Lantai ketujuh Menara Zhuang berada dalam kondisi tertutup sepenuhnya, bagian dalamnya gelap gulita.
Namun Dewa Mayat Darah tampaknya tidak terpengaruh oleh lingkungan ini. Bagaimanapun, dia pernah terkurung bertahun-tahun dalam kegelapan. Dengan kemampuan evolusi ras alien Yinhu-nya, "penglihatan malam" tentu sudah dikuasainya sejak lama.
“Jadi... kaulah Dewa Keabadian itu?” Setelah melangkah melewati pintu perak, Dewa Mayat Darah hanya menyapu pandangannya ke kegelapan di depan sebelum mengunci penglihatan pada sebuah "bayangan manusia", lalu bertanya.
Setelah hening sejenak, sebuah suara menjawab: "Namaku... Duoma, dewa kehidupan abadi."
"Sebagai dewa, penampilanmu terlalu merakyat." Saat ini, di mata Dewa Mayat Darah, yang terlihat hanyalah makhluk kelinci tak berbaju, tidak ada objek lain di seluruh ruangan.
"Struktur tubuh saat ini hanya untuk menyesuaikan lingkungan sekitar," jawab Duoma. "Jika kuinginkan, aku bisa mengubah tubuh menjadi bentuk lain... yang lebih memiliki status pertarungan."
"Tidak, kau berbohong." Dewa Mayat Darah langsung menyangkal dengan tegas seperti memenggal.
Duoma tidak merespons, hanya memandang diam-diam ke arah Dewa Mayat Darah di depan pintu.
"Setidaknya... sebelum aku menghapus segel di pintu ini..." Dewa Mayat Darah mengangkat tangannya, menunjuk pintu di belakangnya dengan ibu jari, "...kemampuan 'evolusi instan'-mu masih dalam status tidak bisa digunakan." Ia tersenyum, "Hē hē... Bahkan sekarang, statusmu masih buruk; tampaknya pesan di segel itu benar... kau hanya tersisa secarik kekuatan spiritual, ditambah segel bertahun-tahun, kekuatanmu hampir habis. Meski kubebaskan kau sekarang, kau butuh waktu lama untuk mengumpulkan kekuatan kembali ke puncak."
Duoma terdiam lagi: "Kau membuka segel hanya untuk mengatakan ini?"
"Aku membuka segel karena penasaran," kata Dewa Mayat Darah. "Tapi sekarang, aku hanya ingin..."
Tepat saat Dewa Mayat Darah hendak mengucap "memakanmu", pemain terakhir dari Garis Depan Neraka yang belum memilih teleportasi akhirnya meninggalkan quest.
"Detik berikutnya, cahaya putih berkedip, dan Dewa Mayat Darah juga ikut terteleportasi."
Beberapa hal kebetulan terjadi begitu saja. Saat Dewa Mayat Darah selesai memakan Kairott dan melihat segel, Feng Bujue kebetulan baru saja menyelesaikan misi Three Jade Assault. Dewa Mayat Darah tidak bisa mendengar "pengumuman sistem" yang didengar para pemain, jadi dia tidak tahu waktu aktivitas tersisanya hanya 180 detik...
Maka, terciptalah situasi yang cukup canggung ini.
……
Dua menit kemudian, di Ruang Penyimpanan Feng Bujue.
"Hmm? Ada apa ini?" Jue Ge tiba-tiba merasakan sesuatu saat sedang merapikan barang.
Ia segera mengeluarkan 【Magatama Dewa Mayat Darah】 dari tas, menyadari benda ini benar-benar berdengung dan memancarkan cahaya.
"Hmm..." Setelah ragu dua detik, Jue Ge mencoba mengaktifkan item tersebut.
Hasilnya... tidak terjadi apa-apa.
Tentu saja ini normal. Biasanya makhluk panggilan tidak bisa muncul di ruang luar quest. Meski ada sedikit pengecualian (seperti makhluk yang didapat Paman Fei Chai dulu), Dewa Mayat Darah jelas tidak termasuk.
Namun...
"Jangan coba-coba, aku tidak bisa keluar." Tiba-tiba suara muncul dari magatama.
"Hah?" Feng Bujue tertegun, "Dewa Mayat Darah?"
