September, musim yang penuh nuansa.
Ia bagaikan gadis anggun yang hendak berganti baju bernama musim gugur; sisa hawa panas musim panas adalah selendang tipis terakhir di pinggangnya, sementara tekanan tahun ajaran baru dan bayangan laporan kuartal seperti celana dalam pengaman di balik selendang itu.
Baiklah, mari kita kembali ke topik utama...
Pada September tahun 2055 ini, tak diragukan lagi menjadi milik Taman Horor. Setelah penyisihan Peak Battle S2 dimulai, Dream Company langsung meluncurkan kampanye promosi yang sesuai, membuat kompetisi ini menjadi sorotan panas. Hanya dalam hitungan hari, berbagai berita terkait membanjiri semua media, bahkan media arus utama yang biasanya meremehkan industri game pun ramai meliput peristiwa ini, tingkat perhatian masyarakat bisa dibilang tak tertandingi untuk sementara waktu.
Di lingkaran game, pertarungan ini semakin menjadi fokus pertempuran paling menarik dalam beberapa tahun terakhir.
Titik waktu lima bulan setelah peluncuran server, format pertarungan tim, sistem peringkat berbasis poin... Tidak sulit melihat bahwa sistem penyisihan ini secara implisit mengandung makna "menguji kualitas studio game".
Jika peringkat akhir S1 dianggap kurang meyakinkan karena terlalu banyak faktor tak terduga di final, maka S2 kali ini... Setidaknya di tahap penyisihan, semua tim tidak punya alasan untuk berkelit.
Faktanya, sebagian besar studio game secara tidak langsung mencapai konsensus - hasil penyisihan Peak Battle S2 kemungkinan besar akan menentukan peringkat kekuatan sejati masing-masing studio di mata para pemain.
Oleh karena itu, bagi studio-game ternama, sejak titik nol jam pada 5 September, pertempuran diam-diam selama 50 hari telah dimulai.
Setiap hari, data poin yang dipublikasikan di situs resmi mereka menjadi batu loncatan penting menuju kemenangan.
Bagi para pemain profesional yang dijuluki sebagai "bintang", ini juga merupakan ujian yang berlangsung lama.
Hasil setiap ronde pertandingan, proses setiap pertempuran tim, bahkan setiap titik nilai kelangsungan hidup yang hilang dalam setiap duel... semuanya berpotensi mempengaruhi peringkat penyisihan rombongan.
Dari sudut pandang tim casual, 36 pertandingan hanyalah 36 hasil pertandingan belaka. Secara teori, 108 poin adalah hasil terbaik yang bisa dicapai.
Tapi dari perspektif tim profesional... 108 poin itu baru sekedar "lolos". "Kemenangan penuh" adalah keharusan mutlak. Sebagai tim yang ingin memperebutkan gelar juara, jika bahkan di babak penyisihan yang penuh persaingan kalian tidak bisa meraih kemenangan penuh, dari mana kepercayaan diri untuk menang terus di babak eliminasi yang penuh tim kuat?
Di atas dasar kemenangan penuh, mereka juga harus memastikan setiap kemenangan diraih dengan biaya termurah dan cara paling efisien... Hanya tim yang mencapai kesempurnaan dalam hal ini yang bisa menduduki puncak klasemen penyisihan.
Singkatnya, tim yang mengejar peringkat penyisihan harus memperlakukan setiap detik dari 36 pertandingan penuh poin efektif ini dengan serius tanpa boleh lengah. Mereka tidak mungkin bermain dengan sikap "yang penting akhirnya menang" seperti player casual. Mereka ditakdirkan untuk berkorban lebih dari pemain biasa, karena... barulah ini pantas disebut "profesional".
"Bermain game sambil digaji", tidak pernah sesantai yang terlihat dari makna harfiahnya; Sejujurnya, ini lebih menanggung tekanan dibandingkan bekerja di bidang lain yang juga digaji. Meski zaman terus maju, prasangka kolot dalam hati masyarakat masih ada... Tak ada yang menyebut atlet sepak bola "bermain bola sambil digaji", atau perenang profesional "bermain air sambil digaji", namun profesi "pemain profesional" selalu dinilai dengan memakai kacamata berwarna.
Sebenarnya, tidak ada perbedaan esensial antara pemain profesional dan atlet profesional. Keduanya sama-sama membutuhkan bakat, kerja keras, sedikit keberuntungan, serta memiliki pengalaman, teknik, kemampuan menahan tekanan, dan etos kerja. Perbedaan terbesar hanyalah satu pihak menggunakan peralatan fisik atau lapangan sebagai alat kompetisi, sementara pihak lain menggunakan program elektronik virtual sebagai medianya. Hanya karena media yang terakhir memiliki kecenderungan hiburan lebih besar daripada pelatihan fisik atau otak bagi pesertanya, lalu memandang berbeda para pelakunya, jelas ini tidak adil.
