“Hmm… Meski keberuntunganku sangat buruk, seharusnya tidak sampai terjadi hal seperti ini…” Reaksi pertama Feng Bujue adalah, “Apakah lampu meja ini rusak tepat di saat yang paling tidak tepat?” Sedangkan reaksi keduanya, “Atau… tepat di detik aku mematikan lampu, baterainya habis?”
“Eh… Ah…”
Saat Jue Ge masih bingung kenapa lampu mejanya tidak menyala, hantu jahat dalam kepompong itu sudah merobek kepompong besar sambil bergumam pelan...
Mendengar suara, Feng Bujue langsung berbalik dan mundur ke dekat pintu logam. Sambil mengawasi pergerakan hantu itu melalui kamera, dia menyikut pintu dua kali, "Hei! Kepala Departemen Gu! Situasinya kayaknya nggak beres! Ada petunjuk lanjutan nggak?"
Beberapa detik menunggu, tidak ada yang merespons...
"Dia beneran pergi..." Keringat dingin mulai mengucur di kening Feng Bujue.
Pleset——
Tiba-tiba terdengar suara sobekan kain.
Feng Bujue menoleh dan melihat hantu itu telah merobek habis kepompong, lalu menggantung terbalik sambil mengembangkan tubuhnya.
Penampilannya mengerikan: kepalanya seperti mumi dengan tengkorak retak, minyak mayat berbau busuk menetes dari celah di kepalanya... Badannya gembung seperti kacang polong, tapi keempat anggota tubuhnya kurus kering seperti ranting.
"Hmm... Desainnya cukup avant-garde tuh." Feng Bujue tetap mengarahkan kamera sambil mencengkeram lampu meja... bersiap untuk menghajar lawannya.
"Hehehe..." Hantu itu tertawa jahat saat melihat Jue Ge. Setelah beberapa kali tertawa, dia melompat ke lantai dan mulai melangkah mendekati Feng Bujue.
“Hè——Cih!” Ketika hantu jahat itu mendekat hingga jarak dua meter, Feng Bujue melakukan percobaan pertama - meludahi makhluk itu.
Kebetulan sekali... ludah itu tepat masuk ke lubang di kepala hantu jahat tersebut.
“Hah?” Hantu itu jelas terkejut sejenak, dua detik kemudian dia tiba-tiba berbicara, “Apa yang kau lakukan?”
“Ternyata bisa bicara ya...” Feng Bujue bergumam dengan nada mencela.
“Biasa saja.” Hantu itu menjawab, “Hantu, dulunya juga manusia, tentu bisa bicara.” Dia berhenti sejenak lalu bertanya lagi, “Aku tanya, kenapa kau melakukannya?”
“Aku... ingin mencoba apakah ludah bisa menghancurkanku.” Feng Bujue menjawab.
“Oh...” Hantu itu menyambung, “Lalu bagaimana hasil percobaannya?”
“Dari pengamatanku... sepertinya tidak berhasil.” Feng Bujue menjawab.
“Tidak hanya tidak berhasil, tapi juga menjijikkan, tahu tidak?” Hantu itu membentak keras.
“Hmm... maaf.” Jue Ge berpikir sejenak, merasa dirinya memang salah, lalu meminta maaf. Tapi kemudian dia mengajukan pertanyaan lagi, “Ngomong-ngomong... kalau kau bisa bicara, aku ingin konfirmasi... apakah air seni perjaka bisa mengusir hantu?”
Mendengar ini, hantu itu malah mundur dua langkah, memandangi Jue Ge dari atas ke bawah sebelum menjawab: “Hmm... tidak bisa.”
“Baiklah.” Feng Bujue menunjukkan ekspresi kecewa sambil mengangkat bahu.
“Selain itu... aku bisa katakan dengan jelas padamu.” Hantu itu menambahkan, “Orang sepertimu yang bahkan belum membuka kesadaran spiritual, hampir mustahil bisa selamat dari tanganku.”
“Oh? Bisa jelaskan lebih detail?” Feng Bujue masih belum menyerah mencoba mendapatkan informasi dari lawannya.
“Tak ada waktu!” Namun hantu jahat itu tak mau berkompromi. Sambil bicara, dia kembali mendekat, “Begitu kusarikan arwahmu untuk mengisi tubuh magisku, kau pasti akan tahu sendiri.”
