Pukul lima sore, awan hitam menyelimuti langit, guntur mulai bergemuruh.
Pemerintah setempat telah mengeluarkan peringatan merah badai petir, membatalkan semua perayaan Halloween luar ruangan, dan menyarankan warga tidak bepergian jalan kaki.
Tepat pada momen ini, tiga anggota tim Blade... tiba di depan rumah tua Jalan Sungai Gelap.
Ketiganya tentu belum tahu tentang anggota Garis Depan Neraka yang gugur. Dari sudut pandang mereka, situasi saat ini tiga lawan empat yang tidak menguntungkan. Maka strategi yang dipilih Tanlang adalah - sementara menghindari bentrok langsung, sebisa mungkin mengembangkan alur cerita, mengisi kekurangan dengan keuntungan dari quest.
"Sepertinya ada yang lebih dulu datang..." Long Ge bergumam melihat ambulans yang parkir di depan rumah.
"Menurutku... mobil ini mungkin jebakan..." Qisha mengingatkan.
"Coba saja tahu jawabannya." Tanlang sudah berjalan maju, "Aku cek bagian depan, kalian periksa bagasi belakang. Hati-hati saat memeriksa..."
Saat itu, pria berjas yang mereka tangkap untuk menunjukkan jalan sudah pulang dengan mobil. Sebelum berbalik dan pergi, pria itu menurunkan kaca jendela mobil dan memaki tiga pemain dengan kasar. Namun Long Ge dan kawan-kawan tidak menghiraukannya... Mengingat pria berjas ini diancam oleh tiga "anak", kehilangan banyak makanan yang baru dibeli, bahkan dipukuli... Biarkan dia memaki untuk meluapkan emosi juga tidak apa-apa.
"Di sini tidak ada temuan." Dua menit kemudian, Tanlang selesai memeriksa kursi pengemudi. Dia langsung melompat keluar mobil dan berkata pada rekan tim di belakang, "Bagaimana dengan bagian belakang?"
Long Ge yang baru saja melompat keluar dari bagasi belakang sambil membawa sesuatu: "Di sini ada kantong mayat yang bagian dalamnya penuh darah dan bulu..." Dia memperlihatkan kantong itu pada rekan tim sambil menambahkan, "Seperti yang kalian lihat... 'Sosok itu' yang seharusnya terbaring di dalam sudah menghilang."
"Hmm..." Tanlang mendekat dan mengamati, setelah berpikir dua detik dia bergumam, "Mungkinkah... kantong ini pernah berisi Manusia Serigala?"
"Hah? Kok bisa mikir ke situ?" Long Ge menggaruk kepala, bingung.
"Tidak sulit menebaknya..." Tanlang menjawab, "Biasanya kantong mayat hanya untuk jasad manusia, tapi benda di dalam ini meninggalkan bulu hewan, dan..." dia menunjuk bekas cakaran pada kantong, "...cakar yang tajam."
Long Aomin mengangkat kantong mayat di tangannya sambil memiringkan kepala: "Oh... Benar juga..."
"Lihat lagi bekas sobekan ini..." Tanlang melanjutkan, "Jika ini cakaran binatang, berarti kaki depannya memiliki lima jari dengan cakar tajam, jarak antar jari mirip manusia... Selain itu, tubuhnya berbulu lebat dan ukurannya pas masuk kantong mayat..." Dia berhenti sejenak, "Daripada menganggapnya binatang, lebih baik sesuaikan dengan settingan Quest ini dan pertimbangkan monster."
"Aku paham." Long Aomin tersadar, "Saat dimasukkan ke kantong mayat, manusia serigala itu mungkin belum bertransformasi dan terluka parah... Tapi saat keluar, dia sudah berbulu dan bercakar."
"Benar, begitu." Tanlang mengangguk membenarkan.
"Lalu... bagaimana kamu menjelaskan ini?" Di tengah percakapan mereka, Qisha menyembulkan kepala dari ambulans dan melambaikan tangan ke duo tersebut.
Long Ge dan Tanlang saling pandang, lalu bersama-sama menghampirinya.
