Dug… dug——
Denyut jantung yang jelas dan keras terdengar dari dalam tubuh Roti Manusia, bergema seperti genderang.
Xiao Tan yang sedang berlari sambil memegang batang roti segera menoleh saat mendengar suara itu.
Feng Bujue yang mengikuti dari sudut pandang penonton sudah mengalihkan pandangannya satu detik lebih cepat dari Xiao Tan.
“pan……” Suara Roti Man tiba-tiba menjadi berat dan bergema, ia bangkit dari tanah lalu menatap Xiao Tan, “pan!”
“Apa! Katamu kau akan serius sekarang?” Xiao Tan menatap lawannya dengan ekspresi khidmat.
“Hei! Bagaimana bisa kamu mendengarnya?!” Feng Bujue terkejut, “Dari panpanpan itu?”
“Papapa……” Roti Man mengeluarkan serangkaian getaran pendek mirip senyuman sinis, “pan~panpan, pan!”
“Kau… punya kemampuan seperti ini?” Ekspresi Xiao Tan berubah drastis setelah mendengar perkataan Roti Man.
“Apa pun kemampuannya, tak ada artinya dibanding kemampuanmu menerjemahkan bahasa roti ini!” Feng Bujue terus mencela setelah mendengar ucapan Xiao Tan.
“Pan(ban)…… Pan(kai)!” Detik berikutnya, Roti Man mengangkat lengan kiri satu-satunya yang tersisa, meneriakkan dua suku kata yang terdengar persis seperti "Bankai".
Dan… jelas ini bukan sekadar omong kosong. Pada detik itu, tekanan spiritual dahsyat meledak dari dalam tubuhnya, lengan yang putus langsung pulih oleh kekuatan ini. Kemudian bentuknya mulai berubah, seluruh bagian roti pada tubuhnya menggelap sedikit, energi panas memancar dari dalam.
Proses ini berlangsung sekitar sepuluh detik lebih. Usai semuanya, Roti Man memandang Xiao Tan dengan dengusan dingin: “pan… panpan!”
Saat suaranya berakhir, aroma gandum panggang yang kental menyebar, dibumbui keharmonisan aroma madu dan susu. Jelas… setelah dipanaskan dengan kecepatan super, Roti Man… menjadi lebih lezat.
"Caaattttt……" Feng Bujue berteriak setelah melihat transformasi lawannya, "Apa artinya transformasi begini?!"
"Oh begitu... Karena jadi lebih mengembang, volumenya bertambah sedikit dan bisa memanaskan energi dalam tubuh untuk membakar musuh…" Xiao Tan berkata serius sambil menatap si makhluk.
"Dibakar tuan besar lo! Malah lebih mudah dipotong setelah dipanaskan!" Feng Bujue kesal, "Ngapain juga lo meladeninnya? Bawa langsung rotinya untuk menyelesaikan Quest kan sudah cukup!"
Dalam hal ini, pemikiran Xiao Tan sejalan dengan Jue Ge.
"Tapi… tetap saja kamu bukan lawanku." Xiao Tan kembali berbicara ke manusia roti, "Aku tidak ingin melukaimu lagi, jangan kejar kami lagi…" Setelah berkata demikian, dia langsung memalingkan badan dan lari.
"Pan?" Manusia roti tertegun sejenak, lalu menggelegar, "Pan! Pan!" Teriaknya sambil mengejar, tapi kecepatannya jauh kalah dengan Xiao Tan yang segera menghilang dari pandangan.
"Hmm... Meski motivasinya berbeda, setidaknya akhirnya membuat keputusan benar…" Feng Bujue menghela napas lega melihat Xiao Tan berhasil kabur dari monster itu.
……
Di sisi lain…
Keberuntungan tim Corn Fritters benar-benar bagus. Setelah mengusir seorang NPC, dalam waktu kurang dari sepuluh menit mereka menemukan lagi item terkait alur cerita di reruntuhan.
"Ini…" Setelah melirik ke sekeliling, Ryuzanpou berdiri di depan sebuah batu nisan setinggi dua meter.
Warna batu ini putih murni, sama sekali tidak ternoda kotoran, juga tidak ada bekas aus, seolah waktu tak mampu meninggalkan jejak pada batu ini.
