“Sialan! Tadi apa yang terjadi?” Dua pemuda yang sebelumnya mencoba merayu Xiao Ling (yang selanjutnya akan disebut Pemuda A dan Pemuda B) akhirnya sadar. Salah satunya langsung memaki.
“Ada apa? Kita dihipnotis?” Temannya menyambung, “Kenapa setelah ditepuk si mata empat mesum itu kita malah berjalan sampai ke sini?”
“Dasar! Pasti ada yang salah. Belum lagi si kostum Thor tadi, entah pakai trik apa sampai aku tak bisa bergerak...”
“Hmph... Goblok! Harus kita beri mereka pelajaran.”
"Ha……" Saat itu, Pemuda A tiba-tiba menyeringai sinis, "Aku punya ide……" Dia berhenti sejenak, melanjutkan, "Kamu dengar pengumuman tadi kan?"
"Hm, dengar." Pemuda B menjawab, "Ada apa?"
"Hehe…… Sebentar lagi listrik akan diputus, semua staf juga akan dievakuasi." Pemuda A tersenyum mesum, "Karnaval sebesar ini akan jadi zona tanpa pengawasan… Hmph… Nanti kita cari kesempatan, cari tempat sepi, beresin si nakal itu, lalu… hehe, di depan matanya, main-main dulu dengan pacarnya……"
"Hm… Ide bagus." Pemuda B juga tertawa, "Setelahnya tinggal lempar ratusan ribu, lalu teror mereka. Ayahku kan di sistem kepolisian, dulu main seperti ini juga selalu aman, akhirnya ayah yang urus."
"Memang~ Aku kan sudah kenal kamu." Kata Pemuda A, "Aku tahu kasus bunuh diri cewek kemarin pasti ada hubungannya denganmu."
"Sial… Kamu berani nyindir aku? Kita setali tiga uang! Masalahmu yang memalukan itu hampir dibongkar media, bukan ibumu yang tutupi pakai koneksi?"
Saat dua anak orang kaya ini saling tuduh, bayangan manusia telah muncul diam-diam di belakang mereka.
"Ck ck……" Gu Chen menyeruput kopi dari termosnya, bergumam, "Ah… Jiwa-jiwa kotor ini membuat kopi jadi terasa anyir……"
Kedua orang itu terkejut oleh suara yang tiba-tiba muncul. Mereka sama sekali tidak menyadari ada orang yang sudah mendekat sampai sedekat ini.
"Sialan, siapa kau ini?" Pemuda A yang sudah sedikit tenang menoleh dan memandang sekilas Gu Chen dengan tatapan kasar.
"Wah~ sudah dengar semuanya ya? Ada apa? Paman, mau ikut campur?" Pemuda B juga segera menimpali.
"Ikut campur..." Gu Chen meneguk kopinya lagi, "Huu... Sebenarnya ini bukan sekedar urusan orang lain." Bibirnya mencibir, "Cucu perempuan saya sedang jalan-jalan dengan pacarnya, tiba-tiba bertemu dua anjing kampung yang ingin menggigit. Sebagai kakek, saya tak mungkin tinggal diam..."
Pemuda A sama sekali tidak paham omongannya: "Apa yang kau bicarakan? Kau punya cucu perempuan?" Ia melirik sinis ke Gu Chen, "Hmph... Masa waktu umur sepuluh tahun sudah bikin wanita hamil? Hahahaha..."
"Hahaha... Paman, terlalu lama lajang sampai gila ya? Hahaha..." Pemuda B ikut mengejek.
"Saya sangat waras." Gu Chen menjawab dengan malas, "Dan saya sudah menikah bertahun-tahun..." Jarinya melonggarkan dasi di dadanya, "Setiap pagi istri saya mengikatkan dasi dengan teknik yang buruk, lalu memaksa saya menyisir rapi rambut..." Tangannya kembali meraih termos, "Untung kopi racikannya enak... Meski itu berkat mesin kopi impor mahal yang saya beli..."
Narasi lambat Gu Chen segera membuat kedua orang itu tidak sabar. Pemuda A langsung memaki, "Beresin nggak sih lo? Lo ini siapa sih?"
"Oh~ Saya..." Gu Chen berbicara dengan nada datar, "Pada tahap ini, saya harus dianggap sebagai kepala tertinggi dari departemen khusus yang paling berkuasa di negara ini, bahkan di seluruh dunia..."
