“Ha!” Feng Bujue berteriak pendek, melompat mundur sambil menekuk lutut untuk menstabilkan posisi, lalu menyilangkan tangannya di dada sambil berkata, “Terima serangan Great Specium Ray-ku!”
“Nani!” Qisha terkejut. Tim Blade memang telah mengumpulkan intelijen tentang Hell's Frontline sebelum pertandingan, tapi tidak pernah mendengar skill Specium Ray milik Feng Bujue.
Dua detik kemudian, terdengar...
“Kriiit...kriiit...kriiit...kriiit...kriiit——”
Suara ini bukan berasal dari skill, melainkan efek suara buatan mulut Feng Bujue sendiri. Tangannya sama sekali tidak memancarkan cahaya, hanya bergetar palsu dengan pose konyol.
“Kau... sedang apa...” Qisha mengernyit melihat tingkah polah lawannya.
“Hmph...” Feng Bujue mendengus dingin, “Jelas-jelas sedang bluffing dengan jurus fiktif.”
“Oh begitu...” Kelopak mata Qisha mulai berkedut tak terkendali, “Kalau segitu... aku juga bisa...”
Sambil melangkah maju, dia melancarkan pukulan dahsyat: “Hyakujuuyon Shiki・Aragami!”
"Feng Bujue sangat paham, lawannya tidak seperti dirinya... Hanya bicara kosong belaka. Qisha benar-benar bertindak."
Seperti disebutkan sebelumnya, Hyakujuuyon Shiki・Aragami adalah skill bertarung dengan konsumsi stamina hanya 100. Damage-nya tidak terlalu tinggi, tapi... skill ini dikategorikan sebagai level B karena... ini adalah "gerakan pembuka" yang bisa disambung dengan beberapa skill lanjutan; Begitu terkena jurus ini, selama masa recovery kemungkinan besar akan tersapu kombo berikutnya.
Karena itu, Jue Ge yang telah memahami hal ini pasti tidak akan menahan serangan ini.
"Ha! Terlalu naif! Kukira aku akan memberi celah seperti itu?!" Feng Bujue memprovokasi lawannya sambil mengaktifkan 【Teknik Spiritual Awareness Body Convergence - Modifikasi】, lalu bergerak cepat ke samping.
Tapi sama sekali tidak disangkanya...
Pripit-pripit——
Tiba-tiba tubuh Jue Ge mengeluarkan suara retakan tulang beruntun, momentum geraknya terhenti mendadak.
"Apa?!" Feng Bujue kaget dalam hati, "Sial! Tubuh ini tidak sanggup menahan beban Spiritual Awareness Body Convergence Technique..."
Sebelum sempat berpikir lebih jauh, tinju Qisha sudah menghampiri: "Hmph... Meski tak tahu penyebabnya, tapi sepertinya kamu jelas-jelas melakukan kesalahan..."
Usai berkata, sebuah pukulan keras... eh... pukulan kecil mendarat di perut Feng Bujue.
Jue Ge yang sudah kehilangan keseimbangan melayang setinggi lebih dari sepuluh sentimeter; Kerusakan ganda dari skill sendiri dan serangan luar membuat tubuhnya masuk status lumpuh sempurna dalam sekejap, sama sekali tak bisa bergerak.
“Bener-bener target latihan combo yang ideal...” Qisha bergumam sambil mempersiapkan serangan lanjutan, “Kalau gitu aku gak usah sungkan lagi!”
Piiiing——
Sekejap mata, aura tempur Qisha meledak. Ia berputar dan menyusul sambil meneriakkan jurus: “【Tendangan Berat Angin Tak Kasat Mata】!”
Jurus ini khusus menargetkan musuh yang melayang. Gerakan utamanya berupa putaran tajam ke belakang disusul lompatan vertikal, diawali tendangan spiral tiga seri 720 derajat di udara, lalu dilanjutkan dengan tendangan lurus berkecepatan tinggi mirip tembakan shotgun selama beberapa detik. Jika semua mengenai, target akan terkena 20-30 tendangan dalam 4 detik dengan damage yang luar biasa.