Kali ini Dream Company sangat memperhatikan hal ini saat mempromosikan Peak Battle S2 ke masyarakat umum di luar lingkup game. Salah satu slogan iklan mereka adalah "Tidak mengerti mengapa ada yang bisa menghidupi diri dengan bermain game? Mari saksikan kelebihan mereka yang luar biasa."
Dengan slogan seperti ini, bukan hanya kalangan pemain yang berkecimpung di dunia game, bahkan orang yang sama sekali tak tahu industri game atau belum pernah menyentuh Taman Horor pun jadi tertarik dengan "Peak Battle" ini.
Dan semua ini... adalah persiapan Dream Company untuk "siaran langsung" babak penyisihan tahap akhir.
Hingga akhir September, ketika strategi pemasaran kelaparan "hanya mendengar kabar, tak melihat wujud" ini telah membangkitkan rasa penasaran semua orang, Dream Company langsung merilis pengumuman—"Tiga hari lagi, hak siaran babak penyisihan tahap akhir akan dilelang secara terbuka."
Langkah ini tidak hanya mengembalikan semua biaya promosi sebelumnya, tetapi juga meraup keuntungan besar...
Tentu saja, semua ini adalah cerita di kemudian hari. Setidaknya sebelum 20 September, belum ada yang tahu bahwa pertandingan babak penyisihan akhir akan disiarkan langsung. Saat ini, fokus sebagian besar pemain masih tertuju pada bagaimana memenangkan pertandingan mereka sendiri.
Hampir tak ada yang menyadari... bahwa di awal siklus penyisihan lima puluh hari ini, prolog Senja Para Dewa... sebenarnya telah diam-diam dimulai.
……
Alam Semesta Utama, perbatasan Tanah Chaos.
Di tepi kekosongan ini, berdiri megah sebuah pintu raksasa—Pintu Kehampaan.
Dahulu kala... pertempuran Dewa dan Iblis mengguncang langit dan bumi. Akhirnya, Dewa Pengawas mengerahkan seluruh kekuatan dewa, menggunakan makhluk hidup dengan karakteristik ganda dewa dan iblis sebagai pusat segel, mengurung Dewa Iblis ke dalam pintu.
Setelah ribuan tahun... Penjaga Iblis Kuno itu berhasil lolos dari segel dengan menyerap energi Dewa Iblis yang merembes dari pintu, lalu menghilang tanpa jejak.
Untungnya segel Dewa Pengawas tak tergoyahkan. Meski kehilangan "pasak", masih bertahan cukup lama.
Tapi... hari seperti ini, sekarang telah berakhir.
Krak krak...
Setelah serangkaian suara hancur yang suram, pintu hitam legam itu remuk menjadi residu.
Seketika, energi iblis ultima dengan kepadatan yang tak terbayangkan menerjang keluar dari pintu.
Kemudian, suara langkah kaki berat bergema dari balik pintu...
Bang, Bang, Bang...
Bayangan raksasa besar berjalan keluar dengan santai dari pintu, setiap langkahnya mengguncang bumi.
Tapi... tepat saat hendak melangkah keluar, ia berhenti di ambang pintu.
"Hmph?" gumamnya, "Apakah aku terlalu lama terjebak dalam 'Ketiadaan'... atau alam semesta ini mengalami perubahan aneh..."
Sambil berkata, ia mengangkat satu tangan (cakar depan) keluar pintu. Hasilnya... dalam dua detik, tangan itu meledak dari dalam.
Darah iblis hitam yang mengalir memancarkan aroma harum seperti anggur tua, tajam, dan mendalam.
Inilah ciri fisik "iblis" paling sempurna. Dari perspektif data, setiap tetes darah dan hembusan napasnya merupakan energi yang sangat terkonsentrasi. Beda langit dan bumi dibanding makhluk biasa yang berbau amis.
"Inikah alam semesta tempatku dulu?" Dewa Iblis menarik kembali tangannya, serat hitam memperbaiki luka dengan cepat, "Sepertinya aku butuh waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru ini."
Sambil berbicara, diam-diam ia mengerahkan energi iblis, memulai proses perbaikan tubuhnya.
Dibungkus oleh energi iblis, posturnya mulai menyusut dengan cepat, perlahan... membentuk sosok humanoid.
Akhirnya, setelah sekitar tiga menit, "itu" berubah menjadi "dia".
Saat ini, Dewa Iblis telah berubah menjadi laki-laki manusia yang telanjang bulat. Tingginya sekitar 1,9 meter dengan proporsi tubuh seimbang dan wajah yang muram. Kulitnya pucat bak embun beku, rambut hitamnya bergelombang alami. Tak ada perbedaan yang terlihat antara tubuhnya dengan manusia biasa.
"Huu..." Setelah transformasi sukses, Dewa Iblis menarik napas dalam. Kemudian ia melangkah melewati pintu yang telah mengurungnya selama lebih dari ratusan juta tahun (persepsi waktu di dalam "Tidak ada" menjadi tak terbatas), resmi memasuki Alam Semesta Utama Taman Horor.
