“Hehehe…” Di ruang kontrol, Woody menatap monitor di depannya, tertawa mesum, “Drama perpisahan hidup-mati, selalu menarik.”
“Persahabatan, cinta, pengorbanan, keberanian yang menyentuh manusia… bagimu itu cuma segmen komedi?” Gu Chen membawa termosnya, duduk di kursi sebelah Woody, menemani menonton pemandangan di venue.
“Hehe… Siapa yang tahu?” Woody kembali memberikan jawaban khasnya, lalu cepat mengalihkan topik, “Ngomong-ngomong… Kenapa kau belum pulang?”
“Aku tentu harus menonton seluruh pertunjukanmu, sekaligus mengawasi pekerjaan penutupan, baru bisa pergi.” Gu Chen menjawab.
“Penutupan? Hah... cuma memulihkan tubuh dan memperbaiki ingatan kan...” Woody mengangkat bahu, “Urusan seperti ini sudah kumiliki keahlian... Bagaimana caraku di Troya? Di Auschwitz? Di New York?”
“Berani sekali kau menyebut New York...” Gu Chen berkata.
“Baiklah, waktu itu beberapa organisasi manusia memang membantu sedikit.” Woody tertawa.
“Singkatnya, hari ini aku harus melihat 998 orang pulang dengan selamat.” Gu Chen mengucapkan, “Baru bisa pulang kerja.”
“Hehehe... itu juga akan segera tercapai.” Woody menyambung, “Permen yang telah discan sekarang sudah 30 buah.”
“Tapi yang tersisa sudah sedikit, dan waktu tinggal dua puluh menit.” Gu Chen berkata sambil menyesap kopinya, “Huu... Ngomong-ngomong, aku penasaran, bagaimana jika sampai pukul satu mereka belum mencapai standar 33 buah...”
Sebelum dia selesai bicara, Woody menyela: “Jangan membuat hipotesis seperti itu, hehehe... agar kita tidak mengalami konflik yang tidak perlu.”
Gu Chen memiringkan kepala, menatap wajah Woody dengan tatapan penuh arti selama beberapa detik, lalu tersenyum sinis: “Hmph... Benar juga.”
……
Di karnaval, pembantaian masih berlanjut...
Dua puluh menit terakhir, jumlah pemain sudah kurang dari sepuluh orang, sedangkan jumlah roh jahat masih di atas sembilan puluh.
Area No.9, di samping sebuah tenda.
"Apa kau pikir... masih ada yang selain kita..." Suara Zhao Ying Wang terdengar sangat lemah.
Saat itu, tangannya menekan perutnya yang... terdapat luka mengerikan menganga mengeluarkan darah.
Xu Huai Shang berlutut di sampingnya dengan wajah cemas: "Pasti masih ada yang hidup... Jangan berpikir macam-macam... Bertahan sampai game berakhir, pasti ada yang datang menolong..."
"Ahh——" Suara erangan memotong ucapan Xu Huai Shang.
Auman itu terdengar dekat, namun sosok roh jahat belum terlihat oleh keduanya.
"Hah... Sepertinya aku takkan sanggup bertahan sampai saat itu." Zhao Ying Wang tersenyum getir, "Oh ya, nama asliku Zhao Ying, pria 24 tahun, belum menikah."
"Kau... kenapa tiba-tiba bilang begitu..." bisik Xu Huai Shang.
"Tak tahu." Zhao Ying menjawab, "Hanya ingin memberitahumu..." Ia menggeretakkan gigi menahan sakit, memaksakan tubuh penuh luka untuk berdiri, "Pergilah kau, biar aku yang menahan yang ini."
Xu Huai Shang ingin membantu: "Tidak boleh! Biar aku memapahmu, kita bersama..."
"Jangan bicara konyol." Zhao Ying menyela sambil mendorongnya, "Larilah sendiri..." Ia memalingkan muka dengan nada dingin, "Kita bukan kenal dekat. Tak perlu berpura-pura baik sampai segini."
"Aku tidak..." Xu Huai Shang hendak membela diri, tapi sadar ucapan itu pun bukan kemauan sejatinya, "...Baiklah... Aku pergi."