"Lihat... di sini, dan di kursi sebelah..." Setelah rekan tim mendekat, Qisha menunjuk dengan tangan mengarahkan pandangan mereka, "Lihat? Ada dua gumpalan cairan lengket..."
Tanlang mengamati sejenak, berkomentar: "Jika mengikuti logika kita tadi... Mungkinkah ini cairan dari monster yang bisa mengeluarkan cairan dari tubuhnya?"
"Kurasa 80% benar." Long Ge membentangkan kedua tangannya, "Dari CG pembuka Quest ini, jumlah siluman dan iblis di sini jauh lebih banyak dari vampir. Kalau manusia serigala saja ada, tak aneh jika muncul monster air semacam itu kan?"
"Jadi kesimpulannya adalah..." Qisha menyambung, "Ada seseorang... atau lebih tepatnya seekor monster, merampas ambulans... mengangkut sekarung makhluk gaib, lalu datang ke rumah ini?"
"Menurutku ini masuk akal." Tanlang menimpali sambil mengeluarkan selembar kertas perkamen dari tasnya, "Ini juga sesuai dengan deduksi yang sebelumnya kususun..."
Kertas perkamen yang sedang dipegangnya itu merupakan hadiah quest yang dia dan Pojun dapat setelah menghabiskan hampir satu jam menyapu daun kering. Menurut "Ayah" mereka dalam quest, ini adalah "peta harta karun yang digambar dua putraku saat menjelajahi rumah tua Jalan Dark Creek waktu masih kelas satu SD".
Tentu saja, sebutan "peta harta karun" hanyalah coretan anak-anak belaka... Namun, Tanlang berhasil menyimpulkan beberapa intelijen yang cukup akurat dari "coretan" ini.
"Adanya kumpulan monster di sini semakin membuktikan..." Tanlang melanjutkan perkataannya, "... bahwa Jimat Suci berada di dalam rumah tua ini."
……
Di saat yang sama, Ruang Bawah Tanah Rumah Tua, Aula.
"Tamu baru datang lagi..." Drakula yang berdiri membisu dengan mata terpejam tiba-tiba bersuara.
"Oh?" Saat itu, Feng Bujue sedang duduk di tangga batu sambil membaca buku kuno entah dari mana. Tanpa mengangkat kepala, ia bertanya, "Berapa orang? Seperti apa rupanya?"
"Total tiga..." Drakula berdiri dua meter di depannya dengan sikap tenang, "Dua di antaranya anak laki-laki kecil, dan satu lagi... e... anak laki-laki yang sangat tinggi besar."
“Ha……Aku sudah tahu siapa pelakunya.” Feng Bujue tertawa, “Kalau mereka sudah datang sampai ke sini, mari kita…mulai 'ritual' lebih awal.”
……
Di sisi lain, di sebuah jalan sebelah timur Jalan Anxi.
“Sialan…” Setelah sadar, Hill melepas sabuk pengaman, membuka pintu mobil dan berjalan marah menuju sebuah Volvo yang berhenti belasan meter di belakang.
Satu menit sebelumnya, mobilnya dan Volvo itu bertemu di jalan. Karena jalan terpencil ini sudah lama tidak diperbaiki, bahu jalan di kedua sisi mengalami kerusakan. Kebetulan…di bagian tempat kedua mobil bertemu, kerusakannya sangat parah sehingga kedua kendaraan harus bergantian melewati bagian tengah jalan.
Melihat situasi ini, Hill pertama kali membunyikan klakson sebagai peringatan, maksudnya meminta mobil dari arah berlawanan untuk mengurangi kecepatan dan memberi jalan.
Tapi pengemudi di seberangnya…adalah pria berjas yang pernah disandera Blade itu.
Hill sedang terburu-buru dan sudah lebih dulu membunyikan klakson, jadi dia tidak mau mengalah. Sedangkan pria berjas…adalah tipe orang yang suka mengambil keuntungan kecil, menyelak antrian, menindas yang lemah, dan memarkir di tempat khusus difabel – jelas dia juga tidak mau mengalah.