Di salah satu sisi batu nisan ini terukir sebuah pola: Di tengah persis gambar, terukir sosok perempuan berjubah panjang dengan kedua tangan menyilang memeluk bahunya sendiri, berdiri dengan kepala tertunduk; Di sekeliling perempuan itu, terukir lingkaran material bertekstur seperti pasir yang mengambang seperti aura cahaya di sekujur tubuhnya; Di luar lingkaran pasir tersebut, terukir tiga objek berbentuk bola mata yang masing-masing pupilnya mengarah ke arah berlawanan dari sang perempuan.
"Hmm..." Ryuzan Kaede menatap pola itu sambil berpikir, "Berdasarkan deskripsi quest, perempuan di batu nisan ini kemungkinan adalah 'Dewi' itu... Sedangkan tiga bola mata itu adalah 'tiga mata di dunia ini'. Jadi... Makna lukisan ini adalah..." Ryuzan Kaede bergumam, "Sang Dewi mengerahkan kekuatannya untuk mengontrol tiga mata ini dalam mencari sesuatu?"
Setelah berpikir sebentar, ia menggelengkan kepala: "Ah sudahlah, tidak perlu dipikirkan lagi, buang-buang waktu saja."
Tindakannya memang tidak salah... Lagipula mereka sudah menyinggung NPC alur cerita tadi, lebih baik konsisten menjalankan strategi "mengabaikan plot".
Jika terus ragu-ragu dan tidak berani melepaskan, akhirnya malah akan terkena imbasnya.
Maka dengan tegas, Ryuzan Kaede meninggalkan batu nisan tersebut dan melanjutkan perjalanan mencari anggota tim musuh...
……
Pada saat yang bersamaan...
"Ei~ Ruo Yu, lihat itu ada apa?" Hua Jian yang sedang melanjutkan perjalanan bersama Ruo Yu tiba-tiba melihat sesuatu yang menarik di kejauhan. Ia segera memanggil rekan tim di sampingnya sambil menunjuk ke arah tersebut.
"Itu..." Ruo Yu mengikuti arah tunjuk Hua Jian. Matanya langsung tertangkap bayangan aneh yang berbeda dengan reruntuhan bangunan lainnya.
Ia memfokuskan penglihatan, dan segera menemukan keanehan.
"Hmm... Reruntuhan patung ini terasa agak aneh," ujar Ruo Yu.
"Iya... Aku juga merasa ada yang tidak beres," kata Hua Jian. "Secara logika seharusnya tidak seperti ini kan?"
Keanehan yang mereka bicarakan merujuk pada status patung tersebut...
Patung tersebut menggambarkan sosok pria gagah berzirah dengan jubah di punggungnya. Dari raut wajahnya, tampaknya ini adalah "Raja" yang muncul dalam CG pembuka.
Normalnya, reruntuhan patung semacam ini akan roboh menyentuh lantai, atau setidaknya bagian dasarnya masih berdiri dengan bagian atas yang rusak.
Tapi patung humanoid raksasa di depan Ruo Yu dan Hua Jian ini berdiri dengan sudut yang sangat aneh...
Bagian paha kiri dan lutut kanan patung terkubur dalam tanah. Bagian yang terlihat membentuk sudut hampir 45 derajat dengan lantai. Seluruh patung itu miring seperti Menara Pisa, atau... seperti mainan tentara yang ditancapkan miring di pasir oleh anak kecil.
“Mungkin karena tanah di bawahnya tiba-tiba ambruk lalu mengeras kembali……” Ruo Yu mengamati beberapa detik sebelum memberikan kesimpulan yang terdengar cukup bisa diandalkan.
“Mungkinkah patung itu dicengkeram oleh makhluk tertentu lalu ditancapkan paksa ke tanah?” Hua Jian bertanya.
“Patung itu sendiri sudah sebesar raksasa. Makhluk yang bisa menggenggam dan menancapkannya ke tanah…” Ruo Yu melanjutkan, “Mungkin hanya dewa di dunia ini.”
“Kalau dipikir begitu memang masuk akal.” Hua Jian berkomentar.
“Hmm... Benar juga.” Ruo Yu bergumam sambil berpikir, “Bagaimana kalau… kita mendekat? Mungkin ada alur cerita yang bisa dipicu di sekitar patung ini.”
“Setuju.” Hua Jian langsung menyahut.
