Feng Bujue tidak menghabiskan banyak waktu pada pemilik rumah kedua ini, karena saat menyebut "enam belas", sang pemilik langsung menerima surat.
【Pembaruan Progres Misi Sampingan】
【Antarkan semua surat sebelum tengah malam, progres saat ini 2/13】
Sistem suara berbunyi tepat waktu, konten di daftar quest pun berubah sesuai.
"Sial..." Reaksi pemilik kedua ini sama persis dengan yang pertama, ia menerima surat dengan geram lalu berbalik hendak membanting pintu.
Jue Ge gesit menyelipkan ujung sepatu ke celah pintu sambil menarik gagang dari luar, menyela: "Tunggu dulu, ada satu pertanyaan lagi."
"Apa?" sahut pemilik rumah dengan kesal.
"Kamu punya saudara di kota ini...?" tanya Feng Bujue.
“Hah?” Pemilik rumah menjawab dengan nada yang membingungkan, “Kenapa bertanya begitu?” Dia berhenti sebentar setengah detik, lalu melanjutkan, “Aku tidak punya saudara, sama sekali tidak ada.”
Setelah berkata demikian, dia bahkan tidak menutup pintu, langsung berbalik dan pergi.
“Hei! Hei!” Feng Bujue kembali berteriak dua kali, tapi si target sama sekali tidak menghiraukan. Dari suara langkah kaki... orang itu sepertinya telah naik ke lantai atas.
Kemudian, Jue Ge mencoba masuk dengan paksa. Sayangnya celah pintu sangat sempit, dan kunci rantai di dalam pintu juga sangat kokoh... Setelah mencoba selama tiga menit, dia akhirnya menyerah.
“Ada yang tidak beres...” Feng Bujue masih bergumam saat kembali ke sepedanya, “Sangat tidak beres...” Sambil mengayuh sepeda, pikirannya berputar cepat, “Kenapa aku merasa orang ini sama dengan pemilik rumah pertama... Mungkinkah setelah menerima suratku di No.3 Jalan Pertama, dia langsung datang ke No.9 Jalan Kedua untuk berpura-pura jadi pemilik rumah kedua?” Dia menggelengkan kepala perlahan, “Hmm... Sepertinya tidak mungkin. Kecepatan bersepedaku cukup tinggi, dan aku mengambil rute terpendek. Meskipun dia punya sepeda motor atau kuda... Sangat sulit untuk sampai lebih dulu dariku. Kecuali... ada terowongan bawah tanah di antara dua rumah itu, dan ada transportasi di terowongan yang lebih cepat dari sepeda, barulah mungkin.”
Memikirkan hal ini, dia secara singkat mengingat kembali alur cerita dan musik tema film klasik "Perang Terowongan" di kepalanya, lalu... membatalkan hipotesis di atas.
"Hmm... Meski mereka bukan orang yang sama, pasti ada hubungan." Feng Bujue melanjutkan pemikirannya, "Walaupun aku tidak melihat jelas wajahnya, suara, postur tubuh, hingga nada bicara menunjukkan kemiripan yang kuat..." Dia mengingat-ingat percakapan dengan pemilik rumah kedua, "Tapi dari sikap Si Gemuk Nomor Dua (ini tentu julukan sementara yang diberikan Jue Ge ke NPC) sepertinya dia tidak berbohong. Setidaknya dia sendiri yakin... tidak punya saudara lain di kota ini."
Jue Ge mengangkat tangan menggaruk kepala: "Mungkinkah... beberapa puluh tahun lalu... ayah Si Gemuk Pertama sering mengunjungi rumah Si Gemuk Kedua? Atau ayah Si Gemuk Kedua yang sering ke rumah Si Gemuk Pertama? Atau mungkin ibu Si Gemuk Pertama yang..." Dia mengangkat bahu menghentikan dugaan percuma ini, "Hmm... Sebenarnya beberapa skenario ini bisa dikategorikan sebagai kasus yang sama..." Setelah menyadari hal ini, dia melanjutkan, "Mari simpan dulu kemungkinan mereka bersaudara, cari hipotesis lain..."
Sambil mengayuh sepeda, pikirannya terus bekerja...
Sekitar lima menit kemudian, matanya berkilat disertai senyum tipis: "Ketemu!"
Detik berikutnya, gumamnya meluncur pelan: "Klon manusia..."
