【Peringatan, transmisi dimensi abnormal terdeteksi.】
【Sedang mereset data, kalibrasi ulang koneksi saraf sedang berlangsung...】
【Kalibrasi selesai, reorganisasi data berhasil, koreksi error dalam proses...】
【Tingkat koreksi mencapai 100%, sedang membuat ulang menu permainan...】
【Pembuatan selesai, modul karakter sudah siap, batasan sistem disesuaikan ke 40%】
【Anda telah memasuki Alam Semesta Utama Taman Horor dalam mode tanpa quest. Segera keluar sebelum batas waktu log out paksa untuk menghindari rollback data yang tidak reversibel.】
Setelah serangkaian peringatan sistem, Feng Bujue mendapatkan kembali kendali atas tubuhnya.
Beberapa detik lalu, ingatan terakhirnya adalah... dirinya berada dalam tubuh Rudy Austin, menyaksikan nilai kelangsungan hidup di menu permainan turun dari 1% ke nol.
Kini, dia telah mengendalikan tubuh (karakter dalam game)-nya sendiri dan tiba di sebuah ruangan dengan pencahayaan redup.
Ini adalah ruangan sekitar lima puluh meter persegi yang hampir penuh dengan barang-barang berserakan, membuat orang sulit melangkah.
Melihat sekeliling, terlihat mesin gergaji kayu, mesin jahit, meja operasi, kulkas, dan berbagai perabot besar lain, serta banyak mesin tak dikenal yang ditutupi terpal minyak. Di rak dinding sebelah, berjejer berbagai alat seperti palu, linggis, gergaji bundar, bor listrik - lebih lengkap dari bengkel mobil.
Di sudut ruangan, Jue Ge juga menemukan bak mandi berisi darah dan kotoran yang masih menyisakan sisa-sisa anggota tubuh humanoid. Namun yang aneh... benda menjijikkan ini sama sekali tidak mengeluarkan bau busuk.
"Selamat datang di rumahku." Beberapa detik kemudian, suara Billy tiba-tiba terdengar di samping Jue Ge.
Feng Bujue menoleh ke sumber suara dan melihat boneka kayu yang familiar itu.
Entah sejak kapan, si makhluk itu sudah duduk di atas meja, memandangi Jue Ge dengan wajah mengerikannya.
"Lumayan juga." Jue Ge menyambut dengan nada mengejek yang sangat ia kuasai, "Sekilas terlihat gaya dekorasi aliran praktis."
"Hehe…" Billy tertawa, "Karena sewaktu-waktu mungkin pindah, dan sering harus mengurus makhluk hidup di sini, jadi jarang dibereskan."
"Ah… Tak perlu menjelaskan khusus padaku." Feng Bujue membuka kedua tangannya, "Dari awal juga aku tak mengira rumah makhluk sepertimu akan rapi, lagipula kau bukan Hobbit." Sambil berkata demikian, ia menendang tumpukan barang di kakinya lalu duduk di benda tak jelas yang relatif bersih, "Nah… Mari kita bicara… Apa yang kau lakukan? Mengapa aku ada di sini?"
"Sebenarnya tidak banyak…" Billy menjawab, "Aku hanya membawa kesadaranmu yang baru saja terlepas dari tubuh saat kematianmu keluar dari quest, lalu kembali bersama ke Alam Semesta Utama."
"Kalau begitu…" Jue Ge bergumam, "Aku gagal menyelesaikan misi?"
"Benar." Billy memberikan jawaban tegas.
"Sial…" Feng Bujue mendesis kesal, namun tak berlama-lama memikirkan hasil tersebut, langsung mengalihkan topik, "Lalu bagaimana denganmu? Kondisimu sekarang?"
Billy mendengar itu, ragu selama dua detik, baru menjawab: "Hmm... Aku juga tidak terlalu paham." Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan ekspresi berpikir, "Sekarang, tubuhku telah mengalami perubahan yang sangat drastis... Sequence Kebenaran yang baru ini sangat kompleks, baru pengamatan awal saja... sudah membatalkan banyak pengetahuan umum yang kuketahui..."
"Jadi..." Feng Bujue memiringkan kepalanya, menunggu jawaban kesimpulan dari lawan bicaranya.
"Yang pasti..." Billy melanjutkan, "Aku sekarang jauh lebih kuat dari sebelumnya, dan itu signifikan."
"Bagaimana jika dibandingkan dengan Empat Pilar?" Sebelum lawannya selesai bicara, Feng Bujue langsung melemparkan pertanyaan spesifik tanpa pikir panjang.
"Tidak tahu." Jawaban Billy juga cepat. "Mungkin sudah melampaui mereka, mungkin masih kalah... Seperti kukatakan... Aku belum sepenuhnya memahami kemampuan baruku ini. Aku butuh waktu untuk mencerna kekuatan baru ini."
Saat pembicaraan sampai di sini, Billy teringat sesuatu: "Tunggu..." Nadanya berubah, "Bukankah kamu bisa melihat Sequence Kebenaran di tubuh orang lain? Mengapa masih bertanya padaku?"
"Menguji apakah kamu jujur atau tidak." Feng Bujue yang ketahuan tetap bisa merespons dengan tenang dan ekspresi datar.