Akhirnya kedua mobil saling “caa~” bergesekan, dengan satu roda masing-masing tergelincir dari jalanan hingga terhenti tersendat-sendat.
Untungnya kedua pilot sudah memutar setir dan melepas gas sesaat sebelum tabrakan terjadi. Kalau tidak, bisa saja kedua mobil terbalik…
"Hei! Brengsek!" Hill menggeram sambil berjalan mendekati mobil lawannya, "Apa kau buta atau tuli?"
Pria berjas itu turun dari mobil dan menoleh ke arahnya, "Aku yang ingin bertanya, bagaimana kau mau mengganti rugiku?" Ia melambaikan tangan ke arah goresan di bagian sepeda, "Tahu berapa biaya yang diperlukan untuk memperbaiki ini?"
"Tidak tahu harganya, tapi luka ini pasti sembuh lebih cepat darimu," sahut Hill.
Pria berjas tampak belum paham maksudnya, "Apa maksudmu luka ini akan..."
Dor——
Tinju Hill menyela ucapan pria berjas yang langsung terjatuh ke tanah.
"Aaa! Sialan kau!" teriak pria berjas sambil memegangi wajahnya, "Dasar bajingan! Aku akan melaporkanmu atas penganiayaan... Bahkan percobaan pembunuhan!"
"Oh, rupanya kau paham hukum ya?" Hill mengejek sambil menendang lengan pria itu dua kali.
"Aduh! Awas kau!" ancam pria berjas sambil merintih, "Keponakan bibiku seorang pengacara!"
"Benarkah?" Hill membungkuk, menggenggam rambut pria itu dan mendekatkan wajahnya, "Kalau kubunuh kau sekarang, Jaksa Distrik yang akan menuntutku. Mayat tidak bisa melapor!"
Dengan tangan satunya, Hill membanting kepala pria berjas ke pintu mobil, "Bang-bang-bang" menghantam tiga kali.
Setelah itu, pria berjas langsung pingsan...
Hill meludah dengan puas ke arah lawannya, lalu berbalik badan bersiap kembali ke mobilnya.
Tak disangka, di saat itulah perubahan aneh tiba-tiba terjadi!
Di langit nun jauh di sana, muncul tiba-tiba pilar cahaya hitam yang menjulang ke angkasa.
Gelombang energi tak kasat mata yang bahkan bisa dirasakan Hill menyebar dari arah itu, menyapu seluruh permukaan bumi...
……
Pukul 5:10 sore, di pinggiran kota, depan pintu sebuah pembangkit listrik.
Ruo Yu dan Xiao Ling yang baru saja menyelesaikan seluruh rangkaian misi sampingan dan keluar dari pembangkit listrik sambil membawa hadiah quest... tiba-tiba merasakan hantaman energi tersebut.
Meski secara fisik berubah menjadi gadis kecil, keduanya tidak langsung terjatuh oleh hantaman itu. Hanya sedikit oleng, lalu langsung menstabilkan posisi.
"Aku punya firasat..." ujar Ruo Yu sambil menatap pilar cahaya hitam di ufuk langit, "...peristiwa di sana pasti berkaitan dengan Bujue."
"Lagipula kita sudah menyelesaikan rantai quest..." sambung Xiao Ling, "...mari kita ke sana lihat."
"Baik... pakai itu saja." Ruo Yu mengangguk setuju.
"Itu" yang dimaksudkannya adalah hadiah yang baru mereka dapatkan——【Sapu Sihir*2】.
【Nama: Sapu Sihir】
【Jenis: Lainnya】
【Kualitas: Rare】
【Efek: Membersihkan debu atau menjadi kendaraan tempur】
【Dapat dibawa keluar dari quest: Tidak】
【Catatan: Secara umum, baik mengenakan rok maupun celana, kami tidak merekomendasikan para nyonya-nyonya untuk menunggangi kendaraan ini dengan cara duduk mengangkang. Itu perilaku yang tidak anggun.】
"Kedua sapu ini adalah hadiah akhir dari quest 'Teh Gathering'."
