Xiao Tan langsung mengeluarkan boneka itu tanpa banyak bicara, menampilkan deskripsi item di depan Jue Ge.
【Nama: Boneka Ma Fei milik Bashou-san】
【Jenis: Lainnya】
【Kualitas: Rusak Parah】
【Efek: Pemegang dapat menggunakan skill khusus - Salju Menari Sembilan Langit (skill ini tidak terpengaruh batas slot skill)】
【Syarat Kepemilikan: Pria, terikat setelah diambil】
【Dapat dibawa keluar dari quest: Ya】
【Catatan: Boneka yang dianggap sahabat oleh Bashou-san. Setiap kali dimarahi Zeng Liangjun, Bashou-san akan memeluk Ma Fei erat-erat untuk mencari penghiburan batin.】
Ini adalah boneka dengan penampilan yang sangat aneh. Ukuran tubuhnya seperti beruang Teddy versi korban kelaparan, warnanya antara daging dan merah muda. Yang paling aneh... wajahnya sama sekali tidak imut, terlihat seperti paman paruh baya dengan garis wajah sederhana dan aura muram.
“Lumayan…” kata Feng Bujue setelah membaca, “Artinya mulai sekarang, selain 12 skill di slot skillmu, kamu punya satu skill tambahan.”
“Lumayan ap~a sih.” Xiao Tan memiringkan kepala.
【Nama: Salju Menari Sembilan Langit】
【Jenis Kemampuan Khusus: Aktif】
【Efek: Saat skill diaktifkan, menggaruk-garuk rambut akan membuat ketombe terus berjatuhan.】
【Catatan: Teknik rahasia yang diajarkan Dewa Haiku kepada Matsuo Basho.】
"...Efeknya, ya seperti itu." Xiao Tan membacakan penjelasan skill sesuai teks aslinya sambil mengangkat bahu, "Benar-benar tulang ayam...sama sekali tidak berguna."
Sebenarnya, saat pertama kali melihat 【Boneka Kuda Terbang Basho-san】, Xiao Tan sempat senang sebentar. Tapi hatinya langsung ciut ketika membaca deskripsi skill ini.
"Hmm..." Feng Bujue berpikir beberapa detik, "Menurutku...di situasi tertentu, skill ini bisa memberi efek tak terduga..."
"Contohnya?" Xiao Tan bertanya dengan hati-hati.
"Belum terpikir saat ini." Jawab Jue Ge.
"Ah..." Xiao Tan menghela nafas, "Tak perlu menghiburku. Toh quest itu mudah sekali, cuma bikin 【——】sakit kepala saja..."
"Aku tidak sedang menghiburmu." Sambung Feng Bujue, "Nanti kamu akan paham..." Dia berhenti sejenak, "Lagipula, meski ini tulang ayam, tidak berpengaruh padamu. Kapasitas tasmu masih longgar, membawa satu item tambahan bukan masalah."
"Ya, itu benar..." Xiao Tan mengangguk. Bagi pemain orang kaya seperti Wang Tanzhi dan Gu Xiaoling, slot tas dan ruang penyimpanan bukan masalah. Jika merasa kehabisan...tinggal beli saja.
"Hei~ Guru Neko Saburo, aku datang~"
"Saat Feng Wang berdua sedang berbicara, suara mesum yang familiar terdengar dari jarak beberapa meter."
Mereka berdua menoleh ke arah suara dan melihat... Xiong Ji yang mengenakan setelan putih.
Dia memakai baju putih, celana putih, topi putih, dan memegang tongkat di tangan, terlihat seperti pesulap.
"Di tengah malam begini... kau benar-benar nekat ya..." Ini adalah kalimat pertama Jue Ge setelah melihat Xiong Ji.
"Hah?" Xiong Ji membalas dengan wajah kesal, "Bukannya kau yang bilang... 'ganti baju yang cocok untuk aksi'?"
"Baju macam apa ini yang cocok untuk aksi..." kata Feng Bujue, "Apa kau ingin mudah terlihat dalam kegelapan?"
"Ehh~" Xiong Ji menunjukkan ekspresi kecewa, "Ini kan kostum khusus yang kubuat untuk【Montei BEARS EYE】." Gumamnya pelan, "Ini karya terbaikku..."