Seperti pepatah - "Pasien rumah sakit jiwa punya imajinasi luas", meski Jue Ge bukan pasien, pola pikirnya memang berbeda dari orang biasa, dan cara berpikirnya... benar-benar melampaui batas.
"Benar... Dengan penjelasan ini, semuanya masuk akal." Feng Bujue berbicara dengan penuh keyakinan, "Kalimat 'sama sekali tidak punya saudara' juga bisa dijelaskan dengan konklusi ini."
"Sambil berpikir, dia kebetulan tiba di alamat penerima surat ketiga: 【Jalan Ketiga, Nomor Tujuh.】"
"Ini lagi-lagi rumah dua lantai. Depan rumah tak ada kotak pos, rumput di depan pintu menguning. Struktur dan penampilan rumahnya juga tak berbeda dari dua rumah sebelumnya."
"Pak pak pak——"
"Buka pintu! Buka pintu! Buka pintu!" Kali ini, Jue Ge bahkan mengabaikan pertanyaan "Ada orang?", langsung mengetuk papan pintu sambil berteriak minta dibukakan, seolah sedang melakukan penyitaan rumah.
"Tak lama kemudian, terdengar lagi suara dari dalam rumah."
"Lantai dua, pria gemuk, sandal... kalian paham maksudnya."
"Lebih dari satu menit kemudian, pintu terbuka sedikit. Siluet gemuk berdiri di balik bayangan, bertanya kesal: 'Cari siapa?'"
"'Tukang pos.' Feng Bujue mengernyitkan matanya, menjawab dingin. 'Mengantar surat.' Dia mengacungkan surat tugas sekejap lalu menyodorkan amplop. 'Biar saya tebak... kamu tidak mau menerima, ya?'"
"Pria Gemuk Nomor Tiga terdiam beberapa detik, lalu mengangguk seperti ayakan: 'Iya! Tidak mau!'"
"'Apa harus saya sebutkan kode instruksimu baru mau terima?' Feng Bujue menarik suaranya, menatap dengan tatapan ikan mati."
"'Eh... Iya.' Jawab Pria Gemuk Nomor Tiga."
"'Ah...' Jue Ge menghela napas. 'Saya konfirmasi dulu... kode kamu berapa digit?'"
"'Tiga... tiga digit.' Jawab Pria Gemuk Nomor Tiga dengan enggan."
“Sial……” Feng Bujue mengumpat dengan geram, lalu berpikir dalam hati, "Tiga digit… tebakan mungkin masih bisa dilakukan. Kalau kurang beruntung paling hanya perlu menyebut delapan ratus lebih angka, pasti selesai dalam lima belas menit… Tapi melihat tren ini, kode berikutnya mungkin lebih panjang… Bagaimana jika nanti muncul tujuh digit? Meski kubaca secepat nge-rap sampai malam juga takkan selesai…"
“Kamu… apa kamu benar-benar tahu kodenya?” Si gemuk nomor tiga melihat ekspresi sulit Jue Ge, lalu menyambung, “Kalau tidak tahu, pulang saja!”
“Hmm…” Feng Bujue berpikir dua detik, lalu menjawab, “Hipotesis… perhatikan, ini hanya hipotesis. Jika aku tidak tahu, ke mana aku harus pergi untuk mendapatkan perintah kodemu?”
“Hanya Ghost Mailman yang tahu perintah kode semua orang,” jawab si gemuk nomor tiga.
“Apa?” Jue Ge tertegun setengah detik, lalu berkata, “Hei… jangan-jangan kau ingin menipuku?”
“Apa maksudmu?” Si gemuk nomor tiga membalas bertanya.
“Kau pasti tahu… berbicara dengan Ghost Mailman akan diserang ‘setrum jiwa’ olehnya,” kata Feng Bujue.
“Tentu,” jawab si gemuk nomor tiga dengan nada wajar. “Makanya semua orang menulis surat untuknya.” Ia berhenti sejenak, “Siapa yang bodoh sampai nekat mengajaknya bicara.”
“Si gemuk brengsek, tunggu saja nasibmu…” Seketika itu juga, Feng Bujue berbalik pergi sambil terus menggerutu.
Menggabungkan konten dalam "Buku Panduan Kerja", jawaban pria gemuk nomor tiga seharusnya bisa dipercaya. Saat itu, Jue Ge akhirnya menyadari... misi sampingan ini jauh lebih rumit dari yang terlihat. Apakah bisa diselesaikan sebelum tengah malam, tergantung perkembangan selanjutnya...
