“Latihan perang selesai.”
Saat Feng Bujue tiba di lokasi Pertarungan Wu Dou, kebetulan ada pertarungan yang baru saja berakhir di atas panggung. Tiba-tiba patung singa tembaga di samping panggung mengumumkan dengan nada seperti auman hewan...
“Pemenang: Liu Sheng Jianying. Yang kalah: Zhen Tian Xingcun.”
Ini adalah pertarungan yang berakhir dengan penyerahan diri. Zhen Tian yang tak kunjung bisa menembus pertahanan lawan, menyadari kekuatannya tak sebanding dengan Liu Sheng, akhirnya memilih menyerah.
“Kemampuan Senior Liu Sheng benar-benar luar biasa, Zhen Tian sangat mengagumi.” Setelah hasil diumumkan, Zhen Tian melangkah setengah langkah ke depan dan memberi hormat kepada Liu Sheng.
“Hmm...” Yagyu Kageyuki menutup matanya, membelakangi kedua tangannya, berbalik perlahan. "Terima kasih atas permainannya, Tuan Sanada." Saat turun dari panggung sendiri, ucapannya tetap memberi 'tangga' bagi lawannya.
Tapi...sejujurnya, Yagyu hanya sedang berdiplomasi...Semua petarung handal yang hadir bisa melihat, kekuatan Sanada sama sekali tak sebanding dengan Yagyu. Meskipun Sanada yang mengayunkan tombak api Susanoo sangat gagah berani, tingkat pencapaiannya masih terbatas pada senjata fisik dengan jurus-jurus terikat bentuk. Jauh berbeda dengan "Santo Pedang" yang jurusnya lahir dari hati, tak terikat bentuk, menyatukan ribuan pedang...
"Pertarungan berikutnya..." Setelah kedua orang itu turun dari arena pertarungan, patung penyiar melanjutkan, "Akan diisi oleh...Kurogane Jinkai, melawan...Tachibana Ukyo."
Begitu pengumuman selesai, dua sosok muncul dari kerumunan...
Orang pertama yang naik ke ring mengenakan kimono kendo warna terang, dilapisi jubah hitam panjang, dengan katana terselip di pinggang.
Posturnya tegap, wajahnya dingin, rambut pirang keemasan yang memutih terjuntai hingga leher. Setiap gerak-geriknya memancarkan aura penguasa, bahkan sorot matanya saja bisa membuat lawan tercekik.
Dialah Kurogane Jinkai, bagaikan King Kong yang tak tergulingkan. Dalam alam semestanya, ia dikenal sebagai pendekar pedang terkuat bergelar "Pembantai Seribu". Bahkan setelah divonis mengidap penyakit tak tersembuhkan dan ajalnya mendekat, ia tak pernah terkalahkan.
Di belakangnya, seseorang berjalan perlahan naik ke panggung... Mengenakan kimono putih di bagian atas, celana panjang biru berlipat (mirip rok panjang, gaya pakaian Hanfu yang masuk ke Jepang pada periode Wei-Jin) di bagian bawah, dengan katana terselip di pinggang.
Posturnya kurus, wajahnya tampan, rambir panjang biru terurai di bahu. Ekspresinya lembut dan damai, namun memancarkan aura yang menjaga jarak...
Dia adalah Tachibana Ukyo, bagai mawar es yang terukir. Di alam semestanya, dia adalah jenius pendekar pedang yang rentan penyakit. Meski paru-parunya bermasalah dan ajal mendekat, dia tetap berkelana sendirian dengan pedang, mencari bunga ultima yang tumbuh di kedalaman Dunia Iblis demi cinta sejatinya.
"Aduh..." Feng Bujue di bawah panggung menggerutu sambil menatap dua sosok di atas, "Dua orang sakit ini malah dijadikan lawan... Ini bakal jadi pertunjukan menarik."
Bukan hanya Jue Ge yang tertarik dengan "pertunjukan" ini. Saat ini, Pendekar Dua Belas Kebencian, Feng Zhihen, Yagyu Jubei dll. - semua pengguna pedang yang hadir telah merasakan aura pedang dari dua sosok di atas.
Bisa dikatakan, pertarungan tak bersuara dan tak berwujud... telah dimulai.
"Siyu." Di antara penonton, seseorang yang biasanya pendiam tiba-tiba bersuara, "Menurutmu, bagaimana jalannya pertarungan ini?"
Penanya itu adalah Feng Zhihen. Nada bicaranya seperti guru yang sedang menguji murid.
“Hasil pertandingan akan terungkap dalam tiga jurus, hidup mati hanya sehela nafas.” Ruo Yu menjawab pertanyaan lawannya hampir tanpa berpikir.