Keempat anggota Garis Depan Neraka jelas belum mengabaikan perkembangan alur cerita. Keduanya pun cepat-cepat memutuskan untuk berjalan menuju patung itu.
……
Sementara itu, di sisi Xiao Ling…
Hingga saat ini, area pencarian Xiao Ling telah melampaui total semua pemain lain.
Efisiensinya tak diragukan. Dalam hal kemampuan Investigasi, bahkan Feng Bujue pun ketinggalan jauh darinya.
Ngomong-ngomong… data dirinya belum pernah diungkap sebelumnya (karena dibunuh Jue Ge di awal quest Pertarungan Superdimensi). Mari kita bahas detailnya:
Beiling Xiaogu: LV46.
Gelar: 【Senjata Manusia】, Kemampuan Gelar: 【Benteng Amuk】.
Poin XP: 43783100/46000000, Poin keterampilan: 7187, Koin game: 8082000.
Spesialisasi: Umum A, Peralatan C, Investigasi A, Bertarung C, Menembak S, Medis E, Ilmu Spiritual C, Memanggil F.
Tas (18/30): Anggur merah*3, Sinyal Penglihatan Spiritual*5, Suplemen Nilai Kelangsungan Hidup (Besar)*5, Suplemen Nilai Kelangsungan Hidup (Sedang)*5, Perban*5, Antidot*5, Antibeku*5, Obat Luka Bakar*5, Senter Abadi, FN57, MP5, KRISS Super V, Ultimax100, 【Incinerating Propulsion Cannon】, Tali Anjing, Pelembut Kulit Persik, Perisai Perintis, Magatama Dewa Mayat Darah.
Peralatan: Shi Yue/Yun Xing (Senjata Psionik), Mata Fischer, Kaki Tak Kasat Mata, Sayap Baja Iblis, Baju Zirah Baldur.
Ruang Penyimpanan (2/15): Kartu Double EXP (24 jam)*30, Kartu Double Koin Game (24 jam)*30.
Slot Skill (10/12): 【Seni Tiga Bunga Berkumpul di Puncak】【Bayangan Tujuh Zhàng】【Divine Judgment】【Seni Tombak 5 Gaya - Merampas Senjata】【Seni Tombak 14 Gaya - Tendangan】【Seni Tombak 107 Gaya - Menarik】【Sihir Perakitan】【Perbanyakan Amunisi】【Stamina Menuju Kantin Meski Hampir Mati】【Teknik Memanggil - Kelelawar Penghisap Darah】.
Efek detail dari semua item/skill baru yang muncul di atas akan dijelaskan satu per satu dalam bab ini, sehingga deskripsi item tidak dicantumkan satu per satu di sini. Namun ada dua item yang perlu disebutkan khusus, pertama adalah 【Perisai Perintis】.
Item ini diperoleh Xiao Tan melalui permainan suit-suit dalam quest 《Lagu Ngeri Anak-Anak》, merupakan perlengkapan pertahanan tingkat kualitas tertinggi yang "terikat setelah dipasang". Karena Xiao Tan sudah memiliki 【Ham Titanium Alloy Jinhua】, dan efek dari dua peralatan pertahanan ini agak tumpang tindih, akhirnya dia memberikannya kepada Xiao Ling.
Kedua, adalah...
【Nama: Sinyal Cahaya Penglihatan Spiritual*5】
【Jenis: consumable】
【Kualitas: Rare】
【Fungsi: Menciptakan ledakan sinyal spiritual.】
【Catatan: Setelah diluncurkan, Sinyal Cahaya Penglihatan Spiritual akan meledak tepat pada jarak 200 meter dari titik peluncuran, memicu reaksi fokus partikel spiritual selama sekitar 10 detik. Hanya mereka dengan Spesialisasi Teknik Spiritual level D atau lebih yang dapat melihat reaksi ini.】
Sinyal cahaya spiritual ini berukuran sangat kecil, mirip peluru senapan patahan; dan tidak memerlukan senjata api untuk meluncurkannya, menjadikannya item yang sangat praktis.
Melihat atributnya... jelas barang ini bukan produk dari toko.
Faktanya... item ini "diciptakan" dan "diproduksi" oleh seorang pemain. Pemain tersebut adalah ahli Spesialisasi Peralatan legendaris 【Mo Cha Su】 yang pernah muncul di Peak Battle S1.
