【Tugas saat ini telah selesai, misi utama telah seluruhnya rampung】
【Anda telah menyelesaikan quest ini, teleportasi otomatis dalam 180 detik】
Saat anggota terakhir Tim Palu Emas berubah menjadi cahaya putih dan menghilang, keempat anggota Tim Garis Depan Neraka pun mendengar peringatan sistem.
"Lihat, tepat dua jam." Feng Bujue berbalik santai sambil tersenyum ke arah kekosongan.
Samodiel yang berdiri di sampingnya bertanya heran: "Kau bicara dengan siapa?"
"Heh... Tidak ada apa-apa, cuma bicara sendiri." Feng Bujue menjawab sambil langsung mengalihkan topik, "Baiklah, aku harus pergi. Saat kita bertemu lagi... kuharap kau sudah bernegosiasi dengan dua teman lamamu dari Gereja Illusion. Sebelum Senja Para Dewa, aku akan berusaha menemui salah satu dari kalian."
"Aku tak bisa menjamin..." Samodiel bergumam berat, "...sikap mereka dalam hal ini."
"Tidak masalah." Kata Feng Bujue, "Kuyakin... selama kebijaksanaan dan ambisi mereka setara denganmu, tak ada alasan menolak proposalku. Tentu saja... jika diperlukan, aku akan tunjukkan kekuatanku di hadapan mereka."
"Baiklah..." Ekspresi Samodiel menjadi kompleks, "Sampai jumpa."
"Sampai jumpa." Setelah mengucapkan itu, Feng Bujue berubah menjadi cahaya putih dan menghilang.
……
【Quest telah selesai, perhitungan hadiah sedang berlangsung.】
【Mendapatkan koin game: 60000】
【Mendapatkan item/peralatan: Tidak ada】
【Tugas selesai/diterima: 1/1】
【Tugas spesial/tersembunyi diselesaikan: 0, Memecahkan worldview: Tidak ada】
【Mendapatkan poin keterampilan: 782】
【Bonus koin game dari poin keterampilan: 78200】
【Hadiah penyelesaian skenario: Poin penyisihan +3.】
【Perhitungan selesai, silakan lanjutkan.】
Setelah kembali ke ruang login, daftar perhitungan yang cukup singkat muncul di layar sentuh.
"Karena level Feng Bujue sudah mencapai batas maksimal, keuntungan dalam hal poin XP tentu sudah tidak ada lagi. Dari sisi item, Jue Ge juga tidak mendapatkan satu pun. Selain itu, mode pertandingan hanya mempertahankan mekanisme 'pemutusan paksa jika nilai ketakutan dalam quest terlalu tinggi', tapi tidak mengaktifkan penilaian dan hadiah nilai ketakutan, sehingga entri terkait juga dihapus."
"OK, pertarungan pertama sukses." Jue Ge menatap layar sambil berkata dengan santai.
Kemudian, melalui menu sosial dia memastikan bahwa Xiao Tan dan yang lain sudah keluar dari quest. Setelah menunggu sekitar satu menit, Jue Ge mengajukan permintaan masuk ke ruang rapat. Tak lama kemudian, Xiao Tan mengkonfirmasi.
"Hi~ Semuanya mainnya senang nggak?" Saat melangkah masuk ke ruang rapat, Feng Bujue langsung menunjukkan ekspresi sombong dan berkata dengan gaya sok jago pada rekan tim.
"Mencari peralatan lebih dari satu jam, membersihkan monster setengah jam." Xiao Ling merangkum aktivitas mereka di pertandingan pertama dengan satu kalimat.
"Tapi... Secara keseluruhan kami cukup senang, soalnya menang kan." Hua Jian menambahkan.
"Iya, melawan monster cari peralatan lebih santai daripada lawan orang." Xiao Tan mengangkat bahu sambil menjawab.
Feng Bujue tersenyum pada rekan tim, lalu pandangannya tertuju pada Ruo Yu: "Yang mulia puas ya?"
"Hē hē." Ruo Yu mengeluarkan dua suku kata ini dengan ekspresi datar.