Sedangkan Feng Bujue saat ini...seperti dikatakan Qisha, karena kesalahan tak terduga dari setting quest, berubah menjadi seperti target latihan yang sama sekali tidak bisa bereaksi.
“Ini bahaya...” Bahkan Feng Bujue pun sempat berpikir, “Bisa-bisa mati di sini karena kesalahan sepele ini!”
“Maaf ya, Feng...” Saat dua tendangan pertama mengenai, Qisha sudah yakin mengumumkan kemenangan, “Sepertinya aku yang menang...Eh? Hah? Aduh——!” Tapi ucapannya terhenti karena setelah tendangan ketiga, tubuhnya malah melayang melewati kepala Feng Bujue...hingga 20-an tendangan berikutnya meleset semua.
“Ini nggak mungkin!” Sekitar lima detik kemudian, Qisha mendarat sambil menggerutu keras.
Ketika menoleh kembali, Feng Bujue sudah pulih dan bahkan sempat meneguk suplemen health point hingga darahnya penuh lagi.
“Hah... Tampaknya tinggi badan menyelamatkan nyawaku...” Feng Bujue tersenyum sambil mengusap setetes darah di sudut mulutnya, menghadap lawan sambil memperbaiki posisinya.
“Sial... Aku juga berubah jadi anak-anak, proporsi tinggi badan hampir tak berubah. Secara teori seharusnya ini tidak terjadi...” Qisha bergumam penuh pikiran saat berbalik.
Perkataannya terdengar seperti pembelaan diri, karena kejadian di udara tadi membuatnya malu... Ini seperti saat kau melempar skill ke musuh yang sudah diambang kematian dengan percaya diri lalu memunggungi... Tapi ternyata musuh belum mati.
“Omong kosong, proporsi tinggi memang sama, tapi berat badanmu berkurang...” Feng Bujue menyambung, “Saat kecil melompat dari ketinggian yang lebih tinggi dari pinggang, hampir tak terasa. Remaja akan merasakan sakit di kaki. Dewasa bisa cedera. Sebaliknya... Meski kekuatan skill dan kemampuan fisikmu dikurangi proporsional, tetap akan ada deviasi hasil karena perubahan besaran fisik saat digunakan.”
Jelas, penjelasan panjang ini juga bentuk pembelaan diri. Jue Ge memanfaatkan pertanyaan lawan untuk menjelaskan “kesalahan”-nya tadi.
“Hmm... Begitu rupanya.” Qisha mengangguk, “Layaknya Feng Xiong, analisismu memang cepat.”
“Terlalu dipuji~ Terlalu dipuji~” Feng Bujue juga mengangguk ringan.
Keduanya saling menatap diam-diam dengan rasa saling menghargai. Melalui dialog dan pujian timbal balik ini, mereka bersama-sama menemukan jalan keluar yang elegan.
"Tapi..." Setelah proyek muka selesai, kesopanan pun cukup sampai di sini. Pada kalimat berikutnya, Qisha langsung mengubah arah pembicaraan, "Apa tidak masalah kamu memberitahuku informasi ini?"
"Tidak apa-apa." Feng Bujue juga mengubah ekspresi dan nada bicara, menjawab dengan arogan, "Memberitahu atau tidak... tidak terlalu mempengaruhi kemenanganku."
Setelah suara itu, kedua orang itu kembali terjebak dalam konfrontasi diam. Pertarungan babak kedua... siap meledak kapan saja.
Dan tepat saat itu, seorang lagi bergabung dalam pertarungan.
"Hē hē... Dua sosok sudah mulai bertarung ya." Tiba-tiba suara familiar terdengar dari belakang Jue Ge.
Bersamaan dengan suara itu, datang pula "Bayang-bayang"...
Feng Bujue menoleh ke arah suara, menyadari dirinya sudah terlingkupi bayangan manusia tinggi dari si pembicara.