"Gila." Kata Pemuda B, "Cepetan pergi sana, kita nggak ada waktu buat nemenin orang kekanak-kanakan kayak lo ini ngomong~"
Ucapan belum selesai, orangnya sudah berlutut.
Satu detik sebelumnya, Pemuda B masih berbicara sambil berdiri. Detik berikutnya, dia secara instingtif menunduk dan menyadari dirinya sudah berlutut di tanah.
"Hey... Lo ngapain sih?" Pemuda A yang melihat temannya tiba-tiba berlutut dengan misterius tentu sangat bingung.
"Dia nggak ngapa-ngapain, saya yang melakukan." Gu Chen menyela lebih dulu.
"Anda..." Pemuda B yang masih berlutut akhirnya menunjukkan ekspresi ketakutan. Ia menatap Gu Chen dan menuntut, "Apa yang Anda lakukan! Kenapa lutut saya ke bawah nggak ada rasa sama sekali!"
"Tulang belakang manusia... adalah karya seni dengan struktur rumit yang bisa disebut sempurna..." Balas Gu Chen sambil tersenyum, "Hanya perlu beberapa penyesuaian kecil dan presisi, sudah cukup untuk membuat seseorang kehilangan sebagian kemampuan bergerak."
Sambil bicara, dia mengangkat satu tangan. Saat ini, di antara jarinya terjepit empat bilah pisau bedah tak berwujud yang memancarkan kilatan cahaya merah...
"Itu apa!" Kedua pemuda itu langsung menunjukkan wajah terkejut, berteriak serempak.
Perlu diketahui, ini bukan di dalam game, tapi di dunia nyata... Seorang paman tiba-tiba mengeluarkan sesuatu yang mirip senjata psionik, orang biasa mana pun pasti akan terkejut melihatnya.
"Apa pun... sama saja bagi kalian." Gu Chen menyambung, "Dengan tingkat kecerdasan dan kesadaran spiritual kalian, meskipun kujelaskan, kalian tetap tak akan bisa memahaminya."
Sebelum ucapannya selesai, Pemuda A tiba-tiba bersimpuh.
"Ini... Bagaimana..." Pemuda A tampak panik dan bicaranya tak karuan menghadapi perubahan situasi yang tiba-tiba ini.
"Tidak melihat aku mengeluarkan pisau, ya?" Gu Chen berkata dingin, "Jangan khawatir, itu fenomena normal." Dia menyimpan pisau bedahnya lalu meneguk kopinya perlahan, "Di dunia saat ini, manusia yang bisa menyaingi kecepatanku tak lebih dari lima orang."
"Aku... tidak peduli bagaimana kau melakukannya, katakan, berapa uangnya? Berapa yang kau mau untuk memulihkan kami?" Pemuda A menahan emosi dan bertanya mencoba.
Pemuda B juga menyahut: "Benar, benar! Kami bisa memberimu uang, cepat pulihkan kakiku..."
“Uang？”Gu Chen mengulangi kata itu, lalu tersenyum, “Kalian ini tolol, atau benar-benar tak paham omonganku?” Dia menunjuk hidungnya sendiri, “Sudah kukatakan, departemen yang kukendalikan adalah salah satu lembaga paling berkuasa di seluruh dunia. Menurut kalian... seberapa besar arti uang bagiku?”
“Lalu apa yang kau inginkan？”Pemuda A memandang Gu Chen dengan tatapan penuh amarah, sebagai orang yang biasa bertindak semena-mena, ia memang tidak terbiasa berbicara sambil bersimpuh.
"'Xiang zen yang'……Apakah maksudmu bagaimana aku akan menangani kalian selanjutnya?" Gu Chen membacakan, "Soal itu……sudah kupikirkan dalam perjalanan kesini. Meski aku hanya butuh beberapa detik untuk tiba di tempat ini, tapi targetnya cuma sampah seperti kalian……memang tak perlu waktu lama untuk berpikir." Sambil berkata demikian, dia melontarkan pandangan dingin ke arah kedua orang itu, "Bunuh saja."
"Bajingan……bajingan! Kau tahu siapa ayahku?!" Pemuda B langsung berteriak keras.
"Tenang, keluargamu juga akan kuhadapi dengan 'baik'." Gu Chen menjawab dengan tenang.
"Tidak……tunggu!" Pemuda A protes, "Ini……kenapa kamu……"
Ucapannya pun tak sempat diselesaikan……
Dalam sekejap, kedua orang ini selamanya tak akan bisa bicara lagi.
