15 November, pukul sebelas pagi.
Di sebuah apartemen di Kota S, seorang remaja tujuh belas tahun perlahan sadar dari pingsannya.
Setelah beberapa detik menyesuaikan diri dengan cahaya lampu kamar, ia mulai melihat jelas sekelilingnya.
Yang pertama menarik perhatiannya adalah tiga bayangan manusia...
Tiga pria berbaju jaket gelap, jeans, dan bermasker ski itu sedang berkumpul di sekitar meja sambil merokok dan bermain kartu.
Melihat remaja itu bangun, mereka hanya melirik sekilas dengan acuh tak acuh, tanpa reaksi berarti.
"Dan remaja itu... seketika jatuh dalam kepanikan."
"Karena ia langsung menyadari... dirinya terikat terbalik di sebuah kursi, tidak hanya kedua tangan, bahkan pinggang dan kaki juga diikat erat ke kursi—hampir tidak bisa bergerak. Selain itu... mulutnya ditutup lakban, tidak bisa berbicara."
"Di mana aku? Bagaimana aku sampai di sini?" hati Guixiao berteriak panik, "Siapa orang-orang ini? Penculikan?"
"Tak lama, disertai pusing, fragmen memori kilat melintas di otaknya..."
"Ya! Di toilet itu!"
"Nama remaja ini adalah Ma Junxiao. Setahun lalu, ia masih siswa SMA biasa dengan nilai pas-pasan, suka main game, berpenampilan biasa, dan tinggi badan yang memprihatinkan. Tapi sekarang, ia telah menjadi pemain profesional bintang sekaligus salah satu pemain Top-Tier di studio terbesar industri, dengan ID——【Tun Tian Gui Xiao】."
"Belakangan ini, karena persiapan kompetisi, Guixiao bekerja 'shift malam' setiap hari. Tentu saja, 'bekerja' di sini sebagian besar berarti tidur di dalam Kapsul Game."
"Siang hari, ia tidak perlu ke perusahaan asalkan menjaga waktu online minimal tiga jam (waktu nyata, Mode Non-Tidur), bisa bekerja dari rumah."
"Tapi malam hari... ia tetap harus tiba di Markas Besar Order sekitar pukul sepuluh untuk absen, melakukan persiapan lomba, lalu berbaring di perangkat perusahaan untuk bertanding."
"Pukul tujuh pagi ini, seperti biasa Guixiao... meninggalkan gedung perusahaan, membeli sarapan di jalan, lalu naik kereta pulang ke rumah."
Meskipun pukul tujuh masih jam sibuk pagi, dan fakta bahwa kereta bawah tanah Kota S bisa memperas orang seperti jus sudah dikenal luas, Guixiao tidak "berangkat kerja" pada jam ini, melainkan "pulang kerja". Rute yang dia ambil justru berlawanan dengan jalur padat, dengan rata-rata hanya tujuh delapan orang per gerbong.
Karena itu, hari ini pun dia langsung mendapatkan tempat duduk kosong begitu masuk kereta.
Namun... baru dua halte, Guixiao tiba-tiba merasakan ketidaknyamanan fisik. Mungkin sarapan yang dibeli hari ini tidak bersih... Serangan sakit perut hebat datang tanpa peringatan.
Untungnya waktu transit antar-stasiun tidak lama, dan toilet tersedia tanpa harus keluar stasiun. Dia pun buru-buru keluar di stasiun berikutnya, langsung menuju toilet umum dalam stasiun.
Masuk ke sana... hampir dua jam lamanya.
Dua jam kemudian, Guixiao yang lemas dan hampir kolaps baru keluar dari ruang terpisah toilet.
Sebenarnya dua puluh menit terakhir... gejala diarenya sudah mereda. Jika tidak, mungkin dia sudah menelepon ambulans. Hanya saja... dia menghabiskan dua puluh menit lagi untuk memijat kedua kakinya yang kesemutan agar bisa berdiri.
Setelah keluar, Guixiao mendekati wastafel toilet, menghela napas panjang, membasuh tangan, lalu menunduk untuk mencuci muka.
Tapi saat menunduk inilah... kesadarannya hilang.
