15 November, malam, pukul sembilan lewat empat puluh menit.
Ma Junxiao, alias pemain profesional terkenal "Tun Tian Gui Xiao", berhasil diselamatkan polisi.
Disebut "diselamatkan"... sebenarnya dia "dilepaskan".
Tak lama setelah Dong Feng ditangkap, tiga penculik itu menerima "perintah telepon" untuk melepas sandera. Meski ragu, mereka tetap melakukannya.
Beberapa menit kemudian, Guixiao yang telah meninggalkan gedung apartemen itu segera dilindungi oleh polisi yang bersembunyi di bayangan.
Malam, pukul sepuluh lewat lima belas menit, setelah berkumpul dengan keluarga, Guixiao pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan sederhana. Kemudian, atas keinginannya sendiri, dia pulang ke unit kerja bersama Kak Zen untuk mempersiapkan lomba.
Di sisi lain, tiga "pelaksana" yang menculik Guixiao, tepat pukul sepuluh malam menjalankan "skenario mundur", hasilnya... baru keluar pintu langsung ditangkap.
Tanpa sandera, polisi dengan mudah mengatasi mereka... Baru saat digiring ke mobil polisi, ketiganya akhirnya menyadari — instruksi terakhir itu rupanya bukan dari sang "pengatur".
Sayang... mereka terlambat curiga.
Atas instruksi Jiu Ke, polisi menetapkan tiga pelaksana tersebut sebagai tersangka utama, dan kasus ini dihentikan sampai di sini. Deputi Kepala Zheng dan mata-mata lainnya juga dipenjara tak lama kemudian... Tindakan mereka memang tidak bersih sejak awal, sehingga bisa diancam oleh Dongfeng; melalui peristiwa ini, keduanya akhirnya ditangani sekaligus.
Adapun Dongfeng... jatuh ke tangan Jiu Ke, bahkan Feng Bujue pun tidak tahu bagaimana nasib orang ini nantinya.
Bagaimanapun, Jue Ge tidak ikut Bao Qing ke markas besar Jiu Ke. Setelah memastikan Guixiao telah diselamatkan, dia meminta Xiao Tan (malam ini, dokter tampan dan kaya ini mengemudikan mobil mewah untuk mengantar temannya) mengantarnya pulang.
Melihat seluruh peristiwa hari ini, satu-satunya rahasia yang belum terungkap adalah... "identitas dalang", yaitu identitas orang yang membayar Dongfeng.
Tentu saja, siapakah orang ini... tidak terlalu penting. Setelah Dongfeng masuk Jiu Ke, pasti akan mengungkapkan identitas majikan ini. Bahkan jika dia benar-benar profesional dan bersikeras tidak bicara... Dengan kemampuan Kepala Departemen Gu (sebagai catatan, di masa mudanya Gu Chen terutama memiliki tiga profesi: dokter, Hunter Hantu, dan detektif), hanya melalui deduksi pun identitas dalang bisa diketahui.
"Memiliki aset yang sangat besar", "Mampu terlibat dalam perjudian ilegal skala besar", "Bisa menghubungi konsultan kriminal seperti Dongfeng"... Orang yang memenuhi kriteria ini sebenarnya tidak sulit dilacak. Feng Bujue juga menyadari hal ini, jadi dia tidak melakukan hal yang berlebihan dengan menggali lebih dalam petunjuk tentang dalangnya. Dia hanya menyelamatkan Guixiao, lalu pulang ke rumah sambil menyembunyikan prestasi dan reputasinya.
……
16 November, pukul 00.00.
Pertandingan semifinal terakhir Peak Battle S2 akhirnya dimulai setelah tertunda hampir dua puluh jam.
Atas permintaan Guixiao dan keluarganya, Order tidak merilis informasi apapun tentang kasus penculikan yang terjadi siang hari itu.
Di mata para penonton... semuanya berjalan normal, hanya menunggu hasil pertandingan yang seru.
Namun, tak ada yang menyangka bahwa hasil akhir pertandingan ini justru akan...
……
"Menyerah?" Hampir serempak Feng Bujue dan rekan-rekan timnya di ruang rapat mengucapkan kata ini dengan nada terkejut dan penuh keraguan saat melihat pengumuman tersebut.
Siapa sangka... pertarungan puncak antara Order melawan Para Dewa ini justru berakhir dengan cepat karena Para Dewa memilih menyerah.
