Usai mengucapkan kalimat itu, Feng Bujue kembali menunggu sepuluh detik seolah menanti respons.
Namun yang datang... hanyalah keheningan.
"Heh..." Melihat situasi itu, Jue Ge terkekeh kering lalu bergegas ke tepi meja sambil mengetuk-ngetuk permukaannya, "Hey... sudah cukup pura-pura mati? Sampai kapan kau mau nangkring di sini?"
"Hehehe..." Seketika terdengar suara tawa mesum, "Ketahuan juga ya..."
Bersamaan dengan tawa itu, salah satu dari tiga belas mayat tiba-tiba bergerak.
Dua detik kemudian, "si gendut" itu duduk tegak dan meraih "kepala"nya sendiri.
Tentu saja yang dicabutnya bukan kepala asli, melainkan sebuah tudung kepala full-face.
"Teknikmu... Bisa ikut Face Off（《Kompetisi Penata Rias Efek Spesial》）ya?" Feng Bujue memandang Woody yang wajahnya berlumuran darah.
"Hehehe... Kalau kru acara itu mengizinkanku mengosongkan orang dewasa seberat empat ratus pon dari dalam, mengubahnya jadi 'jaket'... aku akan pertimbangkan." Woody tersenyum mesum sambil mengucapkan dialog mengerikan.
"Perlu kutunggapi beberapa menit... Setelah kau lepas 'jaket' itu..." Feng Bujue mengangkat kedua tangannya membuat isyarat tanda kutip, "...baru kita ngobrol."
"Tak perlu, aku nyaman begini." Woody menjawab, "Ini cukup hangat."
"Baiklah..." Feng Bujue tak ingin melanjutkan topik ini, "Kalau begitu jelaskan, kenapa aku belum bisa memecahkan worldview?"
"Hehehe... Tentu saja karena... beberapa detail kunci belum kau jelaskan." Woody membalas, "Pokoknya, jelaskan dulu aturan kode perintahmu, biar Sistem bisa mendengarkan."
"Bukan cuma pangkat tiga belas..." Jue Ge mengernyitkan matanya melanjutkan, "Petunjuk tersembunyi di alamat mereka...Nomor jalan merepresentasikan pangkat, nomor rumah merepresentasikan digit akhir.【First Avenue No.3】, yaitu 13 pangkat satu——13, hapus digit akhir 3, dapat kode perintah 1;【Second Avenue No.9】, adalah 13 pangkat dua——169, hapus digit akhir 9, dapat kode perintah 16; Begitu seterusnya hingga semua kode perintah terpecahkan." Ia menoleh ke Woody, "Dari 13 penerima surat, ada satu yang aneh...Alamatnya jelas bermasalah. Nomor rumah lainnya hanya 1,3,7,9, tapi dia...tinggal di nomor sepuluh. Tapi kode perintahnya tetap sesuai aturan tadi..."
"Hehehe...Kau benar, Sang Master sudah membunuh penerima keempat dan mengubah alamatnya." Woody tertawa.
"Apa kau sengaja mempersulitku?" Feng Bujue bertanya.
"Benar." Woody mengaku tanpa beban, "Kurasa pola teka-teki ini terlalu mudah, jadi kubuat digit akhir abnormal untuk mengacaukan logikamu."
"Kalau begitu selamat...kamu berhasil..." Jue Ge bergumam kesal.
"Hehe...Performamu cukup bagus." Woody berkata, "Setengah dari kode perintah berhasil kaupecahkan dengan menemukan polanya."
"Ini namanya...membuat kesulitan buatan lalu memujiku?" Mulut Feng Bujue berkedut.
"Ya." Woody kembali mengaku, "Ngomong-ngomong...aku memilih orang keempat karena alasan tertentu..."
“Karena quest-nya berjudul 'Perjamuan Terakhir'?” Feng Bujue langsung menyambung sebelum lawan bicaranya selesai.
“Hehehe... Ini juga kamu tembus?” Ekspresi Woody semakin sumringah. Senyumnya yang sejak awal sudah mesum, kini ditambah wajahnya berlumuran darah, membuatnya mirip pembunuh berantai hentai.