"Hmm..." Menghadapi orang yang tidak tahu malu seperti ini, Billy pun tak berdaya. "Kalau begitu aku ingin bertanya... Menurutmu... seberapa kuatku sekarang?"
"Dilihat dari kekuatan data dalam kondisi normal... Sudah setara dengan Zun Ge dan Lao Wang." Jawab Feng Bujue.
“Dua orang itu siapa……aku sepertinya tidak mengenal mereka……” Jika Billy bisa mengubah ekspresi wajahnya, pasti saat ini matanya akan menyipit dengan ekspresi menyebalkan.
“Yaitu Zhuan Jiezun dan Dianhu Wang.” Jue Ge bertanya dengan nada seolah hal itu sudah jelas, “Bukannya adik bebalmu masih magang di tempat Zun Ge? Kenapa kau tidak mengenal?”
“Kau bilang adik siapa yang bebal?” Billy meninggikan suaranya, terlihat agak marah.
“Oh……sebutan 'bebal' tidak pantas ya?” Jue Ge berhenti setengah detik, lalu melanjutkan, “Baiklah……ngomong-ngomong soal si sampah bermuka konyol itu……”
“Sudahlah, berhenti di sini……” Billy menyela Jue Ge dengan cepat, “Mengapa julukan yang kau berikan untuk adikku dibandingkan dengan Zhuan Jiezun dan Dianhu Wang……beda jauh sekali?”
“Hehe……aku hanya asal memberi saja~” Feng Bujue tersenyum puas sambil menjawab.
“Siapa yang memujimu?” Billy terkejut, “Aku menyuruhmu berhenti memanggil Bill dengan sebutan menghina itu.”
“Oh……” Feng Bujue berkata, “Kau ingin diubah ya……boleh saja……” Ia mengusap dagu sambil mengerutkan alis, “Tapi soal julukan……kalau tidak berdasarkan ciri khas, harus berdasarkan nama……” Ia menjilat bibirnya, “Bagaimana kalau……kita panggil dia 'Biaoer~'?”
“Masih 'Biaoer~'……” Suara seram Billy kini kehilangan semua wibawanya, “Apa kau bisa mati kalau memanggil nama aslinya?”
"Itu tergantung situasi." Feng Bujue menyeringai, "Sejujurnya... nama Bill agak biasa. Daripada pakai inisial B, lebih baik kita ganti jadi Bick atau Blitz."
"Kenapa kau tidak ganti nama jadi Fitnah Machine saja... singkatan pinyinnya sama." Billy yang kesal karena ulah Jue Ge tiba-tiba jadi kreatif, menyelipkan sindiran tepat waktu.
"Baiklah, kalau kamu ada di sini, aku akan panggil nama aslinya." Feng Bujue mengangkat bahu, malah melontarkan tatapan merendahkan ke Billy, "Dasar tidak bisa diajak kompromi."
Saat itu, perasaan Billy campur aduk: "Dasar... bisa lebih menjengkelkan lagi tidak sih? Apakah Sang Pencipta sengaja membuatnya untuk mengejek semua makhluk berakal di alam semesta..."
"Sudah, cukup obrolan sampingannya." Dua detik kemudian, Feng Bujue melanjutkan, "Karena kamu sudah membawaku ke sini, pasti ada sesuatu yang ingin didiskusikan?"
"Eh..." Billy baru tersadar setelah diingatkan, "Iya..."
Billy sama sekali tidak menyadari... tanpa disadari, Feng Bujue telah sepenuhnya menguasai kendali percakapan ini. Cara yang digunakannya... sebenarnya cuma ngomong sampah.
"Ahem... Pertama-tama..." Billy membersihkan tenggorokannya, kembali ke sikap formalnya, "Aku harus mengakui, kejadian hari ini membuatku berhutang budi lagi padamu."
"Santai saja." Feng Bujue menjawab santai, "Di dunia ini, semua hutang pasti akan terbayar."
Melihat sikap lawannya seperti ini, Billy pun tidak merasa terbebani: "Selanjutnya, ada dua informasi penting yang menurutku perlu kamu ketahui..."
"Oh?" Ekspresi Jue Ge berubah sedikit, "Coba jelaskan..."
"Pertama, 【SCP-079】 yang dibawa kembali oleh X-23... entah mengapa kehilangan semua karakteristiknya dan berubah menjadi CD rewritable biasa." Billy menjelaskan, "Inilah alasan mengapa aku muncul di alam semesta tadi." Ia menghela nafas, "Sayangnya... investigasiku tidak membuahkan hasil konkret, malah membuatku terjebak dalam masalah."
"Hah?" Jue Ge langsung menangkap keanehan, "Kapan kamu bergabung dengan Organisasi Z?"
"Aku bukan bagian dari mereka." Billy menggeleng, "Hanya bekerja sama karena alasan tertentu."
"Oh..." Feng Bujue tidak melanjutkan pertanyaan ini karena ingin mendengar... "Lalu informasi kedua?"
Billy diam beberapa detik sebelum melanjutkan: "Yang kedua... program ramalan 'Senja Para Dewa' telah diaktifkan."
【Volume 6 (2) Pertarungan Puncak S2】
