Pukul sembilan malam, tiga jam menuju dimulainya pertandingan...
Depan komplek perumahan di Kota S.
"Komandan, semua pintu masuk-keluar komplek sudah diblokir. Jalanan di sekitar tembok perimeter juga telah diawasi." Seorang polisi pimpinan regu melapor di samping mobil Bao Qing.
"Baik, tetap siaga menunggu perintah." Bao Qing mengangguk sambil mengangkat walkie-talkie di tangannya.
Polisi itu membalas hormat lalu kembali ke posnya.
"Kalau begitu..." Dua detik kemudian, Bao Qing menoleh ke penumpang kursi belakang, "...rencana selanjutnya?"
Feng Bujue, Wang Tanzhi, dan Meng Jingchan duduk berjejer di kursi belakang mobil Phaeton. Bao Qing di kursi kopilot, sementara pengemudinya adalah rekan kerja dari Jiu Ke.
"Tunggu." Hanya satu kata jawaban Feng Bujue.
"Nunggu apa?" Xiao Tan bertanya sebelum Pak Bao sempat membuka mulut.
"Telepon." Feng Bujue menepuk-nepuk saku jaketnya.
"Yang ada di dalam kantongnya……adalah ponsel Zheng Xian."
"Maksudmu……" Bao Qing menyambung sambil berpikir, "……‘Perencana’ itu akan menelepon Zheng Xian lagi?"
"Belum tentu." Feng Bujue menjawab, "Karena itu aku akan menunggu sebentar."
"Eh... Saudara Feng." Kak Zen mulai gelisah, "Apa ini benar baik? Tujuan lawan kan memang membuat Guixiao tidak bisa datang ke lomba sebelum tengah malam... Mengulur waktu justru menguntungkan mereka?"
"Ha!" Jue Ge tertawa kering, "Kak Zen, sepertinya kau salah paham beberapa hal..."
Meng Jingchan bertanya dengan wajah bingung: "Apa yang salah?"
"Benar, tujuan lawan adalah menghalangi Guixiao ikut lomba..." Feng Bujue menjelaskan, "Tapi... ada banyak cara untuk mencapainya. ‘Mengulur waktu’ yang kau sebut hanya satu metode saja."
Saat sampai di sini, wajah Meng Jingchan berubah. Reaksinya cepat, setelah diingatkan Jue Ge... langsung menyadari keseriusan masalah.
"Sepertinya kau sudah paham..." Feng Bujue melanjutkan melihat perubahan ekspresi Kak Zen, "Ya, untuk membuat Guixiao tidak bisa bertanding... caranya sangat banyak; tidak perlu repot-repot ‘mengikat’... Langsung suruh orang mematahkan beberapa tulangnya, atau memberinya Gegar Otak ringan... Langsung tuntas."
"Lalu kenapa mereka tidak melakukannya?" Bao Qing bertanya saat ini.
"Ha... Tentu mereka punya alasan mereka sendiri..." Feng Bujue menyeringai sinis, "Menurut kesimpulan pribadiku... Ada lima kondisi umum saat perilaku abnormal yang menyimpang dari logika biasa muncul dalam proses kriminal: Pertama, sengaja mengacaukan investigasi; Kedua, melayani motif kejahatan; Ketiga, mengikuti tradisi tertentu (misalnya tradisi lama pencuri untuk buang air besar di TKP sebelum pergi); Keempat, ide spontan; Kelima, kebodohan."
Setelah menyimpulkan, Jue Ge berhenti sejenak selama dua detik lalu melanjutkan, "Ambil contoh kasus di depan kita, kurasa ini kondisi kedua..."
"Melayani motif 'dalang'?" Xiao Tan menyela.
"Benar." Feng Bujue membenarkan.
"Berbicara tentang ini..." Kak Zen menyambung, "Aku juga pernah mempertimbangkan... Jika Guixiao tidak bisa bertanding, penerima manfaat langsung adalah lawan kita 'Para Dewa'. Kalau begitu, apakah dalangnya berasal dari Studio Para Dewa?"
"Belum tentu..." Feng Bujue melirik sinis ke arah Kak Zen, "Para Dewa selalu menjadi studio yang patuh aturan. Sebagai insider, kalian seharusnya lebih paham daripada aku, bukan?"
