“Apa yang ada di sini?” Xiao Tan menatap tanda silang besar di lokasi yang ditunjuk Jue Ge.
“Ini adalah ujung koridor lantai dua, di dinding ada jendela geser yang bisa ditarik ke samping.” Feng Bujue membalas, “Sebelumnya, dalam beberapa menit ke 'kamar mandi', aku sudah memasang mekanisme kecil di jendela...”
“Pakai selotip transparan?” Xiao Tan langsung menanggapi.
“Hehe... Cerdik juga kau.” Jue Ge tersenyum menimpali.
“Aku ingat waktu kita kelas dua SD, kamu pernah main teknik seperti ini.” Xiao Tan berkata, “Malam itu kau menyusup ke sekolah, menggergaji kursi dan meja beberapa murid kelas sebelah...”
“Ini malah kau ingat jelas.” Feng Bujue berkata, “Aku sendiri hampir lupa.”
“Perbuatan burukmu dulu hampir semua kuingat...” Xiao Tan menunjukkan ekspresi termenung, “Hmm... Aku juga tak tahu kenapa.”
“Heh... Mungkin 'hati nuranimu' berlebih, jadi ikut menanggung 'dosa'ku juga.” Feng Bujue tertawa.
“Sebenarnya... Kurasa... Pasti kau juga punya hati nurani...” Xiao Tan berkata, “Hanya cara pandangmu berbeda dengan orang biasa...”
“Hmph...” Feng Bujue menunjukkan senyum penuh makna, “Mungkin...”
Dua detik kemudian, ia mengalihkan pembicaraan ke "urusan resmi" di depan mata: “Baik, sekarang kalian sudah tahu teknikku, mari kita mulai Quest pembagian tugas...”
“Xiong Ji, di sini berat badanmu paling besar, dan pakaianmu sangat mencolok serta tidak nyaman dipakai,” kata Jue Ge sambil menatap Xiong Ji, “jadi saat membuat tangga manusia nanti, kamu harus berada di posisi paling bawah.”
“Hah?” Xiong Ji terdiam sebentar, “Tangga manusia apa?”
Rupanya, sampai saat ini dia masih belum mengerti maksud "mekanisme selotip transparan"... sehingga sama sekali tidak paham apa yang dibicarakan kedua orang itu.
Tentu saja, ini tidak sepenuhnya salahnya. Feng Bujue dan Wang Tanzhi memiliki chemistry bertahun-tahun, banyak hal yang tidak perlu diucapkan pun bisa mereka pahami. Tapi dengan tingkat IQ dan EQ Xiong Ji... kalian harus menjelaskan sampai 100% barulah dia mengerti.
“Di ujung koridor lantai dua ada jendela yang terlihat tertutup, sebenarnya bisa dibuka...” Xiao Tan yang lebih sabar segera menjelaskan ke Xiong Ji, “Kita akan masuk dari sana.”
“Oh...” Xiong Ji mengangguk setengah paham.
Feng Bujue melanjutkan, “Mengingat cakar Hayabusa Taro tidak mudah membuka jendela, posisi paling atas tangga manusia pasti harus aku.” Dia mengangkat cakar kucingnya, “Selain itu... berat badanku ringan dan tidak takut jatuh dari ketinggian. Paling masuk akal kalau aku di atas.”
“Oke.” Xiao Tan tentu tidak keberatan.
“Emm... Guru Neko Saburo, lalu bagaimana cara kami berdua masuk?” Xiong Ji kembali mengajukan pertanyaan bodoh.
“Apa isi kepala bulat besar mu itu cuma tahi……” Nafsu mengejek Jue Ge kembali tersulut, “Aku sudah di dalam rumah, menurutmu?”
“Uh…” Xiong Ji berpikir dua detik, “Apa mungkin… kamu melempar tali dari lantai dua, lalu menarik kami naik?”
Plaak—
Kali ini, Jue Ge tidak menampar wajah beruang Xiong Ji, melainkan menempelkan telapak tangan di wajahnya sendiri: “Harus sabar… masih dua belas bab lagi… setelah dua belas bab baru kubacok dia sampai mati…” Gumamnya dengan suara hanya bisa didengar sendiri.