"Haa..." Feng Bujue mendongak ke langit, menarik napas dalam-dalam dan bergumam, "Kesalahan strategi... Harusnya kusuruh dia ganti baju hitam yang sederhana, ketat, dan praktis..."
Sudah terlanjur, menyuruh Xiong Ji pulang ganti baju lagi tidak realistis; Sekarang jam dua subuh, waktu terbaik untuk menyatroni rumah, kesempatan tidak datang dua kali.
"Sudahlah... Terima nasib." Feng Bujue mengeluarkan selembar kertas dari saku, "Ini denah rumah Miaomei... Aku akan jelaskan strategi aksinya."
"Dari mana kau dapat ini..." Xiao Tan memandang kertas itu dengan raut bingung.
"Tentu saja saya yang menggambarnya sendiri." Feng Bujue membalas, "Di dalam tas sekolah ada kertas dan pulpen, kebetulan bisa dimanfaatkan."
Xiao Tan menyambung, "Tidak, tidak... Maksudku... Bagaimana kamu..."
"Saya sudah masuk ke dalam." Feng Bujue tahu maksud Xiao Tan, jadi dia memotong pertanyaan lawannya dan langsung mengungkapkan jawabannya.
"Nani!" Xiong Ji langsung terkejut, "Kamu... Kamu berani memasuki rumah Miaomei-chan yang bagiku adalah wilayah suci!" Tatapannya cepat berubah dari terkejut menjadi kagum, "Guru! Bagaimana cara Anda melakukannya?"
"Ngomong-ngomong... Julukannya padamu berubah lagi ya..." Xiao Tan berbisik di telinga Jue Ge.
Feng Bujue mengabaikan celaan Xiao Tan dan melanjutkan topik sebelumnya, "Sederhana... Pertama, saya menekan bel rumahnya, lalu mama Miaomei keluar menjawab pintu. Saya membohongi Mama Miaomei dengan alasan 'Saya tidak sengaja menghilangkan catatan pelajaran matematika dan ingin meminjam punya Miaomei-chan untuk menyalin'. Akhirnya dia mengizinkan saya masuk. Karena sikap saya sopan dan permintaan saya tidak berlebihan, Miaomei sendiri juga tidak curiga." Dia berhenti setengah detik, lalu melanjutkan, "Kemudian saya masuk ke kamar Miaomei-chan, pura-pura menyalin catatannya; menikmati teh () dan kue yang disiapkan Mama Miaomei; dengan alasan 'ke kamar mandi' melakukan survei cepat tata ruang rumah mereka; akhirnya... Mengucapkan terima kasih pada Miaomei-chan dan Mama Miaomei, lalu keluar melalui pintu utama."
“Meong… Ruangan Miao Mei-chan… Ya——” Xiong Ji memeluk wajahnya dengan kedua tangan, terlihat sangat bersemangat sambil berputar-putar di tempat.
“Sepertinya… konten setelah kata ‘ruangan’ sama sekali tidak didengarnya…” Xiao Tan bergumam sambil mengernyitkan matanya.
“Tidak apa-apa.” Feng Bujue berkata sambil melangkah maju dan mengayunkan cakarnya.
Plak—
“Maaf… Aku hanyalah seorang pria terpelajar yang menari-nari di telapak tangan Dewa Khayalan…” Setelah wajah beruangnya ditampar, Xiong Ji kembali ke sifat pengecutnya, berdiri menunduk sopan di pinggir dinding sambil meminta maaf dengan kalimat yang membingungkan.
“Sudah, perhatikan baik-baik map…” Feng Bujue menunjuk gambar denah di tangannya, “Ini pintu masuk, setelah masuk ada koridor pendek. Pintu sebelah kanan menuju gudang, lurus ke ruang tamu. Dapur menyambung dengan ruang tamu, di sisi lain ada toilet.” Ia menjelaskan sambil menunjuk-nunjuk dengan tempo cepat tapi masih bisa diikuti.
“Ini tangga ke lantai dua. Di lantai dua ada dua kamar tidur, kamar mandi, toilet… Lalu…” Di sini Jue Ge berhenti sebentar, mengetuk-ngetuk jarinya, “Di sini, titik terobosan kita.”