“Oṃ maṇi padme hūṃ!” Melihat situasi ini, Feng Bujue segera melantunkan mantra enam suku kata sambil menyambar lampu meja dan mengayunkannya ke arah hantu.
Setelah berbulan-bulan berlatih (cara latihannya telah dijelaskan sebelumnya ke V1), fisik Feng Bujue telah mengalami perubahan signifikan. Meski kemampuan fisik dasarnya masih kalah dengan atlet profesional, tapi sudah jauh dari kondisi lemah khas otaku.
Meski yang dipegangnya cuma lampu meja, tapi ini tetap benda keras... Jika sampai menghantam kepala manusia, bisa langsung menewaskan korban.
“Hmph…” Namun, menghadapi serangan Jue Ge, hantu itu hanya membalas dengan senyuman sinis.
Whoosh——
Benar saja, serangan penuh Jue Ge... meleset sama sekali. Karena terlalu keras mengayun tanpa menemui titik tahanan yang diantisipasi, tubuhnya langsung oleng dan terjatuh ke depan... Sementara kamera di tangannya yang lain terlempar ke lantai.
“Tidak bisa… menyentuh…” Kesadaran Feng Bujue akan ketidakmampuannya menyentuh lawan datang terlambat.
Tapi Jue Ge yang kehilangan keseimbangan tidak jatuh... Tubuhnya yang condong ke depan ditopang satu tangan hantu itu di bagian——leher.
“Batuk——Egh……” Tenaga dahsyat dari area leher membuat wajah Jue Ge langsung berubah dari merah menjadi ungu.
Detik berikutnya, hantu jahat itu melangkah ke depan, mencengkeram leher Feng Bujue dan mengangkatnya tinggi-tinggi ke atas kepala lalu menekannya ke dinding: "Kau memang punya nyali besar, sayangnya... tubuhmu kurang memancarkan energi suci, juga tak punya kesadaran spiritual. Masuk ke wilayah hantuku adalah takdirmu..."
"Mengapa dia bisa menyentuhku, tapi aku tak bisa menyentuhnya..." Dalam kondisi seperti ini, otak Feng Bujue masih terus bekerja, "Dan cengkeramannya terlalu kuat... Aku harus cepat-cepat mengatakan sesuatu... sesuatu yang bisa menggoyahkan keyakinannya... harus membuatnya melepaskanku... harus mencari alasan... Feng Bujue... cepat berpikir... sebelum otak berhenti bekerja karena hipoksia... Cepat... Tidak... Aku sama sekali tak bisa bicara... Apa aku... akan mati?"
Pada momen ini, Feng Bujue memasuki wilayah batas ekstrem yang belum pernah dialaminya (di dunia nyata)... Sensasi menjelang ajal.
"Ada apa ini?" Tiba-tiba, mata Jue Ge melihat sesuatu, "Aku... melihat..."
Beberapa detik sebelumnya, pandangannya masih gelap gulita. Meski ada sedikit cahaya di ruangan, tanpa kamera, dia tak bisa melihat entitas spiritual...
Tapi di detik ini, dia bisa melihat dengan jelas segala sesuatu dalam kegelapan...
Dinding yang dipenuhi mantra, kepompong besar yang terkoyak, minyak mayat yang menetes ke lantai, dan... hantu jahat di hadapan mata.
Prak——
Entah dari mana Jue Ge mendapat tenaga lagi, ia kembali mengangkat lampu meja (yang tidak pernah dilepaskan dari genggamannya) dan menghantam pipi hantu itu.
"Aah..." Kali ini, hantu itu terkena pukulan telak. Kesakitan, ia menjerit dan secara instingtif melepaskan cengkeramannya.
Feng Bujue akhirnya terbebas dari cengkeraman lawan... Saat kakinya mendarat, darah langsung mengalir deras ke kepalanya, membuatnya pusing limbung dan hampir terjatuh.
Tapi... akhirnya ia tidak jatuh. Setelah serangkaian tarikan napas tergesa dan batuk, ia berhasil menstabilkan posisi.
"Kau..." Hantu yang mundur sejauh tiga meter itu mengubah ekspresinya, "Rupanya kau memiliki kesadaran spiritual..."
"Heh..." Feng Bujue tersenyum. Senyum jahat, gila, dan membuat bulu kuduk merinding (baik manusia maupun hantu) kembali menghiasi wajahnya, "Meski aku belum sepenuhnya memahami apa itu kesadaran spiritual, tapi sekarang... aku bisa melihat lingkungan sekitar dengan jelas dan menyentuhmu."