Kini, karakternya berkembang pesat di dalam game, bahkan menjadi pilar utama Studio Gunung dan Sungai (studio tempat Qiufeng Se berada). Lebih dari separuh pendapatan studio berasal dari Mo Cha Su dan beberapa asistennya. Metode spesifiknya adalah... "mengumpulkan material, memproduksi item, menetapkan harga dan menjualnya".
Spesialisasi Peralatan yang selalu dianggap kurang populer, setelah melewati masa peningkatan yang sulit, akhirnya menemukan masa keemasannya di fase akhir. Karena ketika spesialisasi ini mencapai Level S, pemain bisa membuat berbagai macam benda baik di dalam maupun di luar quest... Ditambah dengan adanya "Mode Jelajahi Bebas", proses ini menjadi semakin mudah dioperasikan.
Di "Taman Horor", "item komunikasi dalam quest" selalu menjadi barang yang sangat-sangat langka. Meski beberapa quest menyediakan walkie-talkie, telepon, atau alat komunikasi sejenisnya, item semacam ini... tidak bisa dibawa keluar quest, atau menjadi tidak berfungsi setelah keluar. Jelas terlihat perusahaan game sengaja membatasi perilaku komunikasi para pemain dalam quest.
Maka barang seperti "flare signal" pasti laris di pasaran. Meski tidak berguna di setiap quest, membawa beberapa buah tetap merupakan persiapan bijak. Apalagi dengan dimulainya "kompetisi tim", barang serupa pasti akan naik daun. Kenaikan harga sepertinya tinggal menunggu waktu...
……
Baiklah, mari kembali ke cerita kita...
Setelah hampir empat puluh menit quest berjalan, Xiao Ling berhasil menemukan jejak samar yang ditinggalkan tim lawan berkat kemampuan Investigasi luar biasanya.
Seperti disebutkan sebelumnya... Mencari seseorang atau satu tim di wilayah seluas Negara Bai memang sangat sulit. Tapi "sulit" bukan berarti mustahil...
"Ngomong-ngomong... Ini juga kesalahan keempat anggota Tim Jagung sendiri. Jika mereka tidak pernah berkonflik dengan orang tua berjubah hitam yang menuntut jagung itu, mungkin jejak mereka tidak akan terungkap."
"Sayangnya... Mereka akhirnya terlibat bentrok."
"Begitu terjadi pertarungan, meski hanya sesaat atau beberapa jurus, pasti akan meninggalkan jejak."
"Meski jurus【Serangan Tombak Raja Laut】Liu Sanfeng berhasil dinetralisir si orang tua berjubah hitam tanpa sisa, energi iblis yang bergejolak saat mengeluarkan jurus itu meninggalkan jejak kaki dalam di tanah. Selain itu... beberapa rekan timnya juga tanpa sadar meninggalkan jejak saat memasuki mode pertarungan, terutama Weiwu Ge... Jejak lompatan ganasnya sangat mencolok..."
"Tim Jagung juga tidak terpikir untuk membersihkan jejak seperti ini... Karena dalam kondisi non-pertarungan, langkah mereka lebih ringan sehingga tidak meninggalkan jejak di tanah sekkeras ini. Jadi selama perjalanan, mereka sama sekali tidak mempertimbangkan hal ini."
"Siapa sangka, tujuh atau delapan jejak acak ini justru menjadi awal dari dihabisi bersama mereka..."
"Hehe... Masih baru..." Setelah mengamati jejak kaki, senyum mengembang di wajah Xiao Ling. "Satu, dua, tiga... Keempatnya lengkap, dan..." Dia melangkah ringan di area ini, berpikir secepat kilat, "...Di sini pernah terjadi pertarungan."
Kacamata pelindung Xiao Ling——【Mata Fischer】 memiliki fungsi survei termal dan penglihatan malam, sehingga dia bisa melihat sisa panas di sini. Dengan EXP-nya... tidak sulit menyimpulkan bahwa pernah terjadi pertarungan di sini.
"Hmm... jejak kaki yang sedikit ini menunjukkan durasi pertarungan sangat singkat, entah hasil pertandingan cepat ditentukan, atau salah satu pihak langsung kabur sejak awal..." Xiao Ling kemudian bergumam.