Melihat ekspresinya, senyum Jue Ge semakin lebar. Tapi dia tahu harus berhenti di titik tepat, jadi tidak berkomentar lebih lanjut: "Kalau begitu... Kita istirahat sebentar, persiapan ronde kedua?"
"Ah…" Mendengar itu, Ruo Yu menghela napas, "Untuk pertandingan kedua ini, lebih baik kamu tetap jadi penonton. Harus kuakui… mengirimmu bertarung adalah pemborosan sumber daya."
"Syukur kamu mengerti." Feng Bujue langsung merebahkan diri di sofa, kedua tangan menyangga kepala, "Sudah kubilang… kita kuat. Kecuali beberapa tim ekstra kuat, sebagian besar tim bukan ancaman bagi kita. Saat ini kalian berempat belum mencapai level maksimal, masih ada ruang untuk meningkatkan kekuatan. Lagipula babak penyisihan menggunakan sistem poin, kalah satu dua pertandingan tidak langsung tereliminasi. Jadi… lebih baik aku tetap jadi penonton sampai babak semifinal."
"Wuih… sok gaya 'Laozi tak terkalahkan di dunia' nih…" Xiao Ling menyipitkan mata mengejek saat mendengar ucapan Jue Ge.
"Sikap 'kalau aku turun tangan di pertarungan level begini bakal kurang seru' gitu…" Hua Jian tak ketinggalan menambahkan.
"Meski terdengar liar…" Feng Bujue menatap rekan timnya sambil membuka kedua telapak tangan, "Tapi ini fakta, bukan?"
"Eh… ngomong-ngomong, Jue Ge." Xiao Tan teringat sesuatu, "Kamu ingat quest pertama kali kita ketemu Long Ge? Monster di quest tadi…"
"…Semua adalah ilusi iblis bawahan Samodiel." Feng Bujue langsung menyambung, "Kebetulan aku mau ceritakan apa yang kulakukan di quest tadi. Dengarkan baik-baik…"
……
Di waktu yang sama, di sebuah kantor mewah di markas Dream Company.
Seorang iblis bernama Woody, saat ini sedang duduk di kursi bos di belakang meja kerja, memegang segelas susu alpaca dingin, mencicipinya perlahan.
"Tentu saja MENANG." Suara Vincent terdengar dari satu sisi ruangan.
Meskipun satu detik sebelumnya ia belum berada di kamar ini, Woody tidak menunjukkan keheranan atas kemunculannya.
"Hehehe... Bukankah ini hal yang sudah seharusnya?" Woody tetap tertawa mesum seperti biasanya.
"Sekarang Feng Bujue telah menarik Gereja Iblis Illusi masuk ke dalam permainan..." Vincent berkata sambil berjalan menuju meja kerja, "...Ini mungkin akan mempengaruhi perkembangan Senja Para Dewa?"
"Hehehe... 'Akhir' dari Senja Para Dewa sudah ditakdirkan, baik dia, atau siapa pun, tidak mungkin mengubahnya." Woody menjawab sambil tertawa, "Hal ini... Feng Bujue tentu paham. Jadi... fokus strateginya pasti bukan pada 'proses' atau 'akhir' Senja Para Dewa, melainkan pada 'setelah akhir'."
"Melewati fakta yang sudah tidak bisa diubah, dan mengunci strategi pada 'tahap ketiga'?" Vincent bergumam berat.
"Hmph... Jika itu kita... pasti melakukan hal yang sama." Woody menunjukkan ekspresi suram.
Saat percakapan sampai di sini, Vincent telah berjalan memutari sebuah kursi sofa dan duduk berhadapan dengan Woody: "Sepertinya dalam hal 'kebijaksanaan', dia telah mendapatkan pengakuanmu."
“Hehe……Jangan bercanda, dia adalah mahakarya yang diciptakan dari gen 'orang itu'. Aspek 'kebijaksanaan'……sudah dari awal bukan hal yang perlu dikhawatirkan.” Woody tertawa menjawab, “Justru menurutku, ada aspek lain yang agak tertinggal dalam dirinya.”
“Hah…Jadi kamu dan Simon 'memainkan sandiwara itu'?” Vincent juga tersenyum.