"Tidak mungkin... ini sama sekali tidak masuk akal..." Hua Jian berkata penuh kebingungan setelah membaca berita.
"Jangan-jangan... kasus penculikan hari ini memang ada hubungannya dengan mereka?" Xiao Tan menatap Jue Ge, "Ketika mereka tahu Guixiao dalam keadaan selamat, mereka langsung merasa bersalah... lalu menyerah?"
"Tidak... Shi Long bukan tipe orang seperti itu." Feng Bujue menyahut dengan tegas seperti pedang yang memenggal paku.
"Shi Long, adalah nama asli 【Shiva】 di dunia nyata. Di dalam game, dia menggunakan nama dewa India, sedangkan di kehidupan nyata... dia juga memiliki nama yang cukup terkenal."
"Meskipun aku tidak terlalu dekat dengannya, tapi aku bisa melihat... karakter dan sifat orang ini cukup baik." Jue Ge menatap Xiao Tan, "Ngomong-ngomong... dia juga seorang anak orang kaya."
"Hei... kenapa setiap bahas anak orang kaya selalu melihat ke arahku..." Xiao Tan tak tahan mengeluh.
"Baiklah..." Feng Bujue berpaling ke tiga gadis cantik di tim, "Dia... juga anak orang kaya."
Belum sempat kata terucap, makanan ringan di tangan ketiganya sudah melayang dan menghantam wajah Jue Ge bersamaan.
"OK~OK~" Jue Ge mengusap wajahnya, lalu melanjutkan, "Dia mirip Jin Fugui... juga anak orang kaya."
Setelah itu, dia mengamati reaksi rekan tim... Saat mengambil contoh Atobe, semua tampak tidak keberatan.
Feng Bujue kemudian melanjutkan: "Seperti yang kita tahu, anak orang kaya juga ada levelnya... Misalnya keluarga kalian, levelnya setara dengan pangeran Arab. Keluarga Jin Fugui dengan properti tidak bergerak, asetnya lebih dari ratusan juta, tapi masih jauh di bawah kalian." Dia berhenti sejenak, "Sedangkan keluarga Shi Long... lebih kaya 10 kali lipat dari keluarga Jin Fugui. Makanya di usia awal 20-an dengan dukungan keluarga untuk memulai bisnis... Jin Fugui hanya bisa mulai dari studio game kecil, sedangkan Shi Lang langsung memulai dari perusahaan besar."
Jue Ge berkata sambil meneguk minuman di atas meja: "Sebagai catatan samping... Menurutku, dalam hal kemampuan operasional di dunia nyata, paling lama dua tahun, Jin Fugui akan bisa menyusul Shi Long; Jelas bahwa yang terakhir lebih cocok menjadi peserta profesional, dalam hal operasional... Shi Long hampir seperti bos tangan kosong. Selama beberapa tahun sejak berdirinya Para Dewa, urusan harian studio besar maupun kecil semuanya dikelola orang lain untuknya. Menurutku... Inilah alasan mengapa Para Dewa selalu tertinggal satu langkah di bawah Order; Pada dasarnya, Shi Long bukanlah pebisnis, dia sering melihat masalah dari sudut pandang pemain atau kapten tim, bukan dari perspektif kapitalis atau operator. Meskipun dari beberapa aspek, pendekatan seperti ini memiliki keunggulannya, tapi dalam jangka panjang... Tidak menguntungkan bagi profit dan perkembangan perusahaan."
"Sudah, jangan melenceng terlalu jauh." Hua Jian yang melihat semangat Jue Ge mulai berkobar segera mengembalikan topik pembicaraan, "Langsung saja, mengapa menurutmu dia tidak akan menggerakkan aksi penculikan?"
"Sederhana..." Feng Bujue menjawab, "Dari segi motivasi tidak masuk akal."
"Eh? Menurut logika umum... Bukankah dialah yang paling bermotif?" Xiao Tan bertanya.
"Tidak..." Xiao Ling yang sedang berpikir mendalam menyela, "Terlihat seperti itu, tapi faktanya justru sebaliknya..."
"Benar." Feng Bujue mengangguk, "Orang-orang hanya fokus pada 'hasil' pertandingan, tapi mengabaikan 'makna' dari pertandingan itu sendiri..."
