13 November, pagi.
"Yo, sudah bangun." Saat Feng Bujue kembali dari lari pagi, Ruo Yu sedang membereskan ruang tamu.
Tak lama setelah pindah, mereka sudah sepakat untuk bergiliran mengerjakan tugas rumah tangga. Tapi pada praktiknya, Ruo Yu yang lebih banyak mengerjakan karena perempuan biasanya lebih suka kebersihan - seringkali dia langsung membereskan saat melihat keadaan yang tidak rapi.
“Sudah bangun sejak tadi.” Setelah mendengar perkataan Jue Ge, Ruo Yu melanjutkan pekerjaannya sambil menjawab tanpa mengangkat kepala, "Sedang menunggu kamu membawa sarapan kembali."
“Hē hē...” Feng Bujue tertawa, “Hari ini kita makan bakso kuah, hati-hati ya.”
Alasan senyumannya begitu menyebalkan tentu ada penyebabnya... Setiap orang memiliki satu dua hal yang tidak dikuasai, seperti Jue Ge yang buruk dalam mengikat simpul, Xiao Tan yang tidak pandai berbohong; sedangkan Ruo Yu... Dia kurang mahir menggunakan sumpit.
Tentu yang dimaksud "kurang mahir" di sini bukan berarti dia tidak bisa menjepit makanan, hanya... Karena Ruo Yu tidak belajar cara memegang sumpit yang benar sejak kecil, teknik penggunaan sumpitnya sedikit lebih buruk dari orang normal. Untuk penggunaan sehari-hari biasa tidak masalah, tapi... Begitu menghadapi makanan licin seperti tahu, bakso ikan dll, atau makanan berkuah seperti bakso kuah yang kulitnya tipis dan berisi kuah... Dia sering mengalami momen memalukan.
Sebenarnya... Ini bukan masalah besar, malah bisa jadi daya tarik dalam arti tertentu. Tapi ketika kamu menunjukkan kelemahan di depan orang (menyebalkan) seperti Feng Bujue, komentar sinis dan godaan pasti tidak akan berkurang.
“Siapakah Jue Ge kita ini?” Jika di dunia ini ada kompetisi merebut makanan dengan sumpit, setidaknya dia masuk sepuluh besar dunia. Di masa sekolah, asalkan dia mau, dia bisa membuat teman sekelas yang makan bersamanya tidak kebagian sepotong daging pun. Bahkan ada yang bertarung dengannya menggunakan tangan, tapi akhirnya masih kehilangan paha ayam yang direbut dengan sumpit... Dengan keunggulan seperti ini, mana mungkin dia tidak terus-menerus mencela hal ini.
“Hati-hati apa?” Ruo Yu langsung melototi Jue Ge, “Ini kan cuma bakpao kuah... Kalau sampai pecah ya kuahnya tumpah.”
“Sayang sekali, bukannya bakpao kuah itu nikmatnya justru di kuahnya?” Feng Bujue menunjukkan senyum licik, “Bagaimana kalau... Aku yang menyuapi...”
“Kau berkhayal saja.” Ruo Yu menyela sebelum dia selesai bicara, “Sejak kecil aku tidak pernah disuapi.”
“Makanya sampai usia 22 tahun masih tidak bisa pakai sumpit?” Jue Ge membalas.
“Pria 24 tahun yang tali sepatu saja tidak bisa diikat rapi berani mengkritikku?” Kemampuan mencela Ruo Yu kini semakin meningkat, saling mengejek dengan Jue Ge pun tidak kalah.
“Hehehe...” Senyum Feng Bujue semakin mesum, “Aku tidak keberatan kau mengikatkannya untukku.”
“Begitu ya...” Ruo Yu mendengus dingin, “Hmph... Bagaimana kalau kita bertaruh?”
“Oh? Cara bertaruh seperti apa?” Jue Ge juga mulai tertarik.
“Satu minggu, aku latihan sumpit, kamu latihan simpul.” Ruo Yu menyambung, “Setelah seminggu, aku jamin, apa yang bisa kamu ambil dengan aman pasti bisa kuambil. Tapi kamu juga harus jamin semua simpul yang ku buat pasti bisa kamu buat.”
