"Jangan terburu nafsu, Taizi!" Gadis itu menggenggam kedua bahu Taizi dari belakang dan menahannya, "Lawanmu cuma anak SD."
"Setan kecil seperti ini..." Taizi bersikeras, "Biarkan aku membunuhnya sejak masih di bangku SD..."
"Dialog ini terdengar familiar." Feng Bujue tersenyum menyahut, "Setidaknya sudah kudengar lebih dari sepuluh kali..."
Yang dia maksud di sini... tentu "mendengar lebih dari sepuluh kali" dalam kehidupan nyata.
"Bagaimana bisa setan kecil tak manis ini bisa hidup sampai sebesar ini?!" Meski cengkraman gadis itu membuat Taizi tak bisa melangkah, dia tetap tak kenal menyerah sambil melambaikan kedua tangannya ke Jue Ge.
"Hmm... Kalimat ini sudah kudengar lebih dari seratus kali..." Feng Bujue berkomentar dengan tenang.
"Aku akan membunuhmu!" Teriakan Taizi terus bergema.
"Kalau yang ini... Tak terhitung jumlahnya..." Jue Ge mengusap dagunya sambil bergumam, "Jika setiap kali ada yang bilang ini padaku, aku dapat satu dolar, pasti sudah jadi jutawan sekarang."
……
Tiga menit kemudian...
"Haa... haa..." Taizi kembali berlutut, "Tak kuat lagi... Tenagaku habis."
"Staminamu payah." Feng Bujue memandangnya dari atas.
Gadis Ono tampak tidak kelelahan sama sekali, nafasnya tetap stabil: "Mungkin karena lapar."
"Sial... Sebagai teman, malah menghalangiku..." Putra Mahkota menoleh ke adiknya, "Aku tidak bisa makan siang sekolah... Semuanya salahmu, Adik."
"Jadi semua salahku ya..." Adik segera melontarkan sindiran.
"Kalau begitu..." Wajah Putra Mahkota tiba-tiba menjadi muram, "Tidak ada pilihan lagi... Aku akan menjeratmu dengan tuduhan palsu 'mohu you de zuiming' dan menghukummu penjara seumur hidup..."
"Sepertinya baru menyadari statusnya sebagai Pangeran Pemangku Raja ya..." Adik mulai terlihat panik.
"Dapat ide... Aku akan menghukummu dengan tuduhan 'memberi nama sembarangan pada anjing orang lain'." Putra Mahkota berkata setelah berpikir beberapa detik.
"Kalau dipikir-pikir... Saat mengunjungi Negara Sui, aku memang pernah memberi nama 'Zui Ai Bian Bian Bian Wan' pada Putra Mahkota." Jawab Adik.
"Hmm..." Feng Bujue memandang duo yang hubungannya seperti pasangan komedi dou peng (konsep khusus dalam cerita "Life of Dou Peng" dari "Tales of the Bizarre" dimana "kombinasi dou-peng" lebih penting daripada pernikahan di alam semesta itu) sambil berpikir, "Ini lebih sulit dari perkiraanku... Putra Mahkota terlalu sering disiksa Adik. Untuk membuat trauma psikis yang cukup berat sampai dia kabur... Harus pakai jurus lebih kejam."
……
Pelajaran kedua...
"Haha~ Kelas seni rupa~ Sepertinya akan menyenangkan." Karena ini mata pelajaran seni, semangat Putra Mahkota kembali dan mood-nya membaik.
“Guru.” Baru saja kelas dimulai, Feng Bujue langsung mengangkat tangan melapor, “Taizi tidak membawa cat dan kuas lho.”
Belum selesai bicara, seluruh siswa di kelas langsung menoleh ke arah mereka.
“Dasar setan kecil ini…” Taizi yang grogi melototi Jue Ge dengan kesal.
“Ah~ benar-benar merepotkan…” Guru seni mengeluarkan ekspresi kesal, “Taizi, pinjam saja ke teman lain.”
“Eh… baik…” Taizi menjawab dengan canggung.
Tapi… posisi duduk Taizi berada di sebelah dinding. Depannya kursi kosong, sebelah kanan dinding, sebelah kiri adalah Feng Bujue…
“Meizi, kamu bawa kan?” Taizi menoleh ke Meizi.