Kenangan terakhir itu tetap tak bisa diingatnya, tapi dia bukan bodoh... Dari kondisi saat ini, dirinya entah dipukul dari belakang sampai pingsan, atau dibius dengan kain berobat.
"Leher dan bagian leher tidak terasa sakit, hanya kepala sedikit pusing..." Setelah sedikit tenang, Guixiao mulai berpikir, "Kira-kira 80% dipingsankan dengan eter atau sejenisnya..." Pandangannya kembali menyapu tiga orang itu, "Mereka bertiga... jelas terlihat dewasa dari ukuran tubuhnya, pasti mudah menggotongku pergi."
Memikirkan hal ini, dia kembali melihat sekeliling.
Tempatnya saat ini sepertinya adalah rumah belum jadi. Ruangan kosong ini hampir tanpa furnitur, tapi di jendela sudah dipasang tirai tebal; dinding dan langit-langit hanya dicat putih sederhana, sementara lantainya terbuat dari beton.
Dari penglihatannya, perabotan yang terlihat hanya meja lipat sederhana, beberapa kursi bersandaran, serta lampu neon di sudut langit-langit. Lampu itu dalam keadaan menyala, menunjukkan rumah ini setidaknya memiliki listrik. Menurut deduksi Guixiao... pasti juga ada air, kalau tidak, mereka tidak mungkin harus pergi ke toilet umum saat menyandera orang, kan?
"Ini buruk... Mereka tetap tenang melihatku bangun..." Setelah melihat sekeliling, Guixiao berpikir dalam hati, "Seperti di film... reaksi seperti ini biasanya dari penjahat berdarah dingin atau kriminal profesional..." Keringat dinginnya langsung mengucur, "Sebenarnya... untuk apa mereka menculikku? Aku bukan perempuan muda, tidak mungkin mengincar tubuhku kan..."
"Memang tidak mungkin... Karena, kalau lawan benar-benar berniat merampok seksual, kemungkinan besar aku tidak akan 'bangun secara alami', melainkan terbangun dalam kondisi lain."
"Kalau soal perampokan harta... juga tidak masuk akal..." Guixiao melanjutkan pikirannya, "Orangtuaku hanya karyawan biasa. Meskipun gajiku sekarang cukup baik sebagai pemain profesional, tetap tidak sampai level yang membuat orang nekat menculik..."
Benar, logika "meminta tebusan"... juga tidak logis.
Dari segi kesulitan, menculik anak kecil jelas lebih mudah daripada menculik anak SMA sepertinya. Dari segi keuntungan, kalau benar-benar ingin menculik orang dewasa... setidaknya harus memilih keluarga kaya, seperti Jin Fugui...
Bagaimanapun dipikir, menculik Guixiao adalah pekerjaan berkesulitan besar dan imbalan minim. Jelas, tiga orang yang menyerang Guixiao ini... punya tujuan lain.
"Tunggu... Jangan-jangan..." Beberapa detik kemudian, sebuah pikiran yang lebih masuk akal melintas di otak Guixiao, "Apa ini ada hubungannya dengan lomba dini hari nanti?"
Akhirnya dia menyentuh inti permasalahan.
Tapi... meski sudah menyadari ini, dia tetap tidak punya kemampuan untuk menyelamatkan diri.
Saat ini, jarak waktu menuju lomba pukul 00.00 tanggal 16 tinggal... 12 jam, 53 menit.
……
Di waktu yang sama, Studio Order, gedung kantor pusat.
"Hmm... Masih tidak bisa dihubungi ya..." Meng Jingchan mendengar suara "Nomor yang Anda hubungi tidak dapat dijangkau" dari ponselnya, raut kecurigaan muncul di wajahnya.
Kak Zen adalah orang yang tidak suka membawa pekerjaan pulang, jadi alih-alih meninggalkan perusahaan di pagi hari seperti anggota Tim Satu lainnya, dia beralih ke Mode non-tidur untuk memenuhi kuota online hari ini sebelum bersiap pulang.
"Ini jadi masalah..." Ini sudah merupakan panggilan kelima Meng Jingchan ke ponsel Guixiao dalam empat puluh menit, namun tetap tidak tersambung.