“Ini…” Saat ini, Feng Bujue… benar-benar sedikit ciut nyalinya.
“Takut ya?” Ruo Yu bertanya.
“Ha!” Jue Ge tertawa kering, “Aku hampir lupa cara menulis karakter ‘takut’.” Pura-pura percaya diri, “Taruhan ya! Katakan… apa taruhannya?” Langsung menambahkan, “Oh, kusampaikan dulu, permintaan seperti berguling di tempat tidur harus kupikir dulu. Aku orang yang jujur.”
Detik berikutnya, sebelum Ruo Yu bicara, Arthas yang tengkurap di sofa sudah mencela: “Selama tahun-tahun di kegelapan Meong~ aku pernah dengar dan lihat banyak perkataan tak tahu malu, tapi sepengetahuanku… yang bisa memadukan sifat tak tahu malu dan hina dengan sempurna hanya kamu Meong.”
Ruo Yu memandang Arthas tanpa ekspresi: “Katakan… bagaimanapun juga dia pacarku. Kalau kamu menjelekkan dia begitu, bukankah itu menunjukkan seleraku buruk.”
“Tidak… ini bukan masalah selera buruk Meong.” Arthas menjawab, “Kalau hanya lihat wajah sih tak apa… tapi setelah mengerti karakter Feng Bujue kamu tetap memilih berpacaran, itu membuktikan kamu juga aneh.” Menggaruk belakang leher dengan cakar, “Ngomong-ngomong… kamu memang aneh ya Meong.”
“Hmm…” Ruo Yu merenung sejenak, “Kalau begitu… taruhannya adalah…”
“Hei!” Jue Ge tak tahan berteriak, “Tiba-tiba saja mengalihkan topik dengan kaku ya!”
Ruo Yu mengabaikannya, melanjutkan, “Taruhan ini... kalau aku menang, kecuali aku sendiri yang mau turun tangan karena mood baik... mulai hari ini semua pekerjaan rumah tangga jadi tanggunganmu.”
“Hah~ ‘Mulai hari ini’ konsep seperti apa itu?” Feng Bujue membalas, “Kalau kita nanti menikah, bukannya aku sudah membayar tenaga kerja puluhan tahun lebih awal?”
“Kalau tidak berani bertaruh, katakan saja langsung.” Ruo Yu menyambung.
“Sial...” Feng Bujue mengangkat alis, “Lalu... kalau kamu kalah?”
“Mulai hari ini, tali sepatumu akan aku ikatkan.” Ruo Yu menjawab.
“Baik! Kamu yang bilang.” Feng Bujue berseru keras.
“Ya, aku yang bilang.” Ruo Yu menjawab tenang.
Setelah jeda satu detik, mereka berdua serempak berseru: “Sepakat!”
“Hah...” Arthas menghela napas, menggelengkan kepala, “Dua manusia aneh benar Meong~”
……
Beberapa jam kemudian, pukul sepuluh pagi, ruang login Feng Bujue.
“Hmph... bilang mau merapikan barang sendirian di ruang login, hantu saja percaya...” Begitu masuk lift, Jue Ge mulai mencela, “Sebenarnya diam-diam belajar teknik menggunakan sumpit di dunia game kan... Pasti sekarang sedang mencari video terkait di Layar Sentuh!”
Sambil bergumam, tanpa malu ia membuka halaman mesin pencari melalui Layar Sentuh, menginput empat karakter: “Cara mengikat simpul”.
Selama satu jam berikutnya, dengan konsentrasi dan semangat yang tak tertandingi... dia mempelajari teknik mengikat simpul. Meski sebelum login dia berkata pada Ruo Yu "Aku login untuk mengumpulkan intelijen lomba", nyatanya aktivitas mereka berdua hampir mirip...
Tanpa disadari, satu jam (waktu bermain) telah berlalu. Setelah menonton banyak tutorial gambar dan video... Feng Bujue menutup semua halaman web, mundur dua langkah, membentangkan kedua tangannya, lalu dengan gerakan kebebasan khas tokoh utama dalam 《Penebusan Shawshank》 dia tertawa ke langit: "Sulit sekali--"
Seperti kata pepatah... setiap orang pasti punya satu dua hal yang tidak dikuasainya.