"Kemungkinan besar salah satu pihak kabur..." Saat itu, "arwah pengikut" Feng Bujue telah mengalihkan penglihatan ke sisi Xiao Ling (pergantian sudut pandang sangat mudah tanpa interval, jadi Feng Bujue sering langsung 'terbunuh seketika' ke belakang rekan tim untuk memantau beberapa lokasi sekaligus), dengan penuh percaya diri berseru, "Kalau 'hasil pertandingan sudah jelas', yang kalah pasti mati atau terluka, pasti ada bekas darah di tanah... Musuh tidak mungkin mengurus bekas darah, karena yang bisa memikirkan menghapus darah pasti juga menghapus jejak kaki. Tentu saja... kemungkinan lain... monster yang mereka lawan tidak punya darah, misalnya manusia roti... Kalau dipikir-pikir juga masuk akal, mereka membunuh seketika monster itu lalu memakannya, meninggalkan TKP seperti ini..."
Xiao Ling tidak bisa mendengar penalaran Jue Ge yang diselingi celaan itu, tapi dia juga cepat sampai pada kesimpulan yang sama: "Hmm... salah satu pihak kabur ya..." Dia tidak berlama-lama memikirkan hal ini. Dibandingkan "dengan apa mereka bertarung sebelumnya", yang lebih menarik bagi Xiao Ling adalah... "di mana mereka sekarang".
“Mau menembakkan sinyal flare tidak... atau...” Xiao Ling berpikir lagi selama beberapa detik, lalu memutuskan untuk sementara tidak melakukannya.
Dalam lima menit berikutnya, dengan kecepatan tinggi ia menyurvei ulang seluruh area sekitar, kemudian kembali ke zona yang ada jejak kaki, menganalisis arah dan posisi jejak tersebut dengan cermat... Setelah itu, ia mulai mengejar ke satu arah...
……
Di sisi lain...
"Paman, rotinya sudah saya bawa." Xiao Tan membawa baguette yang dipenggalnya dari tubuh Bread Man, kembali menghadap pria tua berjubah hitam itu, lalu menyerahkan roti tersebut tanpa ragu.
"Kau benar-benar punya semangat kontrak ya..." Feng Bujue bergumam melihat adegan ini, "Dari awal sampai akhir cuma perjanjian lisan, bahkan tidak ada quest yang terpicu, peringatan sistem pun tidak berbunyi... Bagaimana jika orang tua ini mengambil roti lalu kabur? Bagaimana jika ia langsung menelan roti dan ingkar janji? Bagaimana jika ia memukul kepalanya sendiri dengan roti lalu pura-pura jatuh untuk memeras koin game-mu?"
"Hmm... Anak muda." Pria berjubah hitam itu menerima roti, ekspresinya berubah halus. Setelah terdiam dua detik, ia menatap Xiao Tan dan bertanya, "Apa pendapatmu tentang hal-hal yang telah sirna?"
"Jika yang kau maksud adalah masa kecilnya, seharusnya belum sirna." Feng Bujue yang sedang menyaksikan ikut nimbrung dengan candaan.
"Eh... Bisa lebih konkret?" Xiao Tan merasa pertanyaannya terlalu luas, sulit dijawab, sehingga bertanya balik.
"Misalnya... negara ini..." lanjut pria berjubah hitam itu.
"Xiao Tan mendengar itu, berpikir sejenak, lalu menjawab: 'Aku tidak terlalu mengerti negara ini, tapi dari yang kuketahui... menurutku Raja itu menghancurkan dirinya sendiri, sementara rakyatnya terseret karenanya.'"
"Hmm?" Pria tua berjubah hitam itu bertanya curiga, "Bukankah kau warga negara ini?"
Di detik pertanyaan itu terlontar, Feng Bujue seolah menyadari sesuatu...
"Bukan." Xiao Tan langsung menjawab tanpa kewaspadaan.
"Hehe... Begitu rupanya, bagus." Pria tua berjubah hitam itu tersenyum, menyimpan roti di dada, lalu tiba-tiba meraih Xiao Tan dengan satu tangan, "Ikutlah denganku..."
Sebelum kata-katanya habis, dia telah berubah menjadi kilatan hitam yang membawa Xiao Tan melesat ke angkasa.
