"Baru saja aku menyadari sesuatu." Langkah Feng Bujue mantap menuju meja, "Tuan-tuan..." tatapannya menyapu tiga belas pria gemuk berjejer di sana, "...amplop yang kalian tolak sampai mati itu berisi 'undangan', bukan?"
Ketigabelas pria itu memandangnya dengan tatapan penuh ketidakberdayaan dan ketakutan, membisu.
"Aku sepenuhnya memahamimu." Feng Bujue berdiri tegak di depan meja dengan senyum tipis, "Seandainya posisiku tertukar, aku pun akan menolaknya."
Setelah mengucapkan kalimat itu, dia berhenti beberapa detik, lalu membentangkan kedua lengannya melakukan gerakan "silakan", seolah dialah tuan rumah pesta malam ini: "Tapi kalian sudah datang, mengapa tidak menikmati makanan terakhir kalian dengan baik?"
Para pria gemuk saling pandang mendengar itu. Segera, wajah mereka menunjukkan ekspresi sedih dan mulai mengambil peralatan makan, memulai santapan mereka...
【Tersembunyi quest telah selesai】 Saat itu, Sistem suara berbunyi.
Feng Bujue langsung melihat daftar quest, memastikan item【Berusaha ikut serta dalam "Perjamuan Terakhir"】telah tercoret.
"Hehe..." Jue Ge tertawa, "Bagus. Makanlah pelan-pelan, habiskan sebelum kalian pergi."
"Sepertinya kau telah melihat 'kenyataan'." Tuan M berbicara tiba-tiba.
"Hmph... Sayangnya, kali ini aku tidak bisa melihat seluruh kebenaran." Kata Feng Bujue sambil berbalik menghadap enam NPC di belakangnya, "Aku tahu semua yang terjadi di sini berkat 'bantuan seseorang'... Dan juga identitas kalian."
Tatapannya menyapu cepat wajah keenam orang itu. Tapi NPC-NPC hanya diam berdiri, seolah menunggu kelanjutan perkataannya.
"Pertama adalah kamu…" Dua detik kemudian, pandangan Feng Bujue beralih ke sosok perempuan misterius itu, "Kamu, adalah 'insting bawaan bertahan hidup' Dave. Wajar saja kamu menampilkan diri sebagai sosok ibunya. Karena di kedalaman hati manusia, figur yang paling dipercaya dan memberi rasa aman biasanya adalah orang tua sendiri." Di sini, Jue Ge sudah menggunakan kata ganti orang ketiga untuk menyebut Dave, menunjukkan dia tak lagi khawatir dengan bentuk dan konten ucapannya, "Semua instruksimu berlandaskan dua prinsip 'kelangsungan hidup dan keamanan'. Makanya saat pertama tiba di kota ini, kamu menyuruhku pergi. Ketika jalur kabur tertutup, kamu langsung bilang tegas... tinggal di sini berarti menjadi tukang pos atau…" Ia menoleh sekilas ke arah pria-pria gemuk di belakangnya, "menjadi... seperti mereka."
Setelah melontarkan monolog panjang, Jue Ge mendekati Kepala Polisi Nelson dan melanjutkan, "Sedangkan kamu, Kepala Nelson... jelas merupakan personifikasi 'otoritas dan aturan' dalam benak Dave. Sebagian besar manusia memiliki figur sepertimu dalam kesadarannya... Saat kita malas, kau mencambuk kita. Saat tergoda, kau memperingatkan kita. Seperti guru disiplin yang taat aturan, kau menuntut ketepatan waktu, keteguhan, kesederhanaan, kejujuran..." Ia berhenti sejenak, "Ternyata semua yang tercetak di buku pedoman kerja itu benar - 'Tukang Pos Hantu tak butuh bantuan atau belas kasihan, semua dilakukannya secara sukarela'... Jelas, dia murid teladanmu." Tatapannya menembus mata Nelson, "Berbeda dengan 'insting bertahan hidup', tugasmu bukan menjagaku aman, tapi mendorongku untuk berkembang hingga menjadi..."