Singkat cerita, setelah melakukan gerakan-gerakan menyebalkan itu, Jue Ge akhirnya membuka situs resmi dan forum Dream Company untuk melihat informasi lomba.
Saat ini, Daftar Kandidat Peak Battle S2 delapan besar telah diumumkan. Nama delapan tim terpampang di bagian terdepan halaman utama situs resmi.
Kedelapan tim tersebut adalah: [Order], [Para Dewa], [Jianghu], [Hongying], [Periode Negara Berperang], [Garis Depan Neraka], [Aliansi Sampah], [Gunung dan Sungai].
Karena tidak ada dua tim dari studio yang sama masuk delapan besar, dan tidak ada satupun "tim dua" yang lolos, daftar secara otomatis mengabaikan tim dengan embel-embel "Tim Satu" di namanya.
Secara umum... enam dari delapan tim ini adalah tim profesional berbasis studio, sementara dua lainnya merupakan rombongan pemain individu.
Hasil ini jelas melampaui prediksi sebagian besar penonton dan tim analisis intelijen...
Dalam game kompetisi tim, tim profesional memiliki keunggulan yang sangat besar. Tim pro yang didukung seluruh sumber daya studio—baik koordinasi personel, pengumpulan item, hingga intelijen pra-pertandingan... semuanya jauh melampaui pemain "liar" yang tidak terafiliasi.
Tim seperti [Aliansi Sampah] yang terdiri dari empat pemain profesional perorangan sebenarnya belum bisa disebut sebagai tim "profesional"... Yang dimaksud "tim profesional" bukan sekadar mengumpulkan beberapa pemain level pro; di luar peserta, masih ada banyak staf pendukung yang berkontribusi pada kemenangan tim... Hanya saja pekerjaan mereka dilakukan di luar arena pertandingan, sehingga sering diabaikan penonton biasa.
Namun dalam Peak Battle S2 kali ini, di bawah format pertarungan tim yang hampir tidak menyisakan celah untuk keberuntungan... masih ada dua tim non-studio yang berhasil menembus delapan besar. Hasil ini kembali menyadarkan para eksekutif studio besar bahwa... mereka tidak boleh memandang Taman Horor dengan logika game online biasa.
"Dilihat sekilas, tidak ada satu tim pun yang mudah ditaklukkan..." gumam Feng Bujue sambil menyiputkan matanya saat membaca daftar kandidat.
Meski begitu, sebenarnya dia sama sekali tidak terkejut. Sejak melihat jadwal pertarungan 16 besar, dia sudah memprediksi delapan tim yang akan lolos. Masalahnya sekarang adalah... bagaimana sistem pengacakan akan mempertemukan kedelapan tim ini.
“Menang satu pertarungan lagi……bisa masuk final.” Jue Ge membuka halaman web sambil bergumam, “Final diikuti oleh empat tim sekaligus, jadi variabelnya sangat banyak. Secara umum……semakin banyak variabel, berarti tim yang relatif lemah punya peluang lebih besar.” Pandangannya beralih ke tulisan 【Order】, “Mekanisme final seperti ini sepertinya dibuat untuk menguntungkan tim di luar 【Order】……” Ia berhenti sejenak, “Tidak hanya mengurangi satu ronde pertarungan, tapi juga meningkatkan kemungkinan mengalahkan tim terkuat yang sudah jelas reputasinya.”
Sambil berpikir demikian, Feng Bujue telah menyelesaikan membaca seluruh informasi di halaman utama situs resmi dengan kecepatan super—kebanyakan berita yang isinya sudah bisa ditebak dari judulnya. Lalu, ia segera membuka forum game untuk mencari informasi tambahan.
“Wah~” Begitu membuka halaman diskusi pertandingan, matanya langsung tertarik pada thread panas bertanda 【HOT】 yang terpampang di paling atas.
Judul thread itu adalah——【Analisis Prediksi Semua Kemungkinan Matching Semifinal & Hasil Pertandingan】.
“Ha…” Feng Bujue masuk ke thread dan langsung tertawa setelah membaca sekilas, “Makanya forum tetap berguna. Thread ini sudah merangkum semua yang perlu kuhitung mental, menghemat banyak waktu… Dengan begini, aku bisa menyimpan seluruh daftar ini di otak melalui teknik ingatan visual.”
