge juga menatapnya, balas berbicara dengan suara berat.
Saat mengucapkan kalimat ini, ekspresi Feng Bujue terlihat tenang, namun di dalam hatinya sudah mulai tegang...
Benar, sistem kekuatan Jue Ge berbeda dengan dunia ini, hal ini memberinya keunggulan tertentu. Tapi... kekuatan tetaplah kekuatan. Begitu aturan dasarnya dipahami, tidak ada lagi keunggulan yang tersisa.
Ji Fenglong memang pantas dijuluki "Yuan Sheng". Dibandingkan lawan-lawannya sebelumnya, levelnya benar-benar berbeda. Hanya dalam satu ronde pertarungan, dia sudah menganalisis kelemahan Feng Bujue – hampir tidak memiliki kemampuan bertahan fisik langsung terhadap serangan Shengyuan.
Wanita ini... sungguh mengerikan.
"Kalau begitu... selanjutnya, haruskah aku menyerang titik lemah ini?" lanjut Ji Fenglong.
"Tentu saja," kata Feng Bujue. "Dalam pertarungan, menyerang kelemahan lawan adalah hal yang lumrah..."
"Hmph... kamu pasti sedang merencanakan trik kotor lagi, kan?" Tiba-tiba Xu Huaishang yang berdiri di paviliun batu menyela dengan nada dingin.
"Hei!" Feng Bujue yang ketahuan langsung berteriak. "Kamu ini memihak siapa sih?!"
"Lagipula ini hanya pertandingan persahabatan, bukan sampai mencabut nyawa..." sambil berkata demikian, Xu Huaishang sudah menyimpan sepasang pedangnya, duduk kembali di tepi meja, dan meminum teh. "Dalam kondisi seperti ini, aku mendukung Wali Kota Ji."
"Ha ha ha ha... Nona Xu benar-benar menggemaskan..." Ji Fenglong menoleh memandang Xu Huaishang dengan tatapan penuh kasih, lalu menatap Jue Ge. "Pemimpin Pondok Feng, kalian berdua benar-benar hanya teman biasa?"
"Tidak, persahabatan kita sudah berakhir sejak tadi." Feng Bujue menyilangkan tangan di dada dengan kesal.
"Ha!" Xu Huai Shang tak mau kalah, "Justru seperti yang kuharapkan!"
"Hmm..." Ji Fenglong memandang bergantian ke kedua orang itu, seolah mendapat ide, "Bagus... sangat bagus..."
Sambil bergumam, langkah gemulainya sudah melayang di udara. Siluet anggunnya bagai daun kering yang melayang pelan... Berdiri berhadapan dengan Jue Ge di atas kolam teratai, terpisah oleh jarak.
"Pemimpin Pondok Feng, aku punya usulan." Ji Fenglong tersenyum manis pada Jue Ge, "Sama seperti yang kau lakukan di Gerbang Selatan. Bagaimana kalau kita bertaruh?"
"Hmph..." Feng Bujue mendengus. Saat mendengar kata "usulan", dia sudah menduga targetnya adalah Xu Huai Shang, "Taruhan macam apa?"
"Sederhana. Kita bertarung di atas kolam teratai ini. Dalam waktu satu cangkir teh, jika Pemimpin Pondok Feng bisa menyentuh tubuhku, kau menang. Jika tidak, aku yang menang..." jawab Ji Fenglong.
"Kalau aku menang bagaimana? Kalau kau menang... lalu apa?" Feng Bujue menyandar kepala sambil tersenyum kecut seperti preman.
“Kalau Pemimpin Pondok Feng menang, aku akan langsung menghadiahkan satu artefak kelas atas dan mengantar kalian pergi dengan hormat.” Ji Fenglong menjawab, “Hmm… Kalau aku yang menang… Aku juga akan memberikan artefak kelas menengah untuk Pemimpin Pondok Feng dan mengantarmu pergi dari istana, tapi…” Di sini, dia menoleh ke Xu Huai Shang, “…Nona Xu harus tinggal.”
“Ha?” Xu Huai Shang langsung terkejut mendengarnya, “Tidak masuk akal… Kalian berdua yang bertaruh, apa hubungannya denganku?”
“Bolehkah aku bertanya, untuk apa kau menyuruhnya tinggal?” Nada suara Feng Bujue mulai dingin, sorot matanya tajam.
“Hehe… Kalian bahkan bukan teman, apa urusanmu jika aku menahannya di sini?” Jawab Ji Fenglong.
“Hmm… Ada benarnya juga.” Feng Bujue mengangguk.
“Hei!” Xu Huai Shang di paviliun sudah marah, berteriak pada mereka, “Apa kalian berdua tuli? Jangan asal memutuskan nasib orang!”
“Bolehkah aku bertanya lagi, jika dia sendiri tidak mau tinggal, apa caramu untuk menahannya?” Feng Bujue bertanya lagi.
“Tentu saja…” Ji Fenglong tersenyum manis, “Sejak kalian menginjakkan kaki di Istana Lianxian, keputusan untuk pergi atau tinggal bukan lagi hak kalian.”
