Masih pukul tiga sore, di parkiran luar pusat perbelanjaan komunitas.
Saat itu sedang jam sibuk belanja, parkiran dipadati mobil-mobil dan banyak orang yang keluar-masuk pusat perbelanjaan.
Di antara kerumunan itu, terlihat seorang "anak" berpostur 1,7 meter dengan wajah tegas yang tampak sedang mencari sesuatu...
“Aneh... Mana orangnya?” Long Ge yang sudah tiba tepat waktu di lokasi pertemuan, matanya menyapu sekeliling namun tak melihat bayangan Qisha, “Jangan-jangan karena tubuhnya terlalu pendek... sampai tidak kelihatan?”
Sambil bergumam, ia mondar-mandir di area parkiran sambil melihat ke sana kemari.
Tiba-tiba...
“Hei! Kami di sini!” Sebuah suara berbisik terdengar memanggil Long Aomin.
“Hm?” Long Ge mengenali suara rekan timnya, tapi ketika menoleh, tak terlihat siapa pun di sana.
“Di sini!” Suara itu kembali terdengar mendesak.
Long Ge baru menyadari bahwa sumber suara berasal dari bawah sebuah mobil.
Long Aomin kemudian berjongkok di samping mobil tersebut dan melihat ke dalam: "Menurutku... kalian berdua sedang bermain petak umpet ya?"
"Dalam arti tertentu..." Qisha menjawab sambil mengernyitkan matanya, "Benar..."
Tanlang yang berbaring di sebelahnya menambahkan: "Tentu saja... jika ini benar-benar permainan petak umpet, dengan postur fisikmu sekarang, pasti selalu jadi hantu."
"Meski kalian berbaring dengan itikad baik sambil mengobrol kosong denganku, aku sama sekali tidak tertarik untuk turun menemani," jawab Long Ge dengan kedutan di sudut mulutnya. "Jadi... bisakah kalian jelaskan situasi saat ini?"
"Bukankah sudah sangat jelas..." Tanlang baru saja mulai menjelaskan ketika...
【Pembaruan Progres Misi Sampingan】Peringatan sistem berbunyi.
Secara instingtif, ketiganya langsung membuka menu permainan dan melihat daftar quest. Ternyata misi 【Berusaha Bertemu dengan Rekan Tim】telah dicoret, digantikan dengan kelanjutan: 【Masuk ke Kastil Dracula】.
"Baiklah..." Dua detik kemudian Tanlang bergumam, "Meski leader kita tewas, Garis Depan Neraka juga berhasil menghabiskan Dewa Mayat Darah yang merupakan makhluk panggilan super kuat. Lagipula... tingkat kesulitan misi sampingan ini telah turun seiring berkurangnya jumlah personel, tidak rugi..."
"Aku sama sekali tidak mengerti maksudmu..." Long Ge menatapnya, "Bisakah kalian keluar dari bawah mobil dan menjelaskan dari awal?"
Dalam lima menit berikutnya, Tanlang, Qisha, dan Long Aomin berjongkok di samping mobil ini, berkomunikasi dengan sembunyi-sembunyi.
Tanlang menceritakan pertemuannya sebelumnya dengan Pojun. Setelah itu... Qisha mengikuti suara ledakan menuju lapangan basket dan bertemu dengan Tanlang yang berhasil lolos dari kematian.
"Berdasarkan penjelasan di atas..." Tanlang menyimpulkan setelah berbicara panjang lebar, "Kita bisa mengetahui... Dalam quest ini, bahkan kemampuan summoning dan peralatan pun terpengaruh. Makhluk panggilan terlihat tidak melemah, tapi batas waktu mereka setidaknya dipersingkat separuh; selain itu... efek dari senjata, perlengkapan pertahanan, item dll kita juga akan berkurang..."
"Hmph... Poin tentang makhluk panggilan aku paham..." Long Ge yang sedang berpikir melanjutkan, "Jika bukan karena batas waktu Dewa Mayat Darah yang dipersingkat drastis, seharusnya kau sudah tewas..." Dia berhenti sejenak, "Tapi bagaimana kau tahu kemampuan peralatan dan efek item akan melemah?"
