Di sisi lain, area sekitar "Rumah Permen".
"Sudah kuduga hadiah Peak Battle S1 bermasalah..." gumam Feng Bujue sambil berjalan, pikirannya masih terpaku pada kejadian tadi, "Hanya ada satu alasan Xiao Ma Ge bisa menggunakan Meteor Fist Pegasus di dunia nyata - baju yang dikenakannya adalah Cloth Pegasus asli." Kilatan ide muncul di benaknya, "Dari sini bisa disimpulkan, hadiah juara Peak Battle S2 kali ini kemungkinan besar akan menyertakan hadiah serupa... Hmm..."
"Jue Ge, kita sudah sampai." Ucap Xiao Tan memotong alur pikiran Feng Bujue.
"Ah, kulihat." Feng Bujue memperlambat langkahnya, menatap "Rumah Permen" di hadapannya.
Bangunan ini merupakan salah satu atraksi karnaval, dengan konsep mirip rumah hantu yang terutama digunakan untuk tujuan ekshibisi.
Meski berukuran besar, desain eksteriornya terkesan kekanakan seperti gambar coretan anak SD - badan rumah persegi, atap trapesium, jendela dan pintu berbentuk persegi panjang simetris yang rapi.
Namun di balik kesederhanaan tampilan luarnya, tersembunyi kompleksitas interior.
Setiap orang yang pertama kali membuka pintu "Rumah Permen" akan langsung berpikir "pasti cara buka pintunya salah", karena pemandangan di dalamnya begitu megah dan detail sempurna.
Struktur bangunan yang megah dan luas; dekorasi yang kuat karakternya namun tetap mempertahankan pesona klasik; furnitur dan ornamen yang dipahat dengan indah dan memesona... Yang lebih menakjubkan, unsur "permen" terlihat di setiap sudut ruangan, dengan setiap detail memancarkan konsep desain yang unik dan medan energi sang perancang.
Jika ada yang mengatakan rumah ini adalah karya desainer terkenal dunia (padahal sebenarnya rumah ini adalah hasil tipu daya Woody dari Sinterklas, tapi itu di luar topik), pernyataan itu tidak akan diragukan sama sekali.
"Sepertinya sudah ada yang lebih dulu datang." Berdiri di depan pintu Rumah Permen, Xiao Tan sudah mendengar suara percakapan dari dalam dan melihat cahaya senter melalui jendela.
"Prediksi." Feng Bujue menyambung, "Tujuan game ini adalah 'mencari permen', sedangkan tempat ini bernama Rumah Permen. Mereka yang malas memecahkan teka-teki mungkin langsung menuju ke sini karena asosiasi nama tersebut."
"Tapi..." Xiao Ling menambahkan, "Mereka tidak tahu petunjuk 'putih' dan 'kotak', jadi kemungkinan besar sulit menemukan target yang tepat."
"Ah~" Feng Bujue mengangkat bahu, "Aku justru berharap mereka bisa menemukan sesuatu." Ini ucapan jujurnya.
Sebenarnya, Jue Ge sangat berharap semua pemain di lokasi ini adalah jago teka-teki yang cerdas, agar permen bisa cepat habis terkumpul dan game bisa segera berakhir.
"Jangan pedulikan orang lain." Ruo Yu menyela, "Kita masuk dulu saja."
“Hmph……” Feng Bujue menjawab, lalu langsung mengulurkan tangan untuk membuka pintu.
Tak disangka, seseorang kebetulan membuka pintu dari dalam saat itu.
“Hah?” Tatkala melihat sosok di depannya, Feng Bujue spontan berseru, “Tuan 1,6 Meter.”
“Matilah kau!” 【Tun Tian Gui Xiao】di balik pintu yang melihat wajah Feng Bujue dan mendengar frasa "1,6 meter" itu... langsung menggelegar, membungkuk dan melancarkan serangan headbutt ke perut Jue Ge.
“Hei…” Reaksi Feng Bujue cukup cepat. Sambil mundur, dia mengencangkan otot perut dan menekan kedua bahu Guixiao dengan kedua tangan, “Jangan gegabah!”
Keduanya terus mundur sejauh 5-6 meter dari anak tangga depan pintu, lalu mulai "bertarung".