"Memang sih... Tapi selain mereka..." Kak Zen bergumam, "Siapa lagi yang bisa diuntungkan?"
"Ha..." Feng Bujue tertawa, "Kenapa kamu masih berpikir di permukaan? Coba pikirkan aktivitas ilegal."
"Ini..." Sesuatu melintas di benak Meng Jingchan.
"Oh! Aku tahu!" Xiao Tan tiba-tiba berseru, "Taruhan di luar arena?"
"Akhirnya tebakanmu benar..." Feng Bujue membentangkan kedua tangannya, "Ini motif paling logis."
“Hmph...” Bao Qing mengikuti alur pikirnya, menyambung, “Penjelasan ini memang masuk akal...” Ia berbicara sambil berpikir, “Melihat popularitas dan pengaruh lomba hari ini, pasti ada bandar taruhan di luar arena, dan tidak cuma satu; sedangkan ‘dalang’ di balik kasus penculikan ini jelas sudah memasang taruhan besar untuk Para Dewa di salah satu bandar... harus MENANG...”
“Sepertinya ‘dalang’ itu sejak awal tidak berniat ‘bertaruh’, tapi langsung ‘MENANG’...” Feng Bujue mengambil alih pembicaraan, “Karena sudah memutuskan untuk mempengaruhi hasil pertandingan dengan cara di luar arena, tentu ia akan menaruh semua uangnya di tim underdog seperti Para Dewa yang odds-nya lebih tinggi...” Ia menggaruk dagu, “Lalu dia menghubungi ‘penyelenggara’ itu, mengatur drama hari ini.”
“Sang ‘penyelenggara’ memang sangat cerdik...” Bao Qing bergumam, “Dia merencanakan ‘penculikan’, bukan ‘serangan’; jika itu serangan... akan masuk kategori kejahatan kekerasan, polisi akan langsung turun tangan. Penculikan berbeda... selama mereka tidak minta tebusan, bahkan jika keluarga melapor, ini hanya akan dianggap kasus hilangnya orang... Lagipula yang hilang adalah pria dewasa, waktupun belum setengah hari, biasanya tidak akan ditanggapi serius.”
“Selain itu……” Feng Bujue melanjutkan, “Motif dalang juga bisa tertutupi dengan baik.” Ia mengetuk jarinya ke dahinya sendiri, “Jika yang terjadi hari ini adalah serangan, media-media besar besok pasti akan membuat judul - 'Atlet E-sport Ternama Diserang di Hari Event Penting'; Tapi dalam situasi sekarang… Jika semuanya berjalan sesuai rencana 'dalang' itu, media besok akan menulis 'Atlet E-sport Ternama Absen Tanpa Alasan di Event Penting, Pihak Terkait Klaim Sedang Ditahan Ilegal'……” Setelah berkata demikian, ia menatap Meng Jingchan, “Kau pahami, apa bedanya?”
“Yang pertama jelas-jelas ada pihak yang sengaja memanipulasi pertandingan.” Kak Zen berpikir beberapa detik lalu menjawab, “Yang kedua… jadi tidak jelas.”
“Dari uraian di atas……” Feng Bujue menyambung, “Dikombinasikan dengan tindakan Zheng Xian yang sengaja mengulur waktu investigasi atas perintah 'dalang'… Paling tidak pada tahap ini, rencana mereka seharusnya masih 'membatasi kebebasan pribadi Guixiao sebelum pertandingan dimulai'.” Ia berhenti sejenak, “Tapi… Jika kita salah menangani, atau memaksa mereka sampai terdesak… Bisa saja pihak lawan meningkatkan level aksi mereka……”
“Yang kau maksud 'salah menangani' bukan berarti……” Xiao Tan sepertinya sudah menebak sesuatu, matanya beralih ke jendela mobil.
“Mengganggu rumput dan menakuti ular.” Feng Bujue merangkum jawabannya dalam empat karakter.
“Lalu yang kau sebut 'peningkatan level aksi' itu……” Kak Zen bertanya lagi.
“Bukannya sudah jelas...” Jue Ge mengernyitkan matanya, "Cuma perlu satu telepon dari 'dalang', tiga eksekutor yang menyandera Guixiao bisa langsung memukulnya dengan pentungan. Menurutmu siapa yang lebih cepat, mereka atau kita?"