“Ah——”
Perkataan Xu Huai Shang belum selesai, suara erangan rendah lagi terdengar. Cakar berdarah seorang roh jahat telah menyembul dari dalam kegelapan...
……
Zona nomor tiga belas, pusat alun-alun.
"Tak kusangka ada satu blok di sini." Paman Fei Chai berjongkok di tanah, memulai proses scan pada sebuah ubin persegi panjang.
"Benar..." Tianma Xingkong yang berdiri di belakangnya membalas.
Sekitar satu setengah jam sebelumnya, Xiao Ma Ge siuman dari pingsannya. Meski dalam kondisi sangat lemah setelah bangun, berkat dukungan Cloth Pegasus, dia masih bisa berdiri dan bergerak dengan susah payah. Akhirnya, mereka berdua membentuk tim dan memulai perjalanan pencarian.
Tapi perjalanan singkat ini tampaknya telah mencapai akhir.
"...Ini mungkin blok terakhir yang bisa kita scan." Tianma Xingkong melanjutkan percakapan.
Paman Fei Chai juga paham maksudnya, karena dia melihat bayangan-bayangan roh jahat yang bergerak lambat mengelilingi alun-alun.
Berdengung-dengung-dengung——
Proses scan selesai, tak terjadi apa-apa.
"Heh... Ternyata ini bukan blok ketiga puluh tiga." Paman Fei Chai tersenyum getir.
"Haha... Keberuntungan kita benar-benar buruk." Tianma Xingkong juga tertawa.
"Semoga yang lain lebih beruntung dari kita." Paman Fei Chai berdiri, melepas kacamata hitam di wajahnya, meneguk setengah botol air mineral lalu menuangkan separuhnya lagi di kepalanya, "Huu... Sungguh menyegarkan."
"Minum air dingin apa enaknya..." Tianma Xingkong mundur beberapa langkah, membentuk posisi back-to-back dengan Paman Fei Chai, "Ah... Andai tahu akan mati di sini, harusnya tadi aku makan sepuasnya dulu."
"Hehe... Di alam baka nanti, aku traktir makan." Paman Fei Chai tertawa.
"Janji ya." Tianma Xingkong juga membalas dengan senyuman.
Saat mereka bercanda, bayangan-bayangan yang tadi masih di kejauhan... telah menyelimuti mereka.
……
Zona nomor dua puluh, di bawah kapal bajak laut.
"Selesai, satu bagian lagi." Xiao Ling mengusap keringat di dahinya setelah menyelesaikan scan, "Ah~ Tak menyangka 'Petualangan Halloween' ini selain teka-tekinya rumit, konsumsi energinya juga cukup besar..."
"Kau anggap aku bodoh?" Xiao Tan di sampingnya tiba-tiba bicara dengan nada dingin, "Sampai saat ini..." tatapannya menembus mata Xiao Ling, "kau masih mau kubuat percaya ini cuma 'game'?"
"Apa... maksudmu..." Xiao Ling langka menunjukkan keraguannya, menjawab terbata-bata.
"Kurasa... lebih baik kita bicara terbuka sekarang." Xiao Tan menyambung.
"Aku tak tahu harus bicara apa..." Xiao Ling memalingkan muka seolah kesal, nadanya terdengar geram.
"Bicaralah apa saja, lalu giliranku." Xiao Tan melirik ke kejauhan, "Lagipula tak perlu khawatir diam di tempat berisiko. Lihat... Karena kesadaran spiritual kita terlalu kuat, roh-roh jahat itu pun tak berani mendekat."
Xiao Ling menghela napas, berbalik menghadap Xiao Tan: "Kalau kamu sudah tahu semuanya, masih perlu aku ceritakan?"
"Tentu saja," jawab Xiao Tan, "Banyak hal di dunia ini, meski sudah jelas di hati, tetap harus diucapkan. Lagipula, kata-kata seperti itu kebanyakan ditujukan untuk kalian perempuan."
"Baik~ baik~" Xiao Ling menggeleng-gelengkan kepala, "Hmm... Mulai dari mana ya..."