Mendengar ini, sebuah pikiran langsung melintas di benak Feng Bujue. Spontan ia berseru: “Aroma Wanita?”
“Pemimpin Pondok Feng memang cerdik luar biasa.” Sambung Ji Fenglong.
“Hmph… Aku sejak awal tidak percaya dengan istilah ‘aroma tubuh’.” Kata Feng Bujue.
"Percaya atau tidak, tidak akan mengubah apapun." Ji Fenglong mengangkat tangan kanannya, mulai memainkan rambut panjang di bahunya, "Benar, 'Aroma Wanita' bukanlah wewangian alami, melainkan kabut racun tak berwarna... Cukup berada dalam kabut ini sejenak, seseorang tak bisa lagi menghirup udara dari luar. Hanya dengan meminum penawar racun buatan tanganku, barulah boleh meninggalkan Istana Lianxian."
"Pantas saja istri-istrimu sebanyak ini, tidak takut mereka kabur..." Feng Bujue tertawa.
"Wanita milikku, sejak awal takkan kabur." Ji Fenglong melepaskan helai rambut yang dipegangnya, menyambung dengan nada dingin, "Lagipula... itu bukan urusanmu." Ia mengibaskan lengan bajunya, menyatukan kedua tangan di belakang punggung, "Sudahlah, berhenti berbelit-belit... Pemimpin Pondok Feng, bagaimana pendapatmu tentang taruhan ini?"
"Hehe..." Feng Bujue mengangkat bahu sambil tersenyum, "Bisakah aku... menolak bertaruh?"
Ji Fenglong tersenyum menggoda: "Coba tebak."
Jue Ge menatap Xu Huai Shang: "Nona Xu, bagaimana pendapatmu?"
"Bagaimana kalau kita berdua menyerangnya bersama-sama?" Xu Huai Shang mengajukan saran serius.
"Hmm... Ide yang bagus sih." Feng Bujue menjawab, "Dibanding aku bertarung sendirian, kerja sama kita berdua... persentase keberhasilan membunuhnya memang lebih besar."
"Pemimpin Pondok Feng, tahukah kau istilah semut menggeser pohon?" Ji Fenglong menyela dengan senyuman sinis.
"Tapi Jue Ge mengabaikannya, melanjutkan perkataannya kepada Xu Huai Shang: 'Tapi ada masalah... Meski kita penggal dia, belum tentu dapat obat penawar... Lagipula, dia punya banyak bawahan. Kecuali kita bisa membunuhnya seketika... Perhatikan bahwa kemungkinan ini sangat tipis... Kalau tidak, dia bisa kapan saja memanggil puluhan jago level Shenyuan Wuji untuk membantu. Saat itu, kita berdua tamat.'"
"Baiklah..." Xu Huai Shang menyerah setelah mendengar analisis Jue Ge, duduk tenang siap menyaksikan pertunjukan, "Bertaruh ya sudah."
"Kalah pun tak masalah?" Jue Ge bertanya jahat melihat reaksinya.
"Sebenarnya... emang nggak masalah." Xu Huai Shang menjawab, "Lupakan perlindungan sistem yang sudah mencegah bahaya..." Ia menunjuk Ji Feng Long, "Sekalipun mundur seribu langkah... Perempuan ini bisa apa terhadapku?"
Karena adanya penyensoran sistem, Ji Feng Long tak mendengar kalimat tengahnya tapi menangkap awal dan akhir. Ia segera menyambung: "Nona Xu, jangan salah paham... Aku hanya ingin mengajakmu ngobrol santai dan menikmati pemandangan, sama sekali tidak berniat..."
"Cukup... Tak perlu penjelasan." Xu Huai Shang memotong kasar, "Ayo cepat mulai pertarunganmu..."
"Eh... Baiklah." Ji Feng Long tak tahu apakah reaksi Nona Xu ini baik atau buruk. Sejauh ini, segalanya masih sesuai Quest-nya. Tinggal sebentar saja dan sebuah fasilitas kelas sedang tak bermutu, maka Feng Bujue akan segera diusir...
“Pemimpin Kota Ji.” Waktu melayang Feng Bujue hampir habis. Ia berdiri di atas permukaan air, berbicara dengan santai, "Di sisi saya, bisa mulai kapan saja."
"Baik!" Ji Fenglong mengibaskan lengannya, sebuah jam pasir tiba-tiba muncul di tangannya. "Satu taburan pasir ini setara dengan waktu semangkuk teh." Saat berkata demikian, ia melemparkan jam pasir ke belakangnya.
Jam pasir itu berputar beberapa kali di udara sebelum tiba-tiba berhenti, terus vertikal dan diam sempurna.
Pada detik itu, pasir... mulai mengalir...
"Pemimpin Pondok Feng, sila..." Sebelum kata "sila" dari Ji Fenglong selesai, ia sudah menyadari... Feng Bujue telah lenyap dari pandangannya.