"Setelah berkata demikian, Feng Bujue sepenuhnya mengabaikan bagian prediksi hasil pertandingan. Dengan cepat dia mencatat semua daftar 'kemungkinan kecocokan' yang ditampilkan lawan (termasuk 28 kombinasi pertarungan tunggal dan 105 daftar pertarungan lengkap). Sambil lalu memverifikasi perhitungannya, setelah memastikan tidak ada kesalahan, dia langsung menutup thread tersebut."
"Kemudian, dia membuka satu per satu berbagai subforum. Dengan kecepatan luar biasa, dia menyaring informasi sambil membalik halaman demi halaman thread."
"Mengingat popularitas event Peak Battle, volume postingan di forum bisa ditebak. Meskipun ini pagi hari kerja, meskipun forum memiliki berbagai mekanisme penyaringan thread sampah, jumlah thread di setiap subforum tetap bertambah dengan kecepatan minimal satu per menit."
"Oh? Yang ini sepertinya agak menarik..." Tiba-tiba, pandangan Jue Ge tertahan pada sebuah thread dengan judul yang sangat mencolok——【Mengupas tuntas 'masa lalu dan sekarang' Aliansi Sampah】."
"Sebenarnya, tim yang paling tidak ingin dihadapi Feng Bujue saat ini adalah 【Aliansi Sampah】. Di antara tujuh tim yang berpotensi menjadi lawan, Jue Ge memiliki informasi intelijen paling sedikit tentang tim ini."
"Ini...tentu ada hubungannya dengan strategi Hong Hu. Sang Jenderal Cerdik memang pantas disebut demikian. Di babak penyisihan, dia menerapkan strategi serupa dengan 【Garis Depan Neraka】 dengan mengaktifkan semua opsi perlindungan privasi. Ditambah dengan kekuatan luar biasa anggota timnya yang sering mengantarkan kemenangan sebelum lawan sempat memahami situasi, hal ini membuat rekaman pertandingan mereka dan informasi yang terungkap di dalamnya sangat terbatas."
Untuk pria seperti Feng Bujue yang "sudah menghitung faktor penentu kemenangan hingga lebih dari 70% sebelum pertempuran dimulai", kurangnya informasi adalah hal yang sangat buruk. Terutama ketika "menyadari kekuatan musuh yang luar biasa, tapi tidak tahu seberapa kuat sebenarnya", membuatnya merasa seperti duri di tenggorokan, gelisah tak karuan.
Relatif berbicara, jika benar-benar bertemu tim profesional, justru dia akan lebih santai. Bahkan saat menghadapi 【Order】 atau 【Para Dewa】 sekalipun... Bagaimanapun juga, sebagian besar intelijen kalian sudah menjadi rahasia umum. Asal ada data yang cukup, bahkan dewa pun... Jue Ge bisa menghabisi dengan perhitungannya.
"Biar saya lihat..." Setelah membuka thread, Feng Bujue menemukan tulisan panjang yang menggunakan warna font ungu menyala yang bisa membutakan mata. Dia langsung mencela, "Orang ini pasti ingin balas dendam ke masyarakat... Memaksa menurunkan daya tahan mata pembaca sampai nol..."
Omongan tetap omongan, baca tetap baca...
Dengan mata yang tertahan oleh font menyiksa, Feng Bujue memaksakan diri membaca seluruh artikel demi mencari intelijen. Setelah selesai...
"Apa-apaan ini!" Dia ingin melempar gelas tapi tak ada di tangan, "Ini apaan? Pantas judulnya berbau artikel tabloid, isinya cuma gosip receh! Urusan Paman Fei Chai yang dulu ikut grup idol pria di Korea Selatan buat diumbar-umbar? Sekarang kan cuma jadi paman berkacamata hitam yang entitasnya mirip kacamata!"
Saat Jue Ge sedang mengomel dengan keras dan sengit, tiba-tiba sebuah ikon kecil muncul di kolom sosialnya…… Ini adalah notifikasi yang muncul ketika ada pesan dari "teman".
Melihat itu, Feng Bujue langsung membukanya tanpa pikir panjang. Tak disangka…… pengirim pesannya adalah……