“Setelah kau bilang begitu...” Meng Jingchan mengerutkan kening, "Sepertinya kita tidak perlu menyelamatkannya..." Pandangan hidup Kak Zen jelas masih lumayan benar, "Lomba itu kecil, nyawa itu besar... Lagipula setelah waktu lomba habis mereka tetap akan melepas sandera. Lebih baik kita tunggu di sini... Utamakan keselamatan sandera."
“Iya...” Xiao Tan juga menyetujui, "Kalau-kalau saat menerobos kita malah memancing mereka, sampai terjadi pertumpahan darah..."
“Hmph... Kalian terlalu naif...” Pada detik ini, Feng Bujue mendengus dingin menyela ucapan mereka, "Sejak Zheng Xian dibawa ke ruang interogasi, kita sudah 'mengganggu rumput dan menakuti ular'. Urusan ini sudah tidak ada jalan mundur lagi..."
“Apa?” Bao Qing langsung terkejut mendengarnya.
“Apakah Zheng Xian sempat memberi kabar?” Xiao Tan dan Kak Zen juga bereaksi serupa.
Feng Bujue memandang ketiganya bergantian, bergumam berat: "Ha... Apa kalian lupa... Sebelumnya, Zheng Xian 'menerima' telepon dalang baru menjalankan tugas secara pasif. Lalu... sebelum itu, bagaimana 'dalang' tahu progres investigasi? Bagaimana dia tahu kalian sudah lapor polisi, di mana melapor, bahkan soal pembentukan tim khusus polisi?"
Begitu kata-kata ini meluncur, ekspresi semua orang di dalam mobil berubah drastis.
Wu——wu——
Tepat pada momen ini, suara getar ponsel... menggema dalam keheningan dan keheranan.
Feng Bujue mengambil ponsel Zheng Xian (yang telah dikeluarkan dari kantong barang bukti), melihat nomor pemanggil, lalu mengangkatnya: "Akhirnya kau menelepon juga, aku hampir tak sabar menunggu."
"Sebenarnya aku bisa saja tidak menelepon, hanya saja..." Suara serak yang jelas telah diolah terdengar dari seberang telepon, "Aku penasaran... siapakah sebenarnya kau?"
"Kesucian tak berani kuklaim, kegilaan mungkin lebih tepat." Jawab Feng Bujue sambil tertawa.
"Ha..." Suara itu juga tertawa, "Baiklah, Tuan Gila..." Ia langsung melemparkan pertanyaan, "Sepertinya kau berniat bermain satu ronde denganku?"
"Benar." Sahut Feng Bujue.
"Heh..." Lawan bicaranya menyeringai sinis, "Dalam situasi seperti ini, kau sungguh merasa masih bisa bermain?"
"Tentu saja." Jawab Jue Ge, "Hanya takut kau tidak berani."
"Hohoho... Ha ha ha..." Sang dalang tiba-tiba tertawa terbahak-bahak, "Kau menarik..." Setelah meredakan tawa, ia melanjutkan, "Tapi menarik belum tentu berarti mampu."
"Kau juga menarik." Feng Bujue menjawab dengan nada santai, "Aku mulai menanti-nanti reaksimu saat kalah telak."
Begitu kata-kata ini terucap, tiba-tiba hening menyergap seberang telepon...
Tiga detik kemudian, suara serak itu kembali berbicara: "Saya memberi Anda waktu lima belas menit untuk menemukan 'lokasi pasti target' dan mengirimkannya ke nomor ini via SMS." Dia berhenti sebentar setengah detik, "Lima belas menit kemudian, nomor ini akan kadaluwarsa. Jika saya belum menerima SMS, atau Anda mengirim jawaban salah... maka tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan."
"Ha..." Feng Bujue terkekeh dingin, melanjutkan, "Tidakkah Anda takut saya langsung mengerahkan orang untuk membobol pintu setelah menemukan target... Menyemprotkan gas air mata untuk mengendalikan seluruh ruangan sebelum Anda sempat memberi instruksi?"
"Silakan coba." Dalang menyelesaikan kalimat itu lalu menutup telepon...