"Nah, sampai di sini," mata Hua Jian berkilat, tiba-tiba tersadar, "Benar! Yang Shiva perhatikan bukan hanya 'hasil kemenangan', tapi lebih penting lagi 'proses meraih kemenangan' itu."
"Tepat." Jue Ge menjentikkan jari, melanjutkan, "Sejak peluncuran server《Taman Horor》, ID【Tun Tian Gui Xiao】selama ini mendominasi gelar 'terkuat'. Baik di daftar peringkat resmi perusahaan game, ranking buatan pemain, maupun pemberitaan berbagai media... dia diakui sebagai pemain nomor satu game ini. Awalnya... kekuatan 'Mabuk Hidup Mati' milik Order belum tentu melebihi 'Empat Raja Langit Para Dewa', tapi karena satu Guixiao, bahkan di bidang 'kekuatan tempur' yang paling dibanggakan Para Dewa pun mereka terkendali." Dia berhenti dua detik, lalu melanjutkan, "Satu-satunya cara mengubah situasi ini... adalah mengalahkan Order Tim Satu yang beranggotakan Guixiao dalam lomba, membuktikan kekuatan Para Dewa."
"Mengerti..." Ruo Yu di sampingnya mengikuti alur pikiran Jue Ge, bergumam, "Bagi Shiva, duel frontal melawan Order ini... mungkin lebih penting daripada final. Dialah yang paling tidak ingin Guixiao absen... karena dia perlu mengalahkan Order Tim Satu dengan Guixiao demi membuktikan nama Para Dewa. Sebaliknya... menang melawan tim tanpa Guixiao untuk masuk final tidak ada artinya."
"Benar..." Hua Jian menambahkan, "Jika hari ini Order kalah karena ketiadaan Guixiao... penilaian orang terhadap Guixiao justru akan semakin meningkat..."
"Jadi... Shi Long tidak punya alasan melakukan hal itu." Feng Bujue kembali berbicara, "Selain itu, motivasi 'menculik pemain utama lawan untuk lolos ke final' yang kita bahas tadi... hanyalah motif permukaan yang bisa dilihat semua orang. Motif sebenarnya..." (kini Jue Ge telah menceritakan semua kejadian siang hari kepada rekan-rekan tim) "...harusnya terkait perjudian gelap." Ia membentangkan kedua tangan, "Dan itu... semakin tidak mungkin terkait Shi Long... bukan saja keluarganya sudah berkecukupan dengan uang legal, tapi karakternya juga tipe yang anti judi. Aku sudah beberapa kali bertarung dengannya, gaya pertarungannya yang stabil mirip dengan【Pojun】dari Blade, benar-benar aliran rasional. Orang seperti ini secara mental sangat kuat dan bangga; psikologi untung-untungan atau mental penjudi dianggapnya kebiasaan buruk pihak lemah, rencana licik dan 'mengandalkan keberuntungan' juga bukan keahlian mereka... mereka tipe yang lebih suka menggunakan kekuatan untuk membuat lawan kalah dengan lapang dada."
"Sedangkan 'dalang' itu..." Hua Jian menyambung ucapan Jue Ge, "...cuma penjudi kotor belaka?"
“Ha……” Feng Bujue menyeringai sinis, “‘Penjudi’ dua karakter itu tidak pantas untuknya, ‘kotor’ juga kurang tepat, tapi aku mengerti maksudmu.” Ia mengangkat bahu, “Bagaimanapun, Shi Long pasti tidak terlibat dalam kasus penculikan hari ini, kemungkinan besar dia sama sekali tidak tahu kejadian siang hari……” Sambil berkata demikian, Jue Ge menatap langit-langit dengan ekspresi kontemplatif, “Para Dewa tiba-tiba menyerah…… pasti ada alasan lain……”
……
Tanggal enam belas, pukul tiga dua puluh dini hari.
Setelah dibombardir berbagai berita, email, dan telepon selama beberapa jam, Shi Long yang kelelahan akhirnya pulang ke rumah.
Sekitar tiga bulan lalu, Shi Long menggelar pernikahan dengan tunangannya, meskipun sebenarnya mereka sudah hidup bersama sejak beberapa tahun sebelumnya.
Rumah mereka adalah sebuah vila di dalam Kota S (vila di dalam kota sangat jarang, tapi tetap ada, tentu harganya sangat…… sangat mahal), letaknya tidak jauh dari markas besar Para Dewa, cukup sekitar sepuluh menit berkendara.
