"Hey... hey!" Feng Bujue terdiam setengah detik sebelum berteriak liar, "Kau bercanda, ya!"
"Bukan candaan." Suara Gu Chen dari luar pintu justru membalas keras.
"Setidaknya lepaskan borgolku dong!" Saat mengucapkan ini, Feng Bujue telah bangkit dari kursi dan berlari ke pintu.
"Bukankah saat aku duduk dan bicara pertama kali, kau sudah membuat ibu jarimu terlepas..." Gu Chen menjawab dengan tenang.
"Gila... Kok bisa tahu?!" Feng Bujue berteriak kaget.
"Aku juga tahu, saat ini kau sedang bersembunyi di balik pintu..." Gu Chen berbicara melalui pintu besi dengan nada tenang yang menjengkelkan, "Begitu aku setuju masuk dan membukakan kunci... di detik aku membuka pintu, kau akan langsung menyerangku." Dia menggeleng, "Lebih baik kau pikirkan cara menghadapi hantu jahat di ruangan ini."
"Kasih petunjuk dong!" Feng Bujue bertanya sambil melepas borgol (sebenarnya sudah bisa dilepas sejak lama), lalu dengan cepat memasukkan kembali kedua ibu jarinya.
"Kamu pikir ini sedang bermain game?" Gu Chen tersenyum, "Heh... Baiklah, aku akan memberimu satu petunjuk." Dia berhenti sebentar setengah detik, lalu melanjutkan, "Pertama, kamu harus 'melihat' targetnya dulu, baru bisa menanganinya. Mengerti?"
"Mengerti setan lah!" Feng Bujue membalas, "Apa kau menyuruhku membuka Mata Yin-Yang sendiri?"
"Hmph... Mainlah pelan-pelan, aku pergi dulu." Gu Chen mengabaikan celaan Jue Ge, "Jika kau bisa bertahan hidup, kita akan bertemu lagi dalam sepuluh menit." Suara dan langkah kakinya perlahan menjauh...
"Ini tidak baik..." Tiba-tiba Feng Bujue kembali ke sikap tenangnya sehari-hari, matanya berkilat tajam, "Dia benar-benar pergi..." Garuk-garuk kepala, "Kupikir dengan berpura-pura panik, dia akan memberi lebih banyak petunjuk... Mungkin dia sudah tahu tipuanku..."
Sambil berpikir, Jue Ge tetap bergerak cepat. Dia bergegas ke meja, meletakkan lampu meja di lantai, lalu mengangkat meja dan memindahkannya ke sudut ruangan. Kemudian dia mengambil kursi dan menaruhnya di atas meja.
"Hmm..." Setelah selesai, Feng Bujue berdiri memandang meja-kursi sambil bergumam, "Tinggi meja 1,2 meter, tinggi kursi 52 cm, total 172 cm. Ditambah tinggi badanku 179 cm, jadi 351 cm... Asal aku berjinjit dan menggapai sekuat mungkin, pasti bisa mencapainya..."
Setelah kalkulasi kilat, dia langsung memanjat meja, lalu naik ke kursi.
"Meja itu berbentuk persegi dengan empat kaki, ditempatkan di sudut ruangan sehingga sangat stabil, susah untuk didorong hingga jatuh. Permukaan kursi juga cukup lebar dengan posisi tubuh bagian bawah yang kokoh. Dalam kondisi seperti ini, Feng Bujue bisa leluasa bergerak."
Tak lama, Jue Ge berhasil membongkar kamera yang terpasang di sudut langit-langit dan kembali ke lantai.
"Ah... Ternyata ada baterai cadangan internal (secara otomatis beralih ke mode baterai saat listrik AC/DC terputus)." Feng Bujue memainkan kamera sebentar, membuka layar monitor, lalu mengangkatnya seperti DV sambil mengamati lingkungan ruangan melalui lensa kamera.
