Malam pekat, kabut mengepul.
Saat ini, lebih dari dua jam telah berlalu sejak pertandingan dimulai.
Cahaya bulan yang sudah redup di langit, entah mengapa... semakin meredup.
"Leader, tidakkah kau merasa... sekitar tiba-tiba menjadi gelap?" Final Assault yang sedang duduk beristirahat di tepi kandang babi bertanya sambil mencubit hidungnya, suaranya terdengar sengau.
"Mungkin tim Garis Depan Neraka itu memicu semacam alur cerita." Xian Ye Wei Wang yang berjongkok di sampingnya juga dalam kondisi serupa, ia menatap langit sambil bergumam, "Menurutku... cahaya bulan seharusnya tidak berubah, yang berubah adalah 'barrier'-nya."
"Oh..." Final Assault mengangguk, lalu berkata, "Semoga mereka memicu lebih banyak death FLAG, idealnya ada dua tiga orang yang tewas sendiri..."
"Mengingat tingkat kesulitan quest ini, kemungkinan seperti itu memang ada." Mayat Pedang menambahkan, "Tentu saja, terlepas dari kondisi lawan, kita harus tetap mengikuti irama kita sendiri... Pertama-tama pulihkan dulu stamina dan nilai kelangsungan hidup yang hilang." Ia menghela napas, "Hah... Bagaimanapun kita sudah berhasil lolos dari kejaran hantu, setidaknya menghentikan perluasan kerugian."
"Ya..." Final Assault berkata, "Hanya saja harga yang harus dibayar agak sedikit..." Ekspresi jijik terpancar jelas di wajahnya saat mengucapkan ini.
Jelas terlihat, berguling-guling di kandang babi bukanlah hal yang nyaman, apalagi membanggakan... Namun ide Mayat Pedang memang berhasil. Mereka berhasil menutupi seluruh tubuh dengan bau yang lebih menyengat daripada amis darah, sehingga lolos dari para monster.
"Jangan mengeluh, kita ini profesional. 'Pengorbanan' sekecil ini bukan masalah." Mayat Pedang menyambung, "Coba pikir... Kalau ini Feng Bujue, mungkin dia bahkan bisa melompat ke lubang kotoran tanpa ragu."
"Hey... Bisakah kita berhenti dibandingkan dengan si gila..." Final Assault mengernyitkan matanya, dengan cepat melontarkan sindiran.
Tepat saat kedua orang ini sedang mengobrol, tiba-tiba!
"Hmm?" Ekspresi Final Assault berubah drastis, ia langsung berdiri, "Leader! Apa kau merasakannya?"
"Merasakan apa?" Mayat Pedang terlihat bingung, sepertinya tidak memahami maksud rekan timnya, namun sudah menyadari ada yang tidak beres, "Apa yang terjadi denganmu?"
“Aku juga tidak bisa menjelaskan dengan jelas...” Keringat dingin mengalir di pelipis Final Assault, Nilai Ketakutannya perlahan naik, “Rasanya seperti... ada sepasang mata di suatu tempat... yang menatap punggungku.”
“Mungkinkah...” Raja saat itu juga telah berdiri, matanya menyapu sekeliling dengan penuh kewaspadaan, “Ada yang menggunakan skill gangguan mental padamu?”
Kata orang, lambat dalam bicara tapi cepat dalam aksi!
Sebelum kedua anggota Corpse Blade sempat memahami situasi, bayangan kilat telah menerobos angin.
Bayangan itu secepat kilat, sehalus angin, dalam sekejap mata telah melesat dari kegelapan sejauh lima puluh meter ke depan mereka.
Tepat pada sekelebat kilatan listrik dan percikan api itu...
“Hmph... Mau menyergap?” Raja toh petarung Top-Tier, meski skill terbatas, kemampuan fisik dan refleksnya masih sangat mumpuni. Ia mendengus dingin, menghunus pedangnya, “Lewati aku dulu!”
Detik berikutnya, senyuman sinisnya membeku di wajah. Kepercayaan dirinya... hancur berkeping-keping seketika.
Karena Wang Tanzhi benar-benar "melewati"nya. Dan setelah itu, dengan sekali tebas meregang nyawa Final Assault.
“Ini mustahil!” Raja berbalik dengan panik, persis menyaksikan kepala rekan timnya terpenggal, darah menyembur deras.
Percikan darah itu mengotori wajah Raja, membuat ekspresinya terlihat sangat menyedihkan.
“Mengatakan ‘tidak mungkin’ terhadap fakta yang sudah terjadi di depan mata adalah percuma.” Dua detik kemudian, bayangan Wang Tanzhi muncul di belakang mayat Final Assault yang belum sepenuhnya roboh. Karena kecepatan serangan terakhirnya yang luar biasa, [Sentuhan Altair] yang digunakannya untuk eksekusi bahkan tidak terkotori setetes darah.
“Kau...” Raja berdiri tegak sambil memegang pisau, dalam situasi kritis ini kilatan inspirasi muncul di pikirannya, “...Kau bisa menggunakan skill tanpa batasan?”
“Memang profesional, langsung membuat deduksi logis dan tepat.” Xiao Tan menjawab dengan jujur.
Memang benar, adegan tadi mustahil terwujud dalam situasi dengan pembatasan skill...