Istri Shi Long bekerja di perusahaannya sebagai asisten; mereka pergi dan pulang bersama setiap hari, sangat mesra.
Namun malam ini, setelah mengantar istrinya pulang dengan mobil, Shi Long menyuruhnya istirahat sendiri di kamar.
Sedangkan Shi Long sendiri…… pergi ke ruang perpustakaan, mengunci pintu, duduk di belakang meja tulis…… dan tenggelam dalam pikiran.
Sang istri tidak mengganggunya. Dia mengerti…… saat seperti ini tidak perlu bertanya atau berkata apapun.
Ini adalah momen dimana seorang pria membutuhkan ketenangan.
Namun sayangnya, keinginannya tak terkabul……
Huhuhu——
Setelah suara gesekan rol logam bergemuruh, setengah bagian rak buku di belakang Long bergeser ke samping.
Seorang pria muncul dari dalamnya.
Begitu mendengar suara itu, ekspresi Long berubah drastis. Ia menoleh tajam, dan yang terlihat adalah...
"Feng Bujue?" Long terkejut, "Bagaimana kamu bisa ada di rumah saya?" Setelah jeda setengah detik, ia melanjutkan, "Bagaimana kamu masuk ke ruang perlindungan?"
"Aku ingin berbicara, tapi kurasa kau akan sibuk malam ini." Feng Bujue tersenyum sambil melangkah keluar, lalu duduk santai di sofa sebelah meja tulis, "Dan... beberapa hal lebih mudah dibicarakan langsung, jadi aku datang sendiri."
"Aku tidak bertanya kenapa kau datang..." Ekspresi Long masih tidak ramah - hal yang wajar, karena bahkan sahabat baik yang menyusup diam-diam ke rumah pun akan membuatmu marah, apalagi hubungan mereka yang tidak begitu dekat, "Yang kutanya adalah BAGAIMANA kau masuk!"
“Oh... itu ya...” Feng Bujue menjawab dengan ekspresi malas, "Sistem keamanan rumahmu belum di-upgrade sejak kamu membeli vila ini kan? Meskipun masih cukup untuk mencegah pencuri kelas teri, tapi kalau menghadapi jagoan, semudah kertas jendela..." Sambil berbicara, dia mengeluarkan secarik kertas dari sakunya, "Ini... peta rute invasi saya, saya gambar sembari menunggu di ruang perlindungan tadi. Sudah ada penjelasan teknik penyusupan dan saran perbaikan sistem keamanannya. Kasih ke perusahaan keamanan biar mereka upgrade sistemnya. Saya jamin... setelah selesai, hanya agen level Ethan Hunt yang bisa masuk."
Shi Long menatap Jue Ge dengan pandangan kosong. Mulutnya diam seribu bahasa, tapi ribuan kuda liar berlarian dalam hatinya...
Setelah terdiam beberapa detik, Shi Long menerima kertas itu. Matanya menyapu cepat isinya, lalu melipatnya rapi-rapi sebelum menyimpannya di laci meja tulis...
“Oh, sekadar info, 'ruang perlindungan' itu saya temukan tanpa sengaja.” Setelah memberikan kertas, Feng Bujue menyandarkan kepala di tangan dan berbaring di sofa, berbicara santai seperti mengobrol, "Awalnya mau menunggu di perpustakaan, tapi saat menyusup... saya perhatikan ada struktur aneh di vila ini, jadi saya coba cari-cari..."
“Saudara Feng……” Shi Long saat ini tidak punya mood mendengar omong kosongnya, dia menyela Jue Ge dan berkata, “Saat ini… aku tidak ingin mengobrol denganmu. Entah kau seorang novelis atau pencuri internasional yang menyamar… saat ini, aku hanya ingin kau meninggalkan rumahku.” Ekspresinya sangat serius saat mengucapkan ini, “Aku tidak akan bicara kasar, hanya satu kalimat—‘Silakan pergi, atau aku akan melapor ke polisi’.”
“Melapor?” Mendengar ini, Feng Bujue sama sekali tidak bergerak dari sofa, dia menyunggingkan senyum penuh makna dan menjawab, “Ha… Kita berdua tahu bahwa masalah yang kau hadapi… tidak bisa diselesaikan oleh polisi…”
【Volume 6 (4) S2 Bab Penutup Senja Para Dewa】