“Ah…” Xiao Tan menepuk bahu Xiong Ji, berkata penuh makna, “Mengingat Saburo Kucing sudah masuk ke dalam rumah, bukankah lebih baik dia langsung kembali ke lantai satu dan membukakan pintu depan untuk kita…”
“Ah! Benar juga!” Xiong Ji menepuk telapak tangannya.
“Sudah-sudah… aksi sekarang.” Feng Bujue mengeluarkan dua senter dari saku, memberikan masing-masing ke Xiao Tan dan Xiong Ji, “Simpan dulu, nyalakan setelah masuk… jangan lupa tutup bagian depan dengan tangan saat menyalakan, jangan sampai pilar cahaya langsung menyorot keluar.”
“Eh? Kamu tidak pakai?” Wang Tanzhi menatap Jue Ge dengan raut bingung.
“Aku kucing, lupa ya?” jawab Feng Bujue.
……
Lima menit kemudian……
"Melompati tembok luar rumah Miaomei tidak memakan waktu lama bagi tiga maling ini. Itu hanya tembok rendah biasa, dengan keterampilan seperti kucing Feng Bujue, ia bisa dengan mudah memanjat ke puncak tembok. Cukup satu orang yang naik, dua lainnya lebih mudah - yang sudah di atas bisa membantu menarik saat temannya memanjat.
Setelah masuk ke dalam tembok, ketiganya dengan cepat dan sunyi melintasi halaman belakang yang tidak terlalu luas...
Di waktu dini hari yang sunyi senyap ini, bahkan gerakan terkecil pun akan terasa lebih jelas dibanding siang hari. Karena itu, ketiganya harus ekstra hati-hati agar tidak membuat kucing itu waspada.
"Hmm... hmm hmm hmm... hmm... hei!" Setelah tiba di dekat dinding, Feng Bujue menurunkan volume suaranya, diselingi desisan kecil dan suara mendengkur, memberi enam isyarat tangan pada Xiao Tan dan Xiong Ji.
Reaksi Xiao Tan dan Xiong Ji saat melihat rangkaian isyarat tangan itu seragam: mereka membelalakkan mata memandang Jue Ge, ekspresi wajah mereka seolah bertanya, "Apa yang sedang kamu lakukan?"
"Ha..." Feng Bujue menggelengkan kepala, lalu langsung berbicara, "Kamu, di sini, jongkok kokoh. Kamu, di sana, siap-siap untuk lari ancang-ancang." Sambil berbicara, ia mengulangi gerakan isyarat tangan tadi.
"Kenapa tidak langsung bicara saja..." gumam Xiao Tan pelan.
Prak——
"Eh? Kenapa pukul aku?" Detik berikutnya, Xiong Ji tiba-tiba mendapat tamparan tanpa alasan jelas.
Tapi Feng Bujue memukulinya sambil menatap Wang Tanzhi.
"Hei... ini dianggap ancaman psikologis ya..." gumam Xiao Tan.
"Udah【——】 diam aja, mulai gerak!" bentak Feng Bujue dengan kesal.
Keduanya tak bisa melawannya, saling pandang sejenak, lalu mulai bertindak...
"Tangga manusia bertiga" dalam arti sebenarnya merupakan teknik yang rumit, membutuhkan koordinasi prima. Secara teori, dengan skill ini bahkan orang normal bisa memanjat ketinggian ekstrim. Contoh ekstrimnya... Rantarou, Amari, dan Shinbei (dari anime "Nintama Rantarou") pernah menggunakan teknik ini untuk memanjat tebing vertikal.
Sedangkan Neko Saburou, Hayatarou, dan Kumakichi saat ini hanya perlu naik ke lantai dua. Dengan tangga manusia bertiga seharusnya mudah (jika dalam settingan mereka bukan anak SD, mungkin tangga manusia berdua saja cukup)...
"Kami siap~"
Dua menit kemudian, Xiao Tan sudah menunggangi bahu Kumakichi, berteriak pelan ke Jue Ge yang berjarak beberapa meter.
Kumakichi berdiri tegak dengan kuda-kuda, kedua telapak tangannya ditumpuk menghadap atas sebagai pijakan rekan.
Postur Xiao Tan juga tak kalah sulit: selain harus menjaga keseimbangan dengan pinggang dan kaki, dia juga harus menjulurkan kedua sayapnya untuk menyediakan "lantai dua" pijakan.
“Baik… Aku datang…” Begitu melihat teman-temannya sudah siap, Feng Bujue langsung menyahut dan melesat ke depan.