“Tidak terlalu sulit ditebak...” jawab Feng Bujue, “Sebelumnya kau menyebut 'kantong koin Yudas' dll, sepertinya kalian akrab (Dalam lukisan Perjamuan Terakhir karya Da Vinci, Yudas duduk di posisi keempat dari kiri...), jadi...”
“Hm... Bagus, logikamu cepat, hampir setara dengan Gu Chen.” Woody tertawa.
“Tunggu... Kau juga kenal ketua Jiu Ke?” Terdengar suara Feng Bujue yang meninggi saat mendengar nama "Gu Chen".
“Ceritanya panjang...” balas Woody, “Nanti kita bicarakan lagi jika ada kesempatan...” Sambil berbicara, dengan tenang ia mengambil makanan berdarah di meja dan mulai menyantapnya, “Notifikasi sistem belum datang, cepat, katakan sesuatu.”
“Hmm... Tinggal konten 'tes' yang belum dibahas.” gumam Feng Bujue sambil mengusap dagunya.
“Saat 'membuka mata kedua'-mu, bukankah staf menyuntikkan larutan pembuka memori?” kata Woody sambil mengunyah substansi mirip tai, “Bacakan saja settingannya.”
“Oh... ternyata hanya itu yang kurang...” Feng Bujue berkata dengan nada santai, “Kurang lebih... di tahun 2122 alam semesta ini, populasi Bumi telah jauh melebihi kapasitas maksimal planet ini. Menghadapi situasi ini, pemerintah berbagai negara selain menerapkan kebijakan pengendalian kelahiran, juga meluncurkan undang-undang 'Hak Hidup Populasi'. Setiap orang yang telah berusia 16 tahun hingga masa pensiun, harus mengikuti 'Tes Hak Hidup' setiap tahun. Konten tesnya adalah... dalam kondisi kehilangan memori jangka panjang sementara, memasuki dunia proyeksi kesadarannya sendiri, dan mendapatkan pengakuan dari 'koleksi kesadaran unggul (dalam kasus Dave, yaitu Ghost Mailman)'.
Jika gagal dalam tes, akan ditetapkan sebagai 'orang yang cenderung menyia-nyiakan sumber daya sosial'. Orang-orang ini... harus membayar 'pajak beban populasi' yang tinggi sambil menunggu tes tahun depan, atau akan dicabut 'hak hidup'-nya dan dieksekusi...”
Di sini, Feng Bujue menarik napas: “Ngomong-ngomong, saya juga ingin menyebutkan... di awal quest, Dave membawa 3 lembar 2 dolar, 4 lembar 5 dolar, 3 lembar 20 dolar ditambah 7 koin 25 sen, total tepat 8775 sen. Sekarang dipikir-pikir... ini jelas merupakan implikasi tentang 'proyeksi kesadaran'.”
【Worldview telah dipecahkan, pemain: Feng Bujue, mendapatkan hadiah 2000 poin keterampilan】
【Tersembunyi quest telah diselesaikan】
Akhirnya, setelah Jue Ge menyelesaikan penjelasan panjang ini, peringatan sistem muncul.
“Akhirnya selesai juga...” Jue Ge bergumam, “Eh? Tunggu...” Setengah detik kemudian ia merasa ada yang aneh, “Mengapa misi utama belum selesai?”
“Hehehe……Karena aku sudah mengubah quest utama.” Woody langsung menjawab.
“Ha?” Feng Bujue langsung melihat ke daftar quest.
Tampak, quest utama sebelumnya 【Mendapatkan pengakuan Ghost Postman dan menjadi pengantar pos baru di Kota Otaku.】 telah berubah menjadi... 【Mendapatkan pengakuan Woody dan keluar dari quest.】
“Hehehe...” Woody mengusap mulutnya yang berlumuran darah dengan serbet berdarah, tersenyum melanjutkan, “Jangan panik... Aku hanya ingin membicarakan sesuatu, ayo... duduk dan bicara perlahan.”