Kebetulan, kemarin malam Guixiao datang ke perusahaan dan lupa membawa kunci lemarinya sendiri, akhirnya meminjam lemari penyimpanan Kak Zen. Pagi ini si nak pulang malah lupa menaruh kunci tersebut di resepsionis, asal comot saja dibawa pulang...
Kak Zen... kunci mobil, kunci rumah, dompet, dan barang-barang lain semuanya ada di jaket yang disimpan di lemari penyimpanan...
Tentu saja perusahaan punya kunci cadangan lemari, namun karena menyangkut privasi dll, proses administrasinya sangat rumit (dulu lebih santai, tapi setelah beberapa kasus pencurian dan pelanggaran privasi, sekarang diperketat), mungkin butuh waktu setengah hari.
Saat ini... Kak Zen hanya punya ponsel di tangan, wajar kalau dia terus menelepon Guixiao... menagih si nak ini.
Tapi... tetap tidak tersambung.
"Hmm... mungkin tanya ketua tim nomor telepon rumahnya..." Kak Zen belum berpikir ke arah buruk, dia hanya menduga mungkin ponselnya ditaruh di area sinyal buruk atau hilang.
……
Sore hari, pukul empat lewat empat puluh sembilan menit.
Jarak lomba tanggal enam belas pukul 00.00, masih tersisa... tujuh jam, sebelas menit.
Wuu—— Wuu——
Mendengar suara getaran, Feng Bujue yang sedang membuka halaman web melirik layar ponsel di meja, melihat nomor tak dikenal.
"Lagi-lagi semacam promosi atau penipuan..." gumam Jue Ge sambil mengangkat ponsel dan menerima telepon.
Meski merasa ini mungkin telepon spam, dia tetap menerimanya. Pada dasarnya... Feng Bujue hanya perlu mendengar lima detik untuk mengetahui jenis teleponnya, lalu diam-diam menutup dan memblokir nomor tersebut.
"Halo, siapa ya?" sapa Jue Ge begitu mengangkat telepon.
"Eh... Halo, ini Feng Bujue?" Suara yang terdengar familiar menyapa dari seberang.
Jue Ge segera mengingat sumber suara tersebut: "Si Hisap-Minum-Bakar?"
"Wei wei... Meski kau tak tahu namaku, bisa panggil nickname gameku dong..." Kak Zen tidak marah, hanya agak menyebalkan, "Si Hisap-Minum-Bakar itu apa sih?"
"Dari mana kau dapat nomorku?" Feng Bujue mengabaikan celaannya dan langsung melontarkan pertanyaan yang lebih menarik baginya.
"Aku sekarang di kantor polisi, dapat info dari polisi." Jawaban Meng Jingchan cukup mengejutkan.
"Oh..." Feng Bujue manggut, lalu menyambung, "Ketahuan prostitusi terus perlu jaminan ya?"
"Kakak ah... Benar-benar harus kupanggil kakak nih..." Meng Jingchan menghela napas, "Dasar pemikiranmu kok bisa nyampe situ?"
“Sangat sederhana, dari gaya 'Si Hisap-Minum-Bakar'-mu, aku langsung mendapat kesan kamu sering mengunjungi tempat percakapan ringan kelas rendah.” Feng Bujue menjawab dengan nada malas, “Lalu kamu bilang meneleponku dari kantor polisi, berarti kemungkinan 80% kamu sedang sial kena razia anti prostitusi? Dalam kasusmu ini... memberi tahu keluarga, praktis tidak ada jalan keluar; meminta atasan di unit kerja atau teman datang menjamin... selain reputasimu akan hancur berantakan, kabar ini toh akan bocor juga; akhirnya, kamu berpikir untuk menghubungiku.”
Mendengar ini, Meng Jingchan di ujung telepon terdiam selama tiga puluh detik penuh.
“Saudara Feng... deduksi Anda cukup akurat, tapi prasangka Anda terhadapku terlalu berlebihan...” Kak Zen akhirnya mengeluarkan kalimat ini setelah lama terbata-bata.
“Baiklah, lalu apa sebenarnya masalahnya?” tanya Feng Bujue.