Feng Bujue menahan setengah kalimat itu, melangkah menyamping beberapa langkah hingga berada di depan Hantu Tukang Pos, "...seperti ini."
"Kurasa..." Saat itu, Hantu Tukang Pos, atau... Dave lain... menatap Jue Ge dengan tatapan penuh penerimaan, "...kau akan segera menjadi diriku."
"Ya, kau..." Jue Ge tersenyum mengangguk, "Kau mewakili 'ketekunan', 'keluhuran', 'pengorbanan tanpa pamrih', 'tanpa penyesalan' dan lain-lain... Kau adalah citra ego yang paling diidamkan dalam pikiran Dave, sekaligus target tesku kali ini." Ia berjalan mondar-mandir sambil berbicara, "Sifat-sifat yang kau tunjukkan sebelumnya memang telah menggambarkan hal ini dengan baik..." Ia mengangkat bahu melanjutkan, "...ideal diri manusia memang demikian... tak terlihat, tak tertgejar, tak tertahan. Meski berada di depan mata, tetap tak terjangkau."
Sebelum kalimat itu selesai diucapkan, Feng Bujue telah dengan santai berjalan menghampiri Pemanah dan Yang: "Sedangkan kalian berdua..." Ia memiringkan kepala, mengusap bagian belakang lehernya, "Hehe... 'fantasi tak realistis' dan 'semangat petualangan', bukan?"
"Bisa juga disebut kemampuan masturbasi mental..." Yang menjawab dengan ekspresi datar.
Pemanah menyambung: "Atau persepsi diri dan kondisi mental yang melampaui akal sehat."
"Dengar... kalian berdua..." Feng Bujue menatap dengan tatapan ikan mati, "Aku sengaja memilih kata 'kekanak-kanakan' sebagai eufemisme untuk ''. Tolong jangan merasa tersindir sendiri dong?"
"Hei, jangan lupa, kami adalah bagian darimu," balas Pemanah.
"Yang juga berkata: 'Selain itu, kamu seharusnya sudah menyadari... kesadaran kekanak-kanakanmu memiliki dua bentuk ekspresi, satu tipe dingin dan satu tipe flamboyan.'"
"'Adalah kesadaran kekanak-kanakan 'Dave' yang memiliki dua... ah... lupakan saja...'" Feng Bujue awalnya ingin mengoreksi mereka, tapi berpikir ini bukan urusannya. Ia melambaikan tangan, mengakhiri obrolan kosong dengan dua dewa dunia Biaogu ini, lalu menghadap ke "orang" terakhir.
"'Sekarang mari kita bicara tentangmu... Tuan M.'" Feng Bujue menatap paman kulit hitam yang agak gemuk itu dengan suara berat. "Kamu muncul dalam wujud 'Tuan Marvin (Marvin)', tetangga masa kecil Dave, tapi tidak langsung menggunakan nama 'Marvin'. Alasannya adalah... kamu ingin memberi implikasi melalui sebutan 'MR.M'." Ia berjalan mengelilinginya sambil melanjutkan, "Setelah bertemu, kamu menyebutkan berbagai hal tentang Dave dan mengucapkan dialog 'Aku sudah mengenalmu sejak kamu bisa mengingat'. Jadi identitasmu jelas terungkap - 'ingatan (memory)'."
"'Benar sekali.'" Tuan M menyetujui dengan nada pujian.
"'Hanya identitasmu yang berhasil kutebak sebelum 'membuka mata untuk kedua kalinya'.'" Feng Bujue tidak terlalu menghiraukan pujiannya, melanjutkan penjelasan, "Kemunculanmu sangat krusial... Konsep 'materialisasi ingatan' ini membuatku langsung membuat banyak deduksi baru..."