"Sebelum menghadapi Dewa Mayat Darah, saya meminum sebotol suplemen health point dosis besar. Saat itu, darah saya terisi penuh seperti biasa, jadi saya tidak memperhatikannya." Tanlang menjelaskan hampir tanpa berpikir, "Tapi ketika Pojun melempar 【Granat Singularitas】, saya mulai merasa ada yang tidak beres... Radius efek granat jelas lebih kecil dari biasanya. Hanya saja... situasi saat itu tidak memungkinkan saya untuk menganalisis lebih detail." Dia menunjuk ke tas yang diselempangkan di tubuhnya, "Dan setelah pertempuran, ketika saya menggunakan item khusus untuk memulihkan kekuatan spiritual, saya yakin... bahkan efek item pun dipengaruhi oleh settingan quest."
"Oh... begitu rupanya." Long Aomin mengangguk, terdiam sejenak, mencerna dan menyusun kembali intelijen yang telah didapat.
Pada saat itulah...
"Hei, anak-anak setan, kalian ngapain di dekat mobil saya?" Suara pria terdengar, "Mau iseng?"
Tiga orang itu menoleh dan melihat seorang pria berusia sekitar 35 tahun dengan jas rapi, membawa tas belanja.
"Cepat minggir, brengsek kecil." Pria berjas itu sudah mengumpat saat meletakkan tas belanja ke jok belakang mobil, mengusir trio Blade.
"Tuan, sepertinya ini tempat parkir khusus penyandang disabilitas." Tanlang mengamati pria itu sambil mencoba bertanya.
"Terus kenapa?" Pria berjas itu mendekat dua langkah, mengibaskan tangannya seperti mengusir lalat, "Jangan ikut campur urusan orang, Laozi parkir di sini, kalian mau apa?"
Belum selesai bicaranya, Long Aomin... sudah berdiri.
Meski tinggi Pria Berjas sekitar 1,7 meter - sedikit lebih tinggi dari Long Ge saat ini - daya intimidasi wajah Long Ge cukup untuk menutupi selisih tinggi sekitar 15 cm.
"Apa maumu? Nak, lebih baik jangan cari masalah!" Pria Berjas masih berlagak sok jago, mengernyitkan hidung dan melotot untuk mengintimidasi tiga "anak" di depannya.
"Cari masalah?" Long Aomin mengulang empat kata itu dengan nada penuh makna, disusul senyuman sinis, "Hmph... Maaf, saya polisi."
Lima belas menit kemudian...
Di sebuah jalan menuju Jalan Dark Creek.
Sebuah Volvo yang masih punya cicilan belasan tahun melaju di jalan itu.
Tanlang dan Qisha duduk di kursi belakang, menikmati AC sambil mengunyah makanan ringan yang sebelumnya masih terpajang di rak pusat perbelanjaan.
Sementara Long Aomin duduk di kursi kopilot, menyilangkan tangan di dada dengan wajah serius menatap ke depan.
"Saya peringatkan, paman sepupu saya adalah pengacara..." Pria Berjas di kursi kemudi masih mencoba mengontrol situasi dengan kata-kata, "Kalian turun sekarang, saya bisa anggap ini tak pernah terjadi. Jika tidak..."
“Dengar, kau sampah.” Long Aomin menamparnya tanpa menoleh, memotong ucapan lawan, “Aku juga peringatkan... kami paling benci sampah sepertimu yang merusak moral masyarakat. Jika kau tak diam, aku akan memastikan kau layak pakai tempat parkir penyandang disabilitas di kehidupan depan.”
……
Pukul empat sore, di suatu sudut komunitas.
“Ha! Akhirnya ketemu kalian!” Xiao Tan yang sedang berjalan dengan empat anak laki-laki kecil itu berpapasan dengan Xiao Ling dan Ruo Yu.
Keempat anak itu semua anggota "Klub Monster". Selain Sean dan Horas, dua lainnya juga berusia belasan tahun.