“Hmm... begini...” kata Meng Jingchan, “Guixiao... sepertinya diculik orang.”
“Hah?” Feng Bujue tertegun sebentar, “Sudah lapor polisi?”
“Sudah sejak siang.” Jawab Meng Jingchan, “Awalnya dianggap kasus hilang, ditambah dia pria dewasa, polisi tidak terlalu serius menanganinya... tapi kamu tahu, malam ini kita ada pertandingan penting... akhirnya pimpinan perusahaan game menggunakan koneksi untuk 'mempercepat' progres investigasi... satu jam yang lalu, polisi sudah dari rekaman monitor yang diambil...”
“Berhenti~ terima kasih!” Feng Bujue menyela, “Cukup jawab 'sudah lapor polisi'... tidak perlu cerita panjang lebar.”
"Saudara Feng……" Kak Zen menyambung, "Aku meneleponmu…… ingin meminta bantuanmu."
"Minta bantuanku?" Feng Bujue menyeringai sinis, "Ha…… bantuan macam apa?" Dia langsung mengeluarkan perkataan yang sangat tak tahu malu, "Meskipun Sastrawan besar sepertiku juga memiliki kemampuan detektif terkenal…… kasus seperti ini lebih baik diserahkan ke polisi." Dia berhenti sejenak, "Tenang~ Petugas kepolisian kita 'kalau serius' sangat hebat, kemampuan investigasi dan eksekusinya……"
"Saudara Feng." Tiba-tiba suara Meng Jingchan menjadi rendah dan serius, "Bukan aku tidak percaya kemampuan mereka…… tapi ada sesuatu dalam kasus ini."
"Oh?" Feng Bujue menangkap sesuatu dari nada bicaranya, "Maksudmu?"
"Tidak nyaman dibicarakan via telepon…… Bisakah kau datang ke kantor polisi?" jawab Meng Jingchan.
"Hmm……" Feng Bujue berpikir beberapa detik, "Bisa……" Sebelum lawan bicaranya merespon, dia langsung bertanya, "Kasih alamatnya."
……
Tiga puluh menit kemudian, Porsche silver berhenti di depan cabang kepolisian Kota S.
Dua pria turun dari mobil: Feng Bujue dan Wang Tanzhi.
Karena sudah konfirmasi sebelumnya via telepon, Meng Jingchan sudah menunggu di ambang pintu lobi resepsionis.
"Hei…… Kalian berdua, datang ke kantor polisi pakai Porsche……" Begitu sapaannya selesai, Kak Zen langsung mencela.
"Tak perlu dijelaskan, kami selalu rendah hati begini." Jawab Feng Bujue dengan tenang.
Dalam arti tertentu, dia tidak salah... Dibandingkan dengan mobil lain di rumah Xiao Tan, baik warna maupun harga mobil ini terlihat sangat rendah atau tidak mencolok...
"Hē hē... Baik... Baiklah..." Kak Zen benar-benar bingung bagaimana merespons, akhirnya mengalihkan topik, "Ngomong-ngomong, waktu terbatas, mari kita bahas urusan resmi dulu..."
Setelah mengucapkan itu, dia dengan penuh misteri menarik Jue Ge dan Xiao Tan ke samping, berdiri di sudut yang sepi di luar ruangan.
"Ini... Hanya untuk kalian berdua..." Meng Jingchan jelas juga orang pintar, dia tahu konten pembicaraan ini tidak boleh sampai ke keluarga Guixiao atau telinga polisi manapun, "Sebenarnya awalnya aku percaya pada polisi, tapi... tepat sebelum meneleponmu, aku tidak sengaja mendengar wakil kepala polisi sini sedang menelepon seseorang di toilet..." Dia melirik sekeliling lagi dengan hati-hati dan menurunkan volume suaranya, "Suara di toilet terdengar teredam, tapi suara dari ponsel jelas kudengar..." Dia berhenti setengah detik, menatap mata mereka, "Aku tidak tahu siapa di ujung telepon itu, tapi... dengan jelas kudengar dia menyuruh wakil kepala polisi itu mengulur penyelidikan... setidaknya sampai lewat jam dua subuh."