"Hmm..." Feng Zhihen mengeluarkan suara merenung setelah mendengarnya.
Ekspresi di wajaknya tidak berubah, dia juga tidak memberikan komentar apapun pada ucapan Ruo Yu, namun Ruo Yu bisa merasakan... "Guru Feng" sangat puas dengan jawaban ini.
Saat percakapan mereka berlangsung, dua orang di atas panggung latihan perlahan mendekati lawannya. Ketika mencapai jarak yang sangat presisi, keduanya serentak menghentikan langkah.
"Mugen Hou-ryu, Kurogane Jinkai." Kurogane Jinkai berdiri tegak, memandang Tachibana Ukyo yang sedikit lebih pendek darinya.
"Shinsengumi Ittou-ryu, Tachibana Ukyo." Tachibana Ukyo menyambut tatapan penuh ketegasan lawannya dengan wajah tenang, menjawab dengan datar.
Setelah saling memperkenalkan aliran, keheningan kembali menyelimuti mereka.
"Sama sekali tidak terpengaruh oleh auraku, tenang bagai air... pria yang menakutkan..." Beberapa detik kemudian, Kurogane Jinkai melontarkan kalimat ini dalam hatinya.
"Tidak ada celah di seluruh tubuhnya, bagaikan hantu pedang... Sebagai pengguna pedang, bisa bertarung dengan orang seperti ini adalah keberuntungan seumur hidup." Tachibana Ukyo juga memberikan penilaian tinggi pada lawannya dalam hati.
Pa—— Pa——
Tangan kedua pria hampir bersamaan menyentuh gagang pedang.
"Aku... pernah mati sekali." Sebelum bertindak, Kurogane Jinkai memecah kesunyian.
"Aku... juga pernah mati sekali." Tachibana Ukyo menyambung.
"Aku tidak tewas oleh pedang."
"Aku pun bukan mati di bawah pedang."
“Menyedihkan.”
“Mengkhawatirkan.”
“Di dimensi ini, aku mendapat kesempatan kedua.”
“Ruang-waktu ini memberikanku kehidupan baru.”
“Aku akan mengalahkan Orochi, dengan pedangku... membuka jalan invincible, menguasai kerajaan.”
“Aku akan mengalahkan Orochi, memperbaiki ruang-waktu, pulang ke sisi kekasihku.”
“Penentangku... binasa.”
“Penghalangku... mati.”
Ucapan mereka berakhir di sini.
Sejak detik ini, mereka bukan lagi "manusia", melainkan jelmaan pedang.
Gemerincing pedang adalah kata-kata mereka; ilmu pedang adalah kebijaksanaan mereka; niat pedang adalah kemauan mereka.
Sreeett——
Bunyi sepasang pedang keluar dari sarung yang saling bertautan menandai dimulainya pertarungan.
Tachibana Ukyo adalah jago Iaido (teknik mencabut pedang dan membunuh musuh seketika), saat pedang terhunus, jurus pamungkas langsung dilancarkan.
Begitu posisinya berubah, jurus 【Mugen Zankou Kasumi】 telah menghujam dengan kilat.
Di sisi lain... Kurogane Jinketsu tetap tegak tak bergerak setelah mencabut pedang. "Pengguna pedang tak tertandingi" itu menyunggingkan wajah serius menghadapi teknik Iaido luar biasa di hadapannya!
【Datsuryoku】、【Kosen】, dua jurus dalam sekejap, menyusul dan menangkis.
Kriiing——
Dua pedang bertarung mengobarkan debu, dua bayangan bersilangan memicu kabut darah.
Hasil pertandingan, hidup-mati, ditentukan dalam tiga jurus dan satu tarikan napas ini...
Beberapa saat kemudian, angin sepoi-sepoi menyapu, aura mengerikan pun sirna.
Di paru-paru kiri Tachibana Ukyo, darah mulai mengucur karena di sana kini terdapat lubang tembak.
Di dada Kurogane Jinsuke, darah pun menyembur karena kini terdapat bekas tebasan di sana.
Kedua pendekar pedang itu roboh bersamaan.
"Pertunjukan beladiri selesai." Suara patung singa perunggu bergema, "Yang kalah: Kurogane Jinsuke, Tachibana Ukyo."
Beberapa hari terakhir, jarang ada yang bertarung sampai saling melukai bahkan mati bersama di arena, tapi tetap ada beberapa...
Sayangnya... dalam turnamen ini tidak ada istilah 'seri'. Jika kedua pihak kehilangan kesadaran di akhir pertarungan, keduanya akan dinyatakan kalah.
"Pertandingan berikutnya..." Kali ini patung langsung mengumumkan sebelum kedua petarung meninggalkan arena, "...antara... Kuang Long Yishengxiao melawan... Feng Bujue."