Saat itu, Meizi baru saja menerima cat dan kuas dari Kumachi: “Aku tidak bawa, tapi Kumachi-kun di sebelah meminjamkan sebagian.”
“Meizi…” Ekspresi Taizi berubah halus, ingin mengatakan sesuatu.
Meizi langsung memotong: “Aku sendiri masih kurang. Cari pinjam ke orang lain saja, Taizi.”
“Apa?!” Wajah Taizi langsung serius, membentak keras, “Sebagai Black Warrior dari ‘Tim Tinta Cina’, kamu tega begini?”
“Aku tidak ingat pernah gabung organisasi aneh itu…” Meizi menjawab dingin.
“Red Warrior sangat berharap padamu!” Taizi masih tetap serius mengoceh omong kosong.
“Red Warrior itu siapa lagi?!” Meizi berteriak kaget.
"Ksatria Merah adalah FISH TakeNaka-san yang bisa berenang ribuan mil dalam tinta sekalipun." Taizi langsung membalas cepat.
"Meski kau ngomong ngawur, aku tetap tidak punya peralatan melukis cadangan untuk meminjamkanmu..." Perempuan itu sudah malas mencela.
Akhirnya, pandangan Taizi dengan enggan beralih... ke arah Feng Bujue.
"Hehehe..." Jue Ge menyambut pengamatan Taizi dengan tatapan penuh akal busuk, "...Tidak mau pinjam."
"Brengsek ini!" Taizi langsung melompat dari tempat duduknya, "Aku tidak akan membiarkanmu lolos!"
Perempuan itu kembali menggenggamnya tepat waktu: "Hei... Guru masih di kelas!"
"Jangan halangi aku!" Tubuh bagian atas Taizi condong ke depan, "Akan kuhabisi dia dengan jurus pamungkasku 'Serangan Poseidon Raja Muda Terbang'!"
"Oh... Kedengarannya skill yang bagus..." kata Feng Bujue, "Seandainya bisa menyaksikannya langsung."
"Eh? Benarkah menurutmu?" Ekspresi Taizi tiba-tiba cerah.
"Bohong." Suara Feng Bujue tiba-tiba dingin, "Cuma dengar nama jurusnya saja sudah memalukan."
"Aaa—tidak masuk akal!" Taizi hampir gila marah, "Akan kuhisap darahmu untuk dijadikan tinta!"
Feng Bujue mengangkat bahu: "Maksudmu cat, kan..."
……
Pelajaran Ketiga...
"Huhuhu... Musik adalah bidang spesialisasiku..." Tiba di ruang musik, Taizi langsung mengangkat sebuah gitar.
"Rasanya mempermalukan orang ini tidak ada gunanya... Dia jelas idiot bawaan lahir..." Feng Bujue bergumam pelahan sambil memandangnya dari kejauhan, "Mungkin strategiku salah dari awal..."
"La-la-la~ Gadis dan duri ikan adalah sahabat~" Pangeran di seberang mulai bernyanyi sambil memetik gitar, "Di dalam bantal~ Penuh duri ikan~ Ah——Ha ha ha ha——"
Liriknya tolol tapi lucu, permainan gitarnya juga sama sekali tidak menghasilkan melodi normal. Singkatnya, dia terus melakukan hal-hal penuh bahan kritikan dengan santai...
"Hei, Paman." Jue Ge merenung sejenak lalu mendekat, "Kurasa... kau harus berhenti di sini..."
"Ah, si setan kecil ini lagi." Pangeran menunduk memandangi Jue Ge, "Kali ini mau apa lagi?"
"Biasa saja." Feng Bujue menyambung, "Hanya ingin bertanya sesuatu."
"Hmph... Tentu saja tetap anak kecil." Pangeran tersenyum sombong, "Katakan, apa yang tidak kau pahami? Bertanya pada orang dewasa... eh... pada Wali Raja seperti aku memang tepat."
"Paman... tiba-tiba datang ke SD buat hari pengalaman, sepertinya sangat menganggur ya..."
Saat itu, Feng Bujue mengeluarkan teknik rahasia terlarang yang dijuluki "Ougi Pamungkas" dalam dunia olok-olok.
Jika jurus ini gagal, dia hanya bisa menyerah...
"Tak ada urusan lain? Misalnya... menemui pacar atau semacamnya?"