Pertama, sebelum menyerang Xiao Tan sudah menggunakan [Gambarkan Silang untuk Mengutukmu] pada Final Assault untuk meningkatkan damage; Kedua, serbuan mematikannya mengandalkan [Bùyǐng Zhuīhún] yang ditingkatkan kekuatannya oleh Bayangan Lonceng Kematian; Selain itu, dalam proses mendekati target menggunakan [Bùyǐng Zhuīhún], dia masih menyisipkan jurus [Bayangan Hantu Kelelawar Iblis] untuk menembus blokade Raja.
Dengan demikian... serangan singkat dan sederhana ini sebenarnya merupakan operasi dengan tingkat kesulitan ekstrim. Tidak hanya membutuhkan koordinasi tiga skill, tapi juga prediksi akurat nan presisi serta reaksi secepat kilat yang bak kemampuan dewa.
Sejujurnya, serangan menyergap seperti ini bahkan dalam kondisi tanpa pembatasan bagi kedua belah pihak, tetap memiliki probabilitas tinggi untuk mencapai terbunuh seketika.
Hanya dengan serangan ini, semua pemain profesional atau non-profesional yang sedang menonton pertandingan ini bisa memastikan...【Wang Tanzhi】pasti termasuk dalam barisan assassin top-tier di Taman Horor.
"Sepertinya...kau berniat menyelesaikan kami sendirian..." Setelah beberapa detik berhadapan dengan Xiao Tan, Raja memastikan tidak ada musuh kedua di sekitarnya, lalu mencoba bertanya.
"Benar." Wang Tanzhi adalah pemuda baik yang tidak suka berbohong, dalam situasi ini pun tidak perlu berbohong, "Tapi...ingatkan kau, sudah tidak ada 'kalian' lagi, sekarang hanya tinggal 'kau' seorang."
Ucapannya sangat kontekstual, karena tepat saat dia mengucapkan ini, mayat Final Assault berubah menjadi cahaya putih menghilang.
"Baiklah..." Raja mengangkat pedangnya dengan satu tangan, ujung pedang menghadap musuh, "Dalam keadaan seperti ini, tidak perlu banyak bicara lagi...mari kita tentukan di medan pertempuran!"
……
Sepuluh menit sebelumnya, di Halaman Batu Kuil Liuhe.
Boom——
Suara ledakan mengoyak langit malam.
Saat itu, dinding batu lantai enam pagoda meledak, dua bayangan manusia bergulat jatuh dari udara.
Ruo Yu yang berdiri di bawah menara segera mengenali salah satu dari mereka adalah Dewa Mayat Darah.
Sedangkan bayangan manusia yang bergulat dengan Dewa Mayat Darah...adalah makhluk humanoid asing.
"Sudah kukatakan..." Sekitar dua detik kemudian, Feng Bujue menjulurkan kepala dari celah menara, berteriak ke Ruo Yu, "Paling lama sepuluh menit, kau sudah bisa membantu." Setelah berkata demikian, dia melompat turun mengikuti.
"Sesaat kemudian, bayangan Xiao Ling muncul di celah itu. Tapi dia tidak melompat turun, malah mengeluarkan senapan runduk dan memilih bertahan di titik tinggi untuk memberikan dukungan tembakan."
"Di sisi lain, Blood dan makhluk itu telah mendarat beberapa detik sebelumnya. Dua monster level BOSS ini saat jatuh mengguncang lantai sejauh ratusan meter, menciptakan kawah besar. Tapi... satu detik kemudian, mereka berdiri seolah tak terjadi apa-apa, lalu melanjutkan pertarungan."
"Tak lama kemudian, suara pukulan ke daging dan tendangan hingga tulang mulai berhamburan tak karuan di halaman batu."
"Hmph... Multiverse ini benar-benar menarik..." Blood berbicara santai sambil bertarung, "Bahkan membuatku bertemu lagi dengan makhluk yang bisa mengabaikan 'Proyeksi Ketakutan'-ku..."
"Makhluk tak dikenal itu tak mau kalah, membalas dengan suara serak seperti gong pecah: 'Hah! Tak kusangka siluman kecil sepertimu juga punya kemampuan.'"
"Setelah saling puji-pujian, keduanya seolah mencapai konsensus, lalu... mulai serius."
"Saat kata terakhir bergema, kekuatan dan kecepatan serangan kedua 'manusia' ini langsung naik satu level."
"Dan dalam jarak belasan meter..."
"'Dia siapa?' Ruo Yu bertanya pada Jue Ge yang baru saja mendarat."
"'Biksu yang telah mencapai pencerahan, nama Dharma Xuan Hong,' jawab Feng Bujue."
"'Yang dulu membunuh ahli siluman itu?' Pikiran Ruo Yu sangat tajam."
"Benar, dia." Jue Ge menjawab, lalu mengalihkan topik, "Sayangnya, sekarang hanya jadi arwah jahat yang diparasit oleh artefak iblis." Sambil berkata demikian, dia mengangkat tangan menunjuk Xuan Hong yang sedang bertarung sengit dengan Dewa Mayat Darah, "Lihat dadanya."
"Ah, dari awal sudah kusadari." Ruo Yu menjawab santai, "Itukah Cermin Liuhe?"
"Tepat." Feng Bujue membalas.
"Jadi..." Ruo Yu kembali memandangnya dan bertanya, "...rencanamu apa?"
"Sederhana." Feng Bujue mengeluarkan Blade Penembus Pertahanan dari tasnya, "Bereskan dia dalam sepuluh menit, lalu...cungkil cerminnya untuk kupelajari, sisanya biar jadi supper untuk Dewa Mayat Darah."