Ruo Yu dan Xiao Ling berlari dari pagi hingga malam, bahkan sempat bertarung melawan dua anggota Blade, akhirnya... di jam kesembilan sejak quest dimulai, mereka berhasil menyelesaikan alur quest yang super panjang ini.
Dan dua item hadiah yang mereka dapatkan ini jelas akan memberi keuntungan besar dalam quest selanjutnya...
……
Pukul 5:12 sore, Jalan Anxi, lokasi bekas "Rumah Tua".
Saat ini, "Rumah Tua" itu sudah tidak ada lagi, yang menggantikannya... adalah kastil hitam bergaya Gotik yang megah.
"Ini... apa yang terjadi..." Qisha memandang pemandangan di depannya dengan wajah pucat, bergumam kaku.
"Iya, Tanlang, apa yang terjadi?" Long Ge yang berdiri di tengah seperti penyambung lidah melempar pertanyaan ke Tanlang di sebelah.
"Meski aku ingin menjawab 'kalian tanya, aku tanya siapa?'..." Ekspresi Tanlang sama bingungnya dengan mereka berdua, "Tapi mengingat posisiku sebagai penasihat tim dan komandan sementara, lebih baik kuberi jawaban pasti..." Dia berhenti sejenak, "...Ini semua efek spesial."
Setengah menit lalu, ketiganya masih berhati-hati menyusuri koridor depan Rumah Tua.
Tiba-tiba, turbulensi hitam misterius menyergap, menghalangi penglihatan mereka. Disusul gempa kecil dan suara bising seperti renovasi rumah tetangga.
Setengah menit kemudian, saat penglihatan mereka pulih, mereka mendapati diri berdiri di dalam gerbang sebuah kastil. Di belakang mereka, terdapat pintu jembatan gantung yang setengah tertutup rantai, dan di bawahnya ternyata ada parit pertahanan...
Sedangkan di depan mereka, terdapat pintu kayu lengkung tinggi dengan dua daun, yaitu pintu dalam kastil.
"Lebih baik kau bilang ini halusinasi," sambung Long Ge.
"Aku juga percaya kalau kau terkena Kyouka Suigetsu," Qisha juga mencela.
"Yang bertanya kalian, yang mencela juga kalian..." Tanlang mengernyitkan matanya, "Kalian ini warganet tukang kritik? Lebih baik besok bikin laporan dan pindah jadi lima mao saja."
"Penasihat, tolong rendah hati sedikit..." Long Ge menyela, "Ini siaran langsung, jangan bicara seolah kami bisa mudah pindah jadi lima mao, nanti menimbulkan kecemburuan..."
"Cukup bicara, segera pimpin jalan." Dengan postur anak 10 tahun, Tanlang menunjukkan sikap seorang perwira tingkat batalion, memberikan perintah pada Long Aomin.
"Baik, baik..." "Raksasa" setinggi 1.7 meter ini pun harus patuh, mengingat pangkat lawannya di unit memang lebih tinggi.
Singkat cerita, dipimpin Long Aomin, ketiganya mendorong pintu kayu berat dan memasuki ruangan pertama di dalam kastil.
Dari pintu masuk terlihat ruang seluas tinggi 8 meter, lebar belasan meter, panjang ratusan meter. Keempat sisinya terbuat dari batu bata abu-abu kebiruan, dinding samping retak dan kusam, dengan sumber cahaya tak jelas yang terus menerobos dari dalam tembok.
"Selain itu... entah mengapa, ketika ketiga anggota Blade melangkah masuk ke pintu, tiba-tiba terdengar peringatan sistem serempak di telinga mereka:【Koridor Gelap Kota Terlantar】."
Peringatan ini muncul tiba-tiba tanpa konteks. Long Ge dan kawan-kawan membuka menu permainan untuk memeriksa, namun tidak menemukan update quest. Status bar dan inventory juga tak ada perubahan.
Sepertinya... sistem hanya sekadar memberitahu nama lokasi ini.
Fenomena seperti ini belum pernah mereka temui di quest manapun sebelumnya. Hari ini... bisa dibilang pengalaman pertama.