Seperti pepatah: Semangat pertama menggebu, kedua melemah, ketiga habis. Saat melakukan gerakan yang membutuhkan kombinasi kekuatan, stamina, dan teknik dengan tingkat kesulitan tertentu, probabilitas keberhasilan justru paling tinggi pada percobaan pertama.
Feng Bujue tentu paham hal ini. Karena itu, sejak awal dia mengerahkan seluruh tenaga dan memusatkan konsentrasi hingga batas maksimal...
Dalam sekejap kilat listrik dan percikan api, terdengar suara "pup-pup" (suara tapak kaki berbulu yang tidak keras)...
Tiba-tiba terlihat bayangan hitam gesit, ringan bagai kucing, melompat naik dengan menggunakan bulu sebagai pijakan.
Baru setelah melayang di udara, Feng Bujue menyadari... tubuh yang satu ini ternyata lebih mudah digunakan dari yang dibayangkan.
Kucing tetaplah kucing. Meski telah mengalami antropomorfisasi, banyak karakteristik aslinya tetap dipertahankan. Contohnya... siang tadi, saat melihat botol kaca yang memantulkan cahaya di tanah, Feng Bujue tiba-tiba merasa ingin mendekat dan bermain-main sebentar. Lalu, saat melihat benda bergerak cepat dan teratur bolak-balik, dia ingin menyergap dan menghentikannya. Yang paling aneh adalah... saat melewati gerobak buah dan mencium aroma jeruk Tachibana, tanpa sadar dia langsung kabur...
Singkat kata, pada diri "Nekomaru" masih melekat banyak sifat khas kucing.
Selain "poin imut" yang membuat Jue Ge merasa sedikit canggung, ada juga banyak skill berguna... Kemampuan penglihatan malam, kemampuan memanjat, keseimbangan tubuh, kelenturan fisik, serta cakar yang bisa melukai saat diperlukan - semuanya disambut Feng Bujue dengan sukacita.
"Hmph... Sangat mudah..." Feng Bujue dengan gesit meraih tepi jendela. Tubuhnya terasa ringan, bahkan bisa ditopang dengan satu lengan saja.
Tak lama, ia menempelkan bantalan kaki cakar satunya di kaca jendela, lalu membukanya lebar-lebar...
Berguling masuk ke dalam rumah, pandangan langsung tertuju ke depan.
Kegelapan koridor lantai dua sama sekali tidak berpengaruh pada Feng Bujue. Belum lagi dia sudah menghafal 90% medan seperti topografi dan jarak saat siang hari. Ditambah mata yang bisa memfokuskan cahaya ini, meski hanya mengandalkan remang-remang cahaya bulan dari luar, semua detail ruangan terlihat jelas baginya.
Puput puput puput——
Feng Bujue melepas sepatunya (karena karakter personifikasi, dia memang memakai sepatu seperti Beargy dalam kasus sebelumnya). Dengan tangan dan kaki, dia bergerak cepat di dalam ruangan. Bantalan kaki di bawahnya hanya mengeluarkan suara "puput" samar, hampir tak terdengar.
Kurang dari satu menit, Jue Ge sudah meraba-raba dalam gelap menuruni tangga dan berdiri di depan pintu utama lantai satu.
Saat membuka kunci pintu, pasti ada sedikit suara. Meski tak keras, bunyi benturan benda logam di tengah malam sunyi ini seharusnya cukup nyaring.
Oleh karena itu, Feng Bujue membuka pintu dengan gerakan sangat perlahan, berusaha meminimalisir suara kunci yang berdetak.
Turun tangga hanya memakan waktu satu menit, tapi membuka pintu membutuhkan waktu penuh dua menit...
Dua menit kemudian, pintu terbuka.
Di luar pintu, terlihat dua sosok yang telah menunggu lama.
"Hmm..." Kali ini Feng Bujue benar-benar diam. Berbicara di luar masih bisa karena suara akan terserap, tapi di dalam ruangan tidak boleh, "Hmm hmm..."
Ia mengernyitkan alis sambil bergumam pelan, memberi isyarat pada Xiao Tan dan Bear-chan untuk masuk.
Setelah ketiganya berdiri di dalam ruangan, Jue Ge dengan teknik sangat halus dan perlahan... menutup kembali pintu depan.