“Ooh~ ooh~ ooh~” Sebelum kedua pemain sempat menjawab, Sean dan kawan-kawan sudah berbalik memberi tiga seruan khas, “Bro... Kau serius? Mau main dengan cewek-cewek?”
“Eh...” Xiao Tan yang polos tak melihat masalah, “Iya, kami sering main bersama.”
“Apa?!” Anak-anak lelaki itu terkejut.
“Baiklah, sepertinya ada kesalahpahaman besar di sini...”
“Wang, maaf. Kurasa kau harus keluar dari klub kami.”
“Kami tidak bergaul dengan cewek, apalagi anak-anak yang suka bergaul dengan cewek.”
“Tidakkah kau lihat tulisan 'NO GIRLS' di pintu masuk rumah pohon?”
Mereka saling menyambung seperti paduan orkestra sambil mundur menjauhi Xiao Tan.
“Hah?” Xiao Tan masih belum menyadari situasi, terdiam beberapa detik sebelum kembali bertanya, “Hah?”
“Jangan cuma 'haha', bahkan aku tahu... sebagian besar anak laki-laki bersikap sangat tidak ramah ke perempuan sebelum SMP.” Xiao Ling sudah berdiri di samping Xiao Tan sambil menggelengkan kepala.
“Ada hal seperti itu?” Xiao Tan menyahut dengan wajah bingung.
“Kamu benar-benar tidak tahu?” Xiao Ling bertanya curiga.
“Hmm...” Xiao Tan menjawab, “Sebenarnya... waktu kecil hubunganku dengan anak laki-laki maupun perempuan tidak baik... Satu-satunya yang akrab denganku adalah...”
“Pertemananmu gagal, masa kecilmu hancur, terimalah kenyataan.” Ruo Yu di sisi lain langsung memberi konklusi tak terbantahkan tanpa menungguinya selesai.
“Wang, sepertinya kalian masih perlu mengobrol panjang dengan para gadis, kami tidak akan menemani.” Sean yang sudah mundur beberapa meter berkata.
“Setelah hubunganmu dengan para Niang selesai, mungkin bisa gabung klub kami.” Horace menambahkan.
Beberapa orang itu terus mengobrol sambil melewati tiga pemain dan pergi meninggalkan mereka.
Setelah mereka menjauh, Xiao Ling bertanya, “Baiklah... kembali ke topik utama. Sudah ada hasil dalam hampir enam jam ini?”
“Ada.” Xiao Tan langsung menjawab, “Aku sudah menyuruh orang menerjemahkan buku harian Van Helsing…” Sambil berkata, dia mengeluarkan selembar kertas dari tasnya, “Bagian ‘mantra penyihir’ juga kutulis ulang lengkap dengan penanda fonetik.” Ekspresinya terlihat cukup bangga, “Selanjutnya, kita hanya perlu mencari seorang perawan, maka ritual di CG pembuka bisa diselesaikan.” Saat sampai di sini, dia seperti teringat sesuatu, “Eh? Ngomong-ngomong, sekarang kamu masih termasuk nggak?” Dia mengusap dagunya sambil bergumam, “Secara teori sebelum ketemu aku kamu… Tapi setelah itu sudah tidak… Kalau dikecilkan lagi sampai usia 10 tahun…”
Bang——
Suara tembakan bergema, cahaya putih langsung menyala.
Xiao Ling menarik pistol, membidik, menembak… Seluruh proses berlangsung dalam satu tarikan napas. Dalam sedetik, peluru dari pistolnya telah menembus pelipis Xiao Tan dengan sempurna, membunuh seketika dengan satu tembakan di kepala.
“Ah~ Ah~ Dapat mantra penyihirnya nih…” Dengan ekspresi licik, Xiao Ling merampas kertas dari tangan mayat itu, “Sekalian membersihkan dunia dari seorang idiot, sungguh menyenangkan.”
Adegan ini membuat semua penonton yang sedang menyaksikan pertandingan seperti mengalami korsleting otak.
Tak diragukan lagi, ini adalah kasus pertama pembunuhan rekan tim yang disengaja sejak awal Peak Battle S2…
Meskipun sebelumnya pernah terjadi insiden cedera atau bahkan kematian tak disengaja (biasanya akibat skill tanpa pola), tapi tindakan sengaja seperti ini… Terlepas dari motif pelakunya… Bagi orang lain, bahkan jika ingin melakukannya pun tidak akan bisa.