“Hehehe……Memang tak ada yang bisa sembunyikan darimu…” Senyum Woody semakin mesum sambil meneguk cairan putih keruh di tangannya dengan riang.
“Gampang~Tapi strategimu benar-benar 'satu batu dua burung'.” Vincent menyambung, “Kamu dan Simon sudah menyusun dialog sebelumnya, lalu memilih quest dengan dimensi ruang-waktu yang tumpang tindih untuk 'akting'. Semua tahu…di lingkungan seperti itu pasti ada mata-mata dari berbagai faksi yang menyamar. Jadi, setelah drama 'menghukum satu untuk menggentar seratus' ini, kabar 'bahkan pelanggaran Woody berhasil dihaluskan oleh wasit' akan cepat tersebar.”
“Hehe…Dengan begini…” Woody mengambil alih pembicaraan, “Pekerjaan Simon akan lebih lancar, sementara aku…mendapatkan Feng Bujue yang 'Hancur untuk Membangun Kembali'.”
“Yang disebut win-win solution…” Vincent tersenyum tipis, “Tak heran Simon mau bermain sandiwara denganmu.” Tiba-tiba senyumnya menjadi dingin, “Tapi…dalam dialog kalian, alasan apa yang membuat kalian menyertakan namaku secara tiba-tiba?”
“Hehehe…” Woody tertawa pendek lalu meneguk susu alpaca lagi, “Sederhana…untuk meningkatkan kredibilitas.”
"Mengerti." Vincent dengan cepat kembali ke sikapnya yang menyejukkan seperti angin musim semi, "Aku anggap ini sebagai pujian darimu." Setelah mengucapkan itu, dia menyesuaikan posisi duduknya lalu bertanya, "Hmm... Kalau kita sudah membahas 'orang itu', boleh kutanya... Kapan rencananya kamu akan memberitahu Feng Bujue tentang 'asal-usulnya'?"
"Tentu saja~" Woody memiringkan kepalanya, "Saat kupikir sudah waktunya untuk diberitahu~"
Nada bicara dan ekspresinya saat mengucapkan kalimat itu sangat menggoda untuk ditinju. Jawabannya itu... sama saja dengan tidak menjawab.
"Wahahaha..." Vincent tertawa terbahak-bahak seolah baru mendengar lelucon yang sangat lucu, "Baiklah... Biar kutebak..." Dia berhenti sebentar setengah detik, "Saat 'kemampuan sejatinya' bangkit?"
"Hehehehe..." Woody hanya tersenyum tanpa menjawab.
"Hohoho..." Vincent menatapnya, juga tersenyum tanpa kata.
Dua hentai licik dan penuh akal ini seringkali menyelesaikan masalah yang saling mereka pahami dengan gelak tawa seperti ini. Karena... mereka terlalu pintar, sehingga perlu sesekali berlaku bodoh.
"Sudah, tak perlu kau khawatirkan." Setelah tertawa beberapa saat, Woody berkata lagi, "Dia taruhanku, aku yang akan menjaganya."
"Aku merasa kamu terlalu ikut campur, makanya ingin menasihatimu..." Vincent mengubah ekspresinya menjadi serius, "Dengan kecerdasan Feng Bujue dan bantuan Dunjia Tianshu, tak lama lagi dia akan menyadari sendiri bahwa energi spiritualnya hanyalah ilusi. Membiarkan Simon membantunya menghancurkan 'barrier' itu memang jalan pintas, tapi apakah ini baik untuknya?" Matanya berkedip samar, "Jika dia mendapatkan kekuatan yang tak mampu dikendalikan dalam waktu singkat, mungkin akan..."
"...mengarahkannya pada 'kehancuran'." Woody menyela Vincent dan menyelesaikan kalimat yang hampir diucapkannya.
Pada detik itu, cahaya putih memantul dari kacamata Woody: "Semua ini... sudah kuketahui, tapi..." Tiba-tiba dia terkekeh lagi, "Hehehe... Risiko tinggi tanpa logika dan imbalan besar... itulah daya tarik perjudian."