“Ah... Benci sekali rupanya.” Suara Meng Jingchan tiba-tiba terdengar dari dalam pintu. Tadinya dia mengikuti di belakang Guixiao, bersiap meninggalkan Ruang Permen bersama.
“Yo, ketemu lagi, Si Hisap-Minum-Bakar.” Xiao Ling menyapa Kak Zen dengan riang.
“Perkumpulan Garis Depan Neraka kalian... benar-benar tim pengejek profesional…” Meng Jingchan menggeleng pasrah. Namun di detik berikutnya, dia malah membuka kostum zombienya dan mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celana, “Fuuh— Tak bisakah kalian menjaga mulut?”
"Berani tidak mencabut pengeritingan rambut?" Ruo Yu membalas dengan licik. Setelah lama bersama Jue Ge, dia juga telah menguasai teknik mencela yang tajam.
"Baiklah..." Meng Jingchan menghembuskan asap rokok ke langit, "Kalian memang kejam."
Saat mereka berbicara, pertarungan antara Jue Ge dan Guixiao di kejauhan telah mencapai klimaks.
"Masih mau melawan aku?" Saat ini, Jue Ge telah mengitari belakang Guixiao dan menggunakan jurus andalan Takehiko Adaki sang center terkenal Jepang - Gorila Mencekik Leher.
"Sial... Kalau bukan karena kostum Spirit Ranger hari ini menghambat..." Guixiao yang jelas kalah dalam kekuatan dan tinggi badan hanya bisa mencari alasan, "...Aku bisa menjatuhkanmu dalam hitungan menit!"
"Oh? Ternyata kamu berperan sebagai Spirit Ranger..." Jue Ge menyambung, "Kukira kamu Hobbit."
"Aku akan menghabisi kamu!"
Keduanya kembali bergulat...
Tentu saja ini bukan perkelahian sungguhan, hanya keisengan belaka.
Feng Bujue di dunia nyata sekarang memiliki kekuatan tempur yang mengerikan. Dengan tangan kosong pun, membunuh bukan hal sulit baginya...
Sedangkan Guixiao... Tahun ini genap 17 tahun, bertubuh kurus dengan tinggi kurang dari 1,7 meter, terlihat seperti siswa SMP.
Pertarungan tiga dimensi antara mereka jelas tidak memiliki suspens sama sekali...
"Sudah cukup?" Dua menit kemudian Ruo Yu maju mendekati Jue Ge, "Jika kalian mau lanjut, kami akan masuk duluan."
"Baik, baik, tidak main lagi." Feng Bujue tersenyum sambil menepuk bahu Guixiao sebelum melepaskannya.
"Hmph..." Guixiao masih menunjukkan ekspresi tidak terima, "Kalau berani, jangan tolak tantangan duelku di game!" Katanya sambil membuat wajah lucu ke arah Jue Ge.
Situasi ini persis seperti anak SD yang baru berkelahi, salah satu pihak berkata "Nanti jangan kabur setelah pulang sekolah".
"Ehm... Feng Xiong, kalian mau masuk ke rumah ini mencari 'permen'?" Meng Jingchan yang baru selesai menghisap rokok bertanya.
"Ya." Jawab Feng Bujue singkat.
"Menurutku tidak perlu." Sambung Jingchan, "Sebelum game resmi dimulai, kami dan Guixiao sudah ada di sini (mereka datang setelah mendengar siaran pertama Woody pukul sembilan), sudah mencari sampai sekarang... tetap tidak menemukan apa-apa."
Saat dia berbicara, beberapa pemain keluar dari Rumah Permen dengan wajah kecewa.
"Lihat, semua orang sama." Bisik Jingchan setelah mereka menjauh.
"Baiklah... Sepertinya kitalah satu-satunya yang mengikuti petunjuk ke sini." Feng Bujue mengabaikan perkataan Kak Zen, memberi isyarat tangan ke rekan timnya lalu memimpin masuk ke pintu.
Menyaksikan empat anggota Garis Depan Neraka masuk berurutan, Jingchan dan Tun Tian Gui Xiao terdiam beberapa detik. Setelah sadar, mereka saling memandang...
"Kita ikut masuk?" Tanya Kak Zen.
“Harus dong!” Guixiao membalas, “Aku tidak percaya... Banyak orang sudah mencari setengah hari tidak ketemu, masa mereka bisa menemukan?”