"Benar-benar kamu, Saudara Feng." Long Aomin menatap Jue Ge yang lebih pendek beberapa kepala di hadapannya dengan pandangan superior, berkata sambil tertawa, "Hē hē... Kalau tidak melihat baju mungkin aku tidak mengenalimu."
"Tapi aku bisa mengenalimu tanpa melihat bajumu..." Feng Bujue memandangi "anak" setinggi 1,7 meter dengan wajah pria 30 tahun di depannya, melontarkan komentar dari hati.
"Ah... Aku memang agak cepat dewasa." Long Ge menjawab sambil tertawa, "Sejak kecil masuk sekolah olahraga, bahkan dianggap bintang. Sayang akhirnya tidak jadi atlet profesional..."
Feng Bujue saat ini tidak punya waktu untuk mendengarkan ini. Sebelum lawan selesai bicara, dia sudah menyelinap melewati sisi Long Ge dan langsung kabur sambil berteriak, "Curang! Tidak punya hati nurani! Sistem tidak tahu malu!"
Bajingan ini langsung lari terbirit-birit, panik seperti anjing kehilangan majikan, tergesa seperti rusa kehausan, bahkan sampai meninggalkan sepedanya...
Sekitar dua detik terdiam, Qisha dan Long Aomin baru sadar dan serentak berteriak, "Hei——"
Mereka benar-benar tidak menyangka Feng Bujue bisa seberani ini kabur. Begitu sadar, keduanya langsung berbalik dan mengejar sambil meneriakkan dialog yang 99% tidak efektif, "Berdiri di tempat!"
"Berdiri [——]!" Feng Bujue berteriak dari jarak belasan meter (karena kemampuan fisik biasa, lari 2 detik lebih awal pun tidak membuat jaraknya jauh) sambil menoleh, "Kau [——] bilang ini umur 10 tahun? Sepertimu... beli rokok, alkohol, atau playboy pun tidak perlu tunjuk KTP!"
"Aku cepat dewasa urusanmu apa!" Long Ge yang sudah akrab dengan Jue Ge sudah biasa dengan celaan seperti ini, "Berani jangan lari!"
"Siapa peduli? Tidak lari pasti mati!" Feng Bujue membalas, "Aku peringatkan... terus kejar aku laporkan polisi!"
"Hmph... Laporkan polisi?" Sebelum Long Ge menjawab, Qisha di sampingnya menyeringai sinis, "Polisi mau urusi anak kecil berkelahi?"
“Tolong!” Ternyata, Feng Bujue langsung berteriak, “Di bawah terangnya siang hari! Ternyata ada pedofil dan antek-anteknya yang ingin menculikku untuk 【——】!”
“Gila?” Long Ge dan Qisha langsung terkejut. Mereka belum pernah melihat orang yang tidak tahu malu seperti ini dalam pertempuran.
Tapi... Teriakan Feng Bujue tidak menarik banyak perhatian orang sekitar. Pertama, tidak banyak orang yang lewat; Kedua, bagaimanapun juga, setidaknya bagi NPC, Long Ge masih dianggap "anak kandung", paling-paling remaja; Ketiga, ketiganya mengenakan kostum aneh bertema Halloween yang membuat perkataan Jue Ge sama sekali tidak meyakinkan.
Akhirnya, ketiganya pun berlarian kejar-kejaran di jalan setapak perumahan... Entah sampai kapan ini akan berakhir.
……
Di saat yang sama, ratusan mil dari lokasi pemain.
Di ketinggian sepuluh ribu meter, sebuah pesawat kargo bisnis bermerek BROWNING sedang terbang dengan stabil.
Di kokpit, seorang pilot berkemeja sedang mengeluh ke kopilotnya: "Tugas yang menyebalkan... Benar kan, kawan?"
“Hah?” Kopilot terlihat bingung, “Kenapa?”
“Kenapa?” Pilot itu menjawab dengan nada mengejek, “Kita sedang menerbangkan bangkai pesawat bomber Perang Dunia II yang dimodifikasi untuk mengangkut peti mati berisi mayat. Haruskah kita mengadakan pesta untuk merayakannya?”