"Oh? Jadi dia baru saja bangkit..." batin hantu itu.
Memikirkan hal itu, ia kembali mendapatkan sedikit kepercayaan diri. Dengan senyum Yin-nya yang khas, ia berkata pada Jue Ge: "Hehe... Apa kau pikir dengan bisa melihat dan menyentuh, kau bisa mengalahkanku?"
“Dari pengamatanku, kekuatanmu memang sedikit di atas rata-rata manusia.” Feng Bujue menjawab dengan tenang, “Tapi dalam hal kecepatan, akulah yang lebih unggul. Lagipula... postur tubuhmu tidak cocok untuk pertarungan. Di dunia hantu... kau pasti cuma ikan kecil yang hanya bisa membunuh orang tanpa kesadaran roh.”
“Hmph! Anak kecil yang tidak tahu diri... Berani mengoceh sembarangan!” Hantu jahat ini jelas tersinggung oleh ucapan Jue Ge. Dengan muka memerah karena marah, dia langsung meraung dan menerjang ke arah Jue Ge.
“Ikan kecil tetap ikan kecil...” Wajah Feng Bujue dingin bagai air. Dengan tenang dia membungkuk, bergerak... Sekelebat saja sudah berada di samping lawannya, “Cuma sedikit provokasi, langsung melancarkan serangan bodoh yang bisa terbaca dari jauh...”
Pada kilatan listrik dan percikan api itu, tangan Jue Ge mendorong sementara kakinya menyandung. Memanfaatkan momentum si hantu, dia menjatuhkan makhluk itu ke tanah.
“Tak masuk akal...” Setelah jatuh terjungkal, hantu itu semakin murka. Dia langsung berguling setengah lingkaran, bersiap bangun untuk bertarung tiga ratus lagi.
Tak disangka...
Baru saja wajahnya menoleh, belum sempat membungkuk, sebuah kursi lipat logam sudah menghantam mukanya.
Pak、pak、pak、pak、pak——
“MLGBD……Berani mencekik aku! Cari mati! Si bajingan……” Feng Bujue mencengkeram sandaran kursi, memukul hantu jahat dengan frekuensi dan kekuatan tinggi disertai makian berirama yang selaras dengan suara tepukan pukulannya...
“Kau...ini...ah...” Hantu jahat terjatuh tak berdaya, segera mengambil posisi meringkuk sambil menutupi kepala dengan erotan tubuh dan jeritan kesakitan.
Di sisi Feng Bujue...meski lawan menunjukkan kelemahan, tak ada niatan berhenti. Ia terus memukul dengan semangat membara.
Kreek——
Saat itu, pintu logam ruangan didorong dari luar. Cahaya lampu koridor menyusup masuk.
"Sudah, cukup pukulannya. Keluarlah." Bayangan Gu Chen kembali muncul di ambang pintu.
Dengan kemunculannya, hawa dingin di ruangan tiba-tiba lenyap...hantu jahat pun menghilang tersinari cahaya.
“Haa...haa...” Melihat itu, Feng Bujue meletakkan kursi sambil menarik napas berat. Setelah pernapasannya stabil, ia menatap Gu Chen di pintu sambil berkata, "Kau datang tepat waktu..."
Baru setengah kalimat terucap, ia kembali menyambar kursi dan melesat ke depan mengayunkan benda itu ke arah Gu Chen.
Namun...seketika, kilatan merah menyambar di depan mata Feng Bujue.
Disusul gemerincing "ding ding dang dang..." yang bergema.
Saat Feng Bujue sadar kembali, kursi lipat logam di tangannya telah berubah menjadi puluhan pipa besi dan komponen sepanjang jari yang berhamburan di lantai. Jika diamati... tepian pecahan-pecahan ini terpotong sangat rapi, seolah dibelah pedang tajam...
"Ayo, kita pindah tempat bicara." Ekspresi Gu Chen tetap datar... seolah tak terjadi apa-apa. Ia melanjutkan pembicaraan, "Ikut aku." Pria itu langsung menaruh tangan di saku dan berbalik pergi.
"Hah..." Feng Bujue membeku selama lima detik, dua potong pipa besi di genggamannya jatuh ke lantai, "Baiklah..." Ia pun mengikuti dari belakang.
