"Lumayan bisa bermain-main ya..." Mata Feng Bujue berkedut dua kali saat menatap koran di keranjang sepedanya.
Meski ada rasa tidak puas dan keraguan di hatinya, ia tetap menahan diri...
Jika berbalik dan berteriak menanyai Tukang Pos Hantu, paling hanya ada dua hasil: Pertama, diabaikan; Kedua, kena setrum listrik.
"Tak ada cara lain... Mari kita lihat maksudnya..." Setelah suara kriiit... itu menjauh, Jue Ge menghentikan sepedanya, mengambil gulungan koran dan membukanya perlahan.
Yang pertama menyambut matanya adalah nama publikasi itu sendiri: 【Koran Perintis Kota Otaku】
Lalu, headline di halaman depan: 【Hantu Tukang Pos Kembali Raih Penghargaan Staf Terbaik Tahun Ini di Kantor Pos Otaku】
Yang cukup lucu, foto yang menyertai berita ini hanyalah pemandangan tanpa orang...
"Wartawan ini memang gigih. Jika bekas ban di tanah bukan gambarnya sendiri... berarti dia benar-benar berhasil memotret Hantu Ge yang sedang mengendarai sepeda." Feng Bujue membaca koran sambil bersuara, "Tunggu... Sebelumnya... Di kota kecil sekecil ini, masih ada kantor berita?"
【Baik cuaca berangin, hujan, terik, hujan es, topan, kabut tebal... kita tak pernah melihat sosok Hantu Tukang Pos berlarian. Tapi kita semua tahu, dia selalu berada di posnya, bekerja keras dan bersemangat, menyumbangkan tenaga untuk membangun Kota Otaku yang harmonis dan indah. Tentu saja, pencapaian ini tak lepas dari kepemimpinan brilian Kepala Polisi Norman Nelson; juga tak terpisahkan dari semangat prinsip Otaku Agung yang dipegang teguh kota kita.】
"Penulis artikel ini pasti mantan staf dari kantor berita 【——】 yang baru..." Baru membaca bagian pembuka, Feng Bujue sudah tak tahan mencela, "Formula klasik: omong kosong klasik + twist klasik + sanjungan klasik dengan gaya klasik..."
Isi artikel selanjutnya juga mengikuti pola serupa, terutama memaparkan "prestasi" Hantu Tukang Pos dalam bekerja keras, sambil memaksakan sebagian pujian kepada para "atasan".
"Jadi... Di zaman sekarang, menjadi pekerja teladan pun tidak mudah. Ingin menikmati kehormatan yang diperoleh sendiri, harus berterima kasih pada negara dan partai dulu, bersyukur pada atasan melebihi ayah-ibu."
"Hmm... Ini koran edisi hari Natal, sebagian besar berita yang dilaporkan seharusnya adalah informasi kemarin..." Setelah membaca halaman pertama koran, Feng Bujue melirik tanggal di sudut, "Tapi berita utama ini tampaknya tidak bernilai, aku sudah tahu dari buku panduan kantor pos." Sambil bergumam, ia membalikkan koran.
Tak disangka, ketika koran dibuka ke halaman kedua, keanehan muncul.
"Apa maksudnya ini?" Feng Bujue mengernyitkan matanya, membalik beberapa halaman lagi, dan segera menemukan... Selain berita utama dan iklan di halaman terakhir (iklan sepeda), bagian tengah koran ini sama sekali tidak ada tulisan. Tapi... tata letak setiap halaman sudah diatur rapi, dan ilustrasi pun sudah tercetak.
"Tinta tak kasat mata? Kitab tanpa huruf?" Dua pikiran segera melintas di otak Bujue, matanya bergerak cepat di atas kertas mencari jejak samar.
Setelah memeriksa dengan seksama, ia memastikan satu fakta - benar-benar hanya tidak dicetak tulisannya saja.
"Ini cukup kreatif, sialan..." Jue Ge terkekeh, "Barang ini sebenarnya koran... atau kertas ujian bahasa Inggris 'ceritakan berdasarkan gambar' ya..."