Jue Ge sampai di sini, tiba-tiba mengangkat ponselnya: "Buku telepon di ponsel ini, dan buku registrasi penginapan itu... ada empat nama yang persis sama. Awalnya, kukira ini cuma kebetulan, soalnya nama Inggris kan sering kembar. Tapi setelah bertemu denganmu," dia mengetuk pelipisnya dua kali dengan jari telunjuk tangan kiri, "seluruh Kota Otaku ini adalah proyeksi kesadaran Dave. Semua nama di buku registrasi penginapan adalah orang-orang yang dia kenal. Sedangkan nomor di buku telepon ponsel adalah nomor-nomor yang paling dia hafal dan familiar. Singkatnya... semua hal di kota ini adalah fragmen ingatan."
Sampai di sini, dia teringat sesuatu dan menambahkan: "Oh ya, Enok juga termasuk salah satunya." Jue Ge tersenyum, "Tentu saja Enok bukan teman Dave, dia cuma orang yang baru dikenal Dave saat ikut tes. Karena kapsul tes Enok kebetulan ada di sebelah Dave, otak Dave memproyeksikan kesan segar ini juga."
Pak pak pak pak...
Saat penjelasan Jue Ge berakhir, enam orang itu mulai bertepuk tangan dengan senyum lebar di wajah mereka.
"Selamat ya."
"Luar biasa."
"Tak mengecewakan."
"Kerja bagus."
"Hebat juga kau, Nak."
"Bagus sekali."
Pujian mereka terdengar tulus, namun memiliki nuansa aneh yang sulit dijelaskan. Mungkin karena semua kepribadian mereka cacat... Lagipula keenam sosok ini hanyalah fragmen kesadaran satu individu, tak satupun yang memiliki kepribadian utuh.
"Baiklah..." Setelah tepuk tangan mereda, Feng Bujue kembali berbalik menuju meja panjang, "...Sekarang saatnya mengurus urusan resmi."
Tiga belas pria gemuk bereaksi serentak dengan gemetar ketakutan, makanan di tangan mereka berjatuhan.
"Mengalihkan perhatian, sembrono, licik, munafik, kuat di luar lemah di dalam, hedonis, rakus tapi malas, tak punya ambisi..." Jue Ge berjalan menyusuri meja sambil bergumam dingin, "Bahkan aku sendiri merasa malu, karena kalianlah arus utama kesadaran manusia..." Ia menggaruk kepala dengan ekspresi pasrah, "Jika kesadaran seseorang dimaterialisasi menjadi kota kecil, mayoritas penduduknya pasti kalian - sekumpulan OTAKU."
"Tak bisa dipungkiri... diberi kesempatan, kebanyakan orang lebih memilih bermalas-malas daripada menjadi perintis atau pejuang." Ia mengangkat tangan menunjuk ke samping belakangnya, "Untungnya, masih ada mereka dalam hati manusia..."
Sambil berbicara, Feng Bujue telah mencapai ujung meja: "Baiklah, tuan-tuan, saatnya mulai perjalanan."
Kalimatnya bagai perintah yang tak terbantahkan. Begitu gema suaranya menghilang, ketiga belas "Dave versi gemuk" itu serempak mengangkat pisau makan dan menggorok tenggorokan mereka sendiri.
"Postur kematian mereka semua sama, terjatuh tertelungkup di atas meja..."
Darah merah menyala menggenangi taplak meja putih bersih, mengalir deras dan menetes ke lantai marmer, menimbulkan suara cipratan berirama.
"Hmph..." Feng Bujue memandangi deretan mayat di meja dengan senyuman sinis.
Ia lalu menoleh ke sisi lain aula, namun keenam NPC yang berdiri di kejauhan telah lenyap.
Setelah menunggu sepuluh detik, Feng Bujue tiba-tiba berseru, "Apa seperti ini belum dianggap memecahkan worldview?"
Saat itu hanya dia satu-satunya yang hidup di aula, namun nada bicaranya... seolah bukan sekadar berbicara sendiri...
