Tengah malam, awan gelap hampir sepenuhnya menutupi cahaya bulan.
Dalam karnaval yang dipenuhi bau amis darah, dua bayangan manusia bergerak cepat.
Saat ini, bahkan di area terbuka, Jue Ge terpaksa menyalakan senter. Sekeliling terlalu gelap - tanpa penerangan sulit berlari cepat dan mudah terluka. Lagipula... dia sudah mengumpulkan banyak senter dan baterai dari mayat-mayat, jadi tidak perlu khawatir kehabisan listrik.
Hhh——
"Tepat saat dia dan Ruo Yu sedang berlari, tiba-tiba! Sebatang besi beton jatuh dari langit seperti tombak yang menancap dalam ke tanah di depan sisi mereka.
"Grooaaak——" Auman keras membelah langit.
Keduanya menoleh ke arah suara, melihat... puluhan meter jauhnya, bayangan monster yang mengaum itu telah mengangkat sebatang besi beton lagi.
"Lari!" Feng Bujue berbalik tajam sambil menarik tangan Ruo Yu untuk berbalik arah.
Huh——Chiii!
Besi beton kedua segera dilempar oleh roh jahat itu. Untungnya Jue Ge dan Ruo Yu sudah berlari cukup jauh sehingga serangan ini masih bisa dihindari.
"Dasar pakai rel roller coaster sebagai senjata..." gumam Feng Bujue sambil terus berlari, "Ini ilusi atau makhluk-makhluk ini semakin pintar ya..."
"Masalah itu nomor dua..." sambung Ruo Yu, "Apa kau sadar frekuensi kita bertemu roh jahat semakin tinggi?"
"Ah... Sudah kuperhatikan sejak lama." jawab Feng Bujue, "Artinya... manusia hidup yang tersisa di arena semakin sedikit..."
Dugaan itu tepat. Seiring berkurangnya jumlah pemain, roh-roh jahat mulai membentuk formasi pengepungan terhadap yang tersisa.
Di saat yang sama, kejadian serupa sedang berlangsung di berbagai area karnaval...
……
Zona Tujuh, bawah kincir raksasa.
“Hehe... Tidak sehebat itu juga...” Hong Hu terbaring di tanah, menyeret satu kaki patah yang berlumuran darah, merangkak dengan susah payah, "Rasanya cuma lima enam kali lebih sakit dari pain setting di game..." Meski dikenal sebagai pemain bertipe strategis, karakter keras kepala dan pantang menyerah tetap melekat dalam dirinya.
"Hah... Ini dia..." Dia merangkak ke samping pembatas jalan berbentuk U di dekat loket tiket, mengangkat alat panggil, lalu menekan tombol scan. Beberapa detik kemudian, verifikasi cahaya dan feedback berhasil diselesaikan, proses scan segera dimulai.
"A——!" Terdengar jeritan memilukan dari ketinggian, semakin dekat.
Disusul suara "Dor" yang berat, jeritan itu terputus seketika.
Hong Hu menoleh, memandang mayat Juanmenghuan yang masih menggelepar: "Hehe... Ha ha ha ha..." Gelengnya penuh ironi, lalu tertawa lebar, "Jangan khawatir teman, kita akan segera bertemu lagi."
Sebelum suaranya habis, roh jahat bertungkai tajam seperti pisau dengan tubuh ramping melompat dari kincir raksasa, mendarap mantap di belakangnya.
Berdengung-dengung-dengung——
Tepat di saat itu, proses scan selesai.
"Ini potongan keenam yang berhasil ku-scan..." Kehilangan darah berlebihan dan rasa sakit hebat mulai mengaburkan pikirannya, "Hah... Sudah kukerahkan semua..." Ia membalikkan badan, menghadap langit, menatap langsung roh jahat yang semakin mendekat, "Inikah mimpi... Jika iya, seharusnya segera berakhir kan..."
……
Zona Tiga Puluh Satu, di sebelah komidi putar.
"Ketemu belum?" Lao Qu memegang pipa besi berbentuk L, matanya terus mengawasi sekeliling sambil berteriak ke teman-temannya.
"Kulihat! Di atas sana." Atobe menggeram sambil menunjuk bola bundar di puncak komidi putar, "Itu dia!"
"Permen lolipop bulat yang tersembunyi..." Zhenge menatap ke atas sambil menyambung, "...Ini yang keempat kalinya."
"Jangan cuma melongo, cepat topang aku." Atobe menggumam sambil memanjat badan komidi putar.
Tanpa banyak bicara, Zhenge langsung maju menjadi tangga manusia.
Di hari biasa, mungkin dia akan bergumam "Kenapa bukan kamu yang menopangku?" lalu Atobe akan menjawab "Soalnya aku lebih ringan". Tapi sekarang, mereka tak punya waktu untuk obrolan kosong. Baru saja, Xiao Ming tewas dibunuh roh jahat.
Menyaksikan sahabat terbaik mati di depan mata, tapi tak bisa berbuat apa-apa selain kabur... Amarah dan kesedihan semacam itu cukup untuk mengubah pola tindakan seseorang.
"Hey! Cepetan!" Lao Qu tiba-tiba berteriak, jelas dia melihat sesuatu.
Tapi dia tak menjelaskan, hanya berkata: "Aku yang mengulur waktu!"
Memang tak perlu dijelaskan... Yang dilihatnya adalah empat roh jahat berbeda sedang mendekat bersamaan...
……
Zona Dua Belas, arena bumper car.
“Kamu pergi pindai, aku yang menghadang mereka.” Kuangzong Jianying berhenti di pintu masuk, memegang pedang samurai cosplay palsunya dengan kedua tangan, berbicara tanpa menoleh ke Cái Bù Pà Ne.
“Bercanda apa?” Bupa bermata merah, membentak keras, “Aku baru kehilangan adik, sekarang bahkan kau juga…” Suaranya tersekat di tengah kalimat, “Pokoknya, aku takkan meninggalkanmu…”
“Sadarilah situasi sekarang!” Jian Shao menggelegar, “Cepat pergi dari sini!”
“Kau…” Air mata Bupa meleleh, ini pertama kalinya dia menangis di depan Jian Shao, dan pertama kali merasa tak bisa membantah.
“Selesaikan game, bertahan hidup.” Suara Jian Shao cepat melemah, “Urusan masa depan… nanti saja dibicarakan…”
Saat mereka berdialog, beberapa bayangan telah mendekat dari depan Jian Shao...