Sambil bercanda, ia cepat-cepat membalik halaman kosong koran itu lagi, menghafal semua konten ilustrasi.
Entah kebetulan atau tidak... jumlah ilustrasi totalnya tiga belas.
……
Sepuluh menit kemudian, Jue Ge yang terus bergerak ke utara tiba di lokasi "toko" yang tertera di map.
Seperti toko-toko lain di kota ini, pintu masuknya terkunci rapat dengan papan bertuliskan "CLOSE" tergantung. Melihat ke dalam melalui kaca pintu, jelas terlihat toko itu kosong dan tampak sudah lama ditinggalkan.
"Hah... Seperti yang diduga." Feng Bujue memandang pintu toko sambil tersenyum getir.
Dua detik kemudian, ia turun dari sepeda, mengunci rodanya, lalu... mengambil sebongkah batu besar dari pinggir jalan.
PANG! PANG! PANG——
Ia mengayunkan lengannya, menghantam kaca pintu tiga kali berturut-turut. Hasilnya... hanya meninggalkan titik putih kecil di kaca tanpa retakan sama sekali. Malah lengannya sendiri yang mati rasa akibat getaran.
"Apa perlu sampai segini..." Feng Bujue mundur dua langkah sambil melemparkan batu, "Kaca antipeluru?"
Ia benar-benar tak mengerti mengapa kaca pintu toko kelontong biasa bisa sekuat ini.
"Terlalu memaksa..." Jue Ge menarik napas dalam sebelum merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan Nokia 3310...
"Berhenti!" Tiba-tiba suara wanita misterius yang pernah muncul sebelumnya kembali terdengar.
Mendengar itu, Feng Bujue segera menyembunyikan ponselnya dan berbalik memindai sekeliling.
"Ternyata... makhluk ini juga bukan 'manusia'..." pikirnya sambil menyisir kabut mencari sumber suara, "Sebelumnya dia jelas terhalang di seberang 'Most', tapi sekarang bisa muncul lagi di kota ini..."
“Bagaimana kamu masuk ke kota?” Feng Bujue tidak bisa menemukan posisi pasti lawan bicaranya, jadi dia memutuskan untuk berbicara dulu, “Apa ada tim penyelamat di luar kota?”
“Aku...selalu di sini, tidak pernah pergi.” jawab perempuan itu.
Suaranya bergema samar dalam kabut, sulit dilacak sumbernya.
“Kalau begitu aku tanya begini...” Menghadapi jawaban yang tidak jelas ini, Feng Bujue segera mengubah cara bertanya, “Bagaimana kamu melewati jembatan itu?”
Tapi kali ini, perempuan itu sama sekali mengabaikan pertanyaan Jue Ge dan berbicara sendiri: “Dave, aku tidak bisa menjelaskan banyak, tapi kamu harus percaya padaku, aku ingin membantumu...” Nadanya terdengar sangat tulus, “Jangan pernah merusak gedung-gedung di kota ini, itu tidak akan memberimu keuntungan...dan akan menyebabkan konsekuensi yang tidak bisa diperbaiki.”
“Aku bisa mempercayaimu.” kata Feng Bujue, “Tapi kamu harus jawab dulu, sebenarnya kamu...”
Kriiit...kriiit...kriiit——
Tiba-tiba, suara rantai berdesing terus-menerus memenuhi sekeliling, menenggelamkan suara Feng Bujue.
“Apa yang terjadi?” Feng Bujue kaget; hanya dari suara saja, ini pasti setidaknya 20-an sepeda tua yang dikayuh bersamaan, “Apa Tukang Pos Hantu tidak hanya satu?”
Bersamaan itu, suara perempuan itu tiba-tiba berteriak keras: “Kesempatan! Cepat buka matamu!” Teriakannya menembus kebisingan, nyaris sampai ke telinga Jue Ge.
"Membuka……mata?" Feng Bujue tahu instruksi lawannya penting, tapi tak bisa memahami maksudnya karena matanya……saat ini jelas dalam keadaan terbuka.
Untungnya……kebingungannya tidak berlangsung lama.
Detik berikutnya, perubahan aneh tiba-tiba terjadi!