“Benarkah?” Kopilot mengangkat bahu, “Kalau begitu coba pikirkan… Apakah ‘penumpang’ kita mengeluh? Mabuk udara? Apa mereka minta kacang almond padamu?”
Pilot mendengar ini tersenyum kompak: “Hmph… Kau benar, pekerjaan ini memang menyenangkan. Kita patut bersyukur.”
Seperti kebanyakan karakter transisi dalam film horor berbiaya rendah, dialog kedua orang ini terbatas dan tidak bermakna, sampai-sampai penonton curiga apakah penulis menumpahkan kopi di celananya saat menulis naskah. Namun tujuan utama segmen ini tetap tercapai – menyampaikan informasi kepada penonton.
Gedebuk——
Saat dua pilot sedang berbincang, tiba-tiba suara aneh bergema dari kabin belakang.
Mendengar suara itu, mereka serempak menoleh, saling memandang, lalu bersama-sama melihat ke pintu kabin belakang.
“Kukira mereka sudah mati,” ujar pilot setengah bercanda.
“Ya, mereka memang mati,” sahut kopilot.
Setelah diam sejenak, pilot melepas headphone dan berdiri: “Aku… Aku harus memeriksa ke belakang.”
“Hmm…” Kopilot mengunyah permen karet dengan sikap ambigu, “OK, aku akan tetap di sini membuat suara aneh.”
Sampai saat ini, kedua orang ini masih dalam kondisi relaks yang tidak menganggap serius suara tersebut.
Tentu saja, ini juga gaya khas karakter dalam film horor. Mereka sering menunjukkan sikap meremehkan terhadap fenomena kecil dan aneh, tapi sekaligus tidak membiarkannya begitu saja, malah berusaha menyelidiki sampai tuntas.
Dan perilaku yang saling bertentangan secara logika inilah yang menjadi alasan utama mereka cepat mendapat "bekal"...
Kreek——
Begitu pintu kokpit terbuka, pilot segera masuk ke dalam.
Di kedua sisi kokpit berjejer peti-peti besar yang tertutup jaring, tepat di tengah ada sebuah peti persegi panjang yang tidak terikat. Entah mengapa, lampu di dalam kabin berwarna merah, memaksa pilot menggunakan senter untuk melakukan pemeriksaan.
Singkatnya, ia menyorotkan senter sekilas dan tidak menemukan kelainan. Tapi tepat saat hendak kembali, tiba-tiba...
Kriiiik——
Seekor kelelawar muncul sambil menjerit keras dan menerjang ke arahnya.
Melihat itu, pilot secara instingtif berteriak lalu berjongkok menghindar ke samping. Usai menghindar, ia bergumam kesal: "Ayo, keluar! Dasar binatang, di mana kau?"
Sambil mengumpat ia berbalik badan mencoba mencari jejak kelelawar, tapi tak disangka—setelah berbalik, yang terlihat... adalah seorang pria berbaju resmi hitam dengan jubah hitam.
"Manusia" ini memiliki wajah pucat mengerikan, kontur wajah tajam, gigi taring menyembul, dengan rambut belakang rapi.
Gambaran klasik Dracula ini telah muncul dalam banyak karya sastra dan film, pada dasarnya sudah tertanam kuat dalam benak orang.
Umumnya, kita akan berpikir... Pangeran akan langsung menerjang dan menggigit leher pilot untuk mengisap seluruh blood bottle di tubuhnya dalam sekejap.
Namun, Dracula di dunia <> ini justru merupakan sosok yang sangat non-mainstream.
Dor——
Bahkan sang pilot sendiri tidak menyangka, di menit berikutnya, dirinya justru mendapat satu pukulan tinju.
Ya, Dracula ini tidak menerjang untuk menghisap darah, juga tidak mengaktifkan kemampuan spektakuler... seperti telekinesis atau hipnosis... untuk menangani lawan.
Yang dilakukannya... hanya mengangkat satu tangan, lalu menghantam lawannya dengan satu pukulan telak...