"Hah? Tidak ada..." Hanya dalam beberapa puluh detik, ia sudah memindai seluruh ruangan namun tak menemukan keanehan apapun, "Apa pemahamanku salah? Harus pakai cara lain?" gumamnya sendiri, "Atau... Kepala Departemen Gu sedang membohongiku? Sebenarnya tidak ada apa-apa di sini?"
Pikirannya berputar cepat. Setelah merenung beberapa detik, ia yakin kemungkinan Gu Chen bercanda sangat kecil... Lalu muncul ide lain di benaknya.
"Sepertinya... aku harus mematikan lampu." Langsung saja Feng Bujue berjalan ke tengah ruangan, meletakkan lampu meja di kursi yang belum dipindahkan, lalu... mematikan tombol.
Klik—
Ruangan langsung gelap gulita.
Detik berikutnya, ia mengaktifkan mode penglihatan malam pada kamera dan kembali mengangkatnya ke depan mata.
“Hah... Benar-benar ada ya...” Kali ini, Jue Ge akhirnya melihat sesuatu yang "tidak bersih" melalui lensa kamera.
Dalam lingkungan terang, ruangan ini tampak normal. Tapi dalam kegelapan total... pemandangan di depan Feng Bujue mengalami perubahan drastis. Ia menemukan bahwa enam dinding ruangan ini tidak dihiasi coretan, melainkan ribuan mantra. Tepat di tengah langit-langit, tertanam horizontal benda besar menyerupai kepompong. Semua mantra tampak mengelilingi kepompong raksasa ini, lalu merambat ke segala penjuru hingga menutupi seluruh enam dinding ruangan...
"Hantu jahat yang dimaksud... pasti ada di dalam kepompong ini..." Gumam Feng Bujue sambil menengadah ke atas dan mengarahkan kamera ke langit-langit. "Sudah kulihat... dan dia pun tampak belum mulai bergerak. Tapi masalahnya... bagaimana aku harus menghadapinya nanti jika benda ini benar-benar mulai aktif..."
Mungkin Jue Ge sendiri tak menyadari, sikapnya kali ini terlalu tenang... Ini bukan dunia virtual, melainkan realitas. Sekalipun para jagoan yang merajai dunia game, dalam kehidupan nyata... tetaplah manusia biasa. Jika mereka menghadapi situasi yang sedang dihadapi Feng Bujue saat ini, mungkin tubuh mereka sudah gemetar ketakutan dan tak bisa bergerak.
Tentu ada yang akan berkata... Bukankah wajar jika ketakutannya Feng Bujue sudah disegel?
Tapi menurutku... pendapat ini keliru. Tidak ada ketakutan, bukan berarti emosi seperti panik, terkejut, atau tegang juga hilang.
Ketenangan Jue Ge ini lebih karena wataknya. Meskipun segel ketakutannya dicabut, reaksinya tetap akan mirip...
"Eh..." Tiba-tiba, erangan rendah terdengar dari dalam kepompong, memutus alur pikirannya.
Saat itu, perasaan dingin tiba-tiba mengepung Feng Bujue, seolah dia jatuh ke dalam gua es. Bahkan napasnya menjadi sangat sulit. Seluruh otot di tubuhnya terasa kaku dan kebas...
“Sial... Ini sudah dianggap mulai...” Feng Bujue segera tersadar dari ketertegunan singkatnya, lalu bergumam pelan.
Dalam hal kemauan, Feng Bujue jelas melebihi orang biasa. Dia bisa dengan wajah tak berubah mematahkan jarinya sendiri saat mengobrol dengan orang lain... Ini sudah menjelaskan banyak hal...
Jadi, saat menghadapi situasi horor yang tiba-tiba ini, dia sama sekali tidak panik... Langsung melakukan tindakan yang sangat kritis——berbalik badan, menyalakan lampu.
Prak——
Namun... Kali ini, menggeser tombol tidak membuat lampu meja itu menyala kembali.