Secara teknikal, Xiao Ling seharusnya tidak bisa melakukan serangan sengaja terhadap rekan tim, tapi... kali ini dia benar-benar melakukannya.
Maka... berdasarkan fakta yang ada, hanya ada dua hipotesis: Pertama, penembak ini bukan Xiao Ling asli tapi orang yang menyamar; Kedua, Xiao Ling telah mencapai bidang【Batasan Super】dengan cara tertentu, sehingga berhasil melakukan eksekusi ini...
……
Di saat yang sama, di dalam rumah pohon milik Klub Monster.
"Dasar anak haram, tunggu sampai aku copot chip ini, pasti kubuat kau sengsara..." Gelandangan Hill sambil menghantam pintu masuk rumah pohon dengan sikunya, terus memaki-maki Jue Ge.
Tentu saja, omongan dan tindakannya berbeda. Dia sama sekali tidak berani menyepelekan pekerjaan di depan matanya, karena sebelum meninggalkan rumah tua di Jalan Anxi, Feng Bujue telah mengatakan belasan "kata pemicu tertunda" padanya.
Apa itu "kata pemicu tertunda"? Penjelasan Jue Ge adalah: kata-kata yang efeknya tidak langsung terasa saat didengar, tetapi baru aktif setelah jangka waktu tertentu.
Awalnya Hill tidak percaya dengan "teknologi tinggi" absurd ini, tapi Feng Bujue langsung menambahkan: "Sebenarnya dua puluh menit yang lalu, aku sudah mengatakan sebuah kata kunci tertunda padamu. Kira-kira... efeknya seharusnya segera muncul."
Begitu dia selesai bicara, Hill langsung seperti terkena setrum listrik, roboh kesakitan...
Setelah bangkit dari tanah, Hill pun akhirnya tidak punya pilihan selain percaya...
"Lalu, Feng Bujue memberikan beberapa petunjuk konkret kepada Hill untuk mencari lokasi buku harian Van Helsing, sambil berkata: 'Jika kamu tidak kembali dalam empat jam, kata-kata penundaan berikut akan menyiksamu hingga syok.' Setelah itu, dia terus menerus mengucapkan 'dermatitis' belasan kali, lalu menambahkan, 'Jika kamu berhasil membawa buku harian itu kembali, aku akan langsung mencabut chip-mu.'"
Maka... kita menyaksikan adegan seperti sekarang ini.
"Sial! Sial!" Hill menyikut papan kayu di pintu masuk rumah pohon dengan kasar, seolah papan itu adalah wajah Feng Bujue.
Saat lengannya mulai mati rasa, kunci pintu masuk akhirnya hancur.
"Sial... rumah pohon anak kecil... dikunci begitu ketat..." Hill mengibaskan lengannya sambil bergumam, lalu mengintip dan merangkak masuk ke dalam rumah pohon.
Keberuntungannya cukup baik - saat ini, buku harian Van Helsing memang berada di sini.
Karena buku ini sendiri berukuran besar dan tebal, serta tulisan bahasa Jermannya tidak bisa langsung dimengerti anak-anak, mereka tidak membawanya ke mana-mana dan tetap menyimpannya di rumah pohon.
Berdasarkan deskripsi yang diberikan Jue Ge, Hill segera menemukan buku harian itu di meja rendah di sudut rumah pohon.
"Apa sih isinya?" Karena penasaran, Hill membuka dan melihat isinya.
Sayangnya... dia bahkan lebih payah dari anak-anak, tidak bisa mengenali bahasa apa yang digunakan dalam tulisan buku harian ini... yang bisa dipahami hanyalah beberapa ilustrasi.
“Berantakan...” Hill segera kehilangan kesabaran, bergumam pelan lalu bersiap meninggalkan rumah pohon.
Namun, tepat saat dia berbalik, sebuah pikiran "licik" melintas di otaknya, melahirkan suatu rencana...