"Siapa lagi?" jawab Dewa Mayat Darah, "Apa menurutmu aku mengundang pesta di dalam fragmen jiwaku sendiri?"
"Gila? Ternyata kamu bisa berkomunikasi denganku melalui magatama?" Jue Ge mengumpat dan bertanya.
"Ya..." Dewa Mayat Darah menjawab lesu.
"Kalau begitu..." Feng Bujue mengangkat magatama tinggi-tinggi, "Apa kamu bisa melihat pemandangan di sini?"
"Aku tahu maksudmu..." Dewa Mayat Darah menyambung, "Lupakan saja... Hanya suara yang bisa ditransmisikan."
"Sial~" Feng Bujue mengangkat bahu sambil memaki, "Ternyata tidak bisa melihat..." Sambil berkata demikian, ia menurunkan lengannya.
Sebenarnya, "maksud" Jue Ge adalah... Jika suatu saat menemukan tulisan kuno yang tidak dimengerti, formasi sihir, atau mayat berusia ribuan tahun... Dia akan mengeluarkan magatama untuk meminta bantuan identifikasi dari Dewa Mayat Darah. Sayangnya, hanya bisa "mendengar" dan "berbicara" tanpa gambar, sehingga rencana ini sulit diwujudkan.
"Sudah, jangan ngomongin itu. Aku menghubungimu kali ini karena ada hal penting." Dewa Mayat Darah segera kembali ke topik utama.
"Apa itu?" Feng Bujue memegang magatama dengan satu tangan seperti walkie-talkie, sementara tangan satunya terus merapikan item. Kebiasaannya memang suka melakukan beberapa hal sekaligus, kalau tidak bakat multitasking-nya akan terbuang percuma.
"Sebelum kalian teleportasi, aku melepaskan seorang dewa rendahan dari ruang segel." Dewa Mayat Darah melanjutkan.
"Oh..." Feng Bujue menjawab asal, satu detik kemudian baru tersadar dan berteriak kaget, "Hah?"
“Namanya 'Domah', disebut sebagai 'Dewa Keabadian'.” kata Dewa Mayat Darah, “Dulu, ia dimusnahkan di suatu dimensi ruang-waktu, tapi masih bisa mempertahankan seberkas kekuatan spiritual dan melarikan diri ke alam semesta tempat kita sebelumnya. Lalu, seorang yang kuat di alam semesta itu, memanfaatkan kelemahan Domah... menyegelnya di lantai atas Menara Pilar Kota Berbulu, dijaga oleh Enam Pejabat Tian Berbulu. Oh... tentu saja, enam pejabat itu hanya 'penjaga' belaka, dengan kemampuan mereka, mungkin bahkan tidak bisa memahami apa itu Domah...”
“Kamu mengerti?” Feng Bujue menyela.
“Bukankah sudah kukatakan, dewa kelas dua.” jawab Dewa Mayat Darah.
“Jadi... apa maksudnya?” Jue Ge bertanya lagi.
“Begini... meski aku mengklaim diri sebagai dewa, pada dasarnya aku masih hanya 'makhluk hidup'.” Dewa Mayat Darah menjelaskan, “Dewa kelas dua sekalipun, secara fundamental tetaplah 'dewa'.”
“Tidak masalah kah melepaskan makhluk seperti itu?” kata Feng Bujue, “Lagipula planet itu berada di Alam Semesta Utama... Lambat laun pasti akan berinteraksi dengan Empat Pilar Dewa lainnya.”
“Sebenarnya, awalnya aku hanya penasaran ingin membuktikan kebenaran segel yang disebutkan.” Dewa Mayat Darah menjawab, “Setelah melihat Doma, aku langsung memutuskan untuk memakannya sebelum kekuatannya pulih sepenuhnya, lalu menyerap kemampuannya.” Dia berhenti sejenak dan menghela napas, “Tapi…tepat saat aku hendak bertindak, kalian semua melakukan teleportasi, dan aku sebagai ‘makhluk panggilan’ pun ikut meninggalkan dunia itu.”
Di titik ini, nada bicara Dewa Mayat Darah berubah: “Mengenai pertanyaanmu ‘apa tidak masalah melepaskan makhluk seperti itu’…” Dia tertawa pendek, “Hē hē… Tentu saja berpengaruh! Kalau tidak, untuk apa aku menghubungimu!”
