Kerajaan Necropolis, Kota Raja.
Di sinilah berdiri kastil Raja Gelap Abyss.
Sekaligus menjadi kuburannya...
Siapa sangka, penguasa Kerajaan Necropolis ini justru menjadi Pilar Pertama yang tumbang dalam "Senja Para Dewa".
Yang memicu hasil ini adalah lima karakter tangguh dari Alam Semesta Utama.
Mereka adalah: Zhuan Jiezun, Dianhu Wang, Samodiel, Duo Ling, dan Talium.
Dari segi kekuatan tempur, Zun Ge memang makhluk superior yang hanya berada di bawah Empat Pilar, sedangkan Lao Wang setelah kekuatannya pulih juga setara levelnya.
Adapun tiga lainnya... mereka pernah menjabat sebagai tangan kanan Empat Pilar; Samodiel pernah menjadi "Time Officer Terkuat", Duo Ling adalah "Pemimpin Sembilan Mayat Abadi", sedangkan Talium si "Pendeta Kutukan Dewa" selalu menjadi lengan kanan Pemimpin Segala Iblis.
Bahkan dari kekuatan yang terlihat sekalipun, ketiganya melebihi level Time Officer biasa, juri, atau Sembilan Mayat Abadi. Belum lagi... mereka diam-diam mendirikan Gereja Huanmo yang mengumpulkan kekuatan keyakinan dalam jumlah besar.
Lalu... muncul pertanyaan...
Mengapa kelima orang ini bersatu untuk melawan Raja Gelap Abyss?
Jawabannya sudah jelas... Feng Bujue yang menggerakkan dari balik layar.
Sejak setengah bulan lalu, tepatnya malam babak kedua semifinal, Jue Ge sudah berkoordinasi dengan trio Gereja Huanmo untuk merancang rencana pembasmian Raja Gelap Abyss.
Kunci rencana ini terletak pada "Fu Ling", mantan anggota Sembilan Mayat Abadi yang pernah disegel di Rawa Tinja Pulau Jumo.
Menurut Duo Ling, dulu dia dan Fu Ling pernah bertarung memperebutkan posisi pemimpin Sembilan Mayat Abadi. Secara kekuatan, Fu Ling sebenarnya lebih unggul. Tapi kelicikan Duo Ling jauh di atasnya - dia memanfaatkan berbagai cara untuk mendapatkan dukungan dari semua Sembilan Mayat Abadi lainnya...
Akhirnya Fu Ling kalah. Harga kekalahannya adalah kehancuran abadi...
Bertahun-tahun kemudian, secara kebetulan Feng Bujue membebaskan Fu Ling dari segel.
Peristiwa ini... menjadi titik balik.
Meski dalam keadaan terkurung, sebagai "arwah", kekuatannya akan bertambah selama dendam kesumatnya masih menyala.
Selama bertahun-tahun ini, bukannya melemah, kekuatan Fu Ling justru semakin mengerikan.
Setelah mempelajari sejarah persetergan Duo Ling dan Fu Ling, Feng Bujue menyusun siasat balas... menyutradarai drama pengalihan perhatian dan pembunuhan menggunakan tangan orang lain.
Dia pertama-tama menyuruh Duo Ling memerintahkan Nine Commanders untuk pergi ke lokasi yang ditentukan dan menunggu, kemudian tetap menggunakan Duo Ling sebagai umpan... untuk menarik Fu Ling ke sana juga. Setelah kedua pihak bertemu, tidak diragukan lagi akan terjadi pertarungan sengit tanpa basa-basi yang hanya akan berakhir dengan hidup atau mati.
Sementara Duo Ling sendiri tetap berada di luar konflik... Saat Nine Commanders bertarung sengit dengan Fu Ling, dia bersama dua rekan sejawat dari Gereja Huanmo dengan cepat bergabung, lalu membawa Zun Ge dan Lao Wang langsung menerjang ke Kota Raja.
Situasi pertempuran di pihak Fu Ling tidak menjadi masalah, bagaimanapun juga Nine Commanders tidak akan bisa melepaskan diri dalam waktu singkat. Jadi... di Kota Raja sementara ini hanya tersisa pasukan rendahan untuk berjaga.
Di hadapan kelima dewa perang yang menakutkan itu, pasukan rendahan memang tidak akan banyak berpengaruh, apalagi... situasi pertahanan Kota Raja, distribusi pasukan, dll, semuanya telah dikuasai Duo Ling. Dengan kerja sama dari dalam dan luar, pasukan roh mati itu pada dasarnya langsung hancur begitu diserang.
Tentu saja, Raja Gelap Abyss sendiri juga sangat kuat, tidak mudah untuk dikalahkan...
Di antara Empat Pilar, jika berbicara tentang duel satu lawan satu berhadapan langsung——Pemimpin Segala Iblis di peringkat pertama, maka Raja Gelap Abyss adalah yang kedua.
Dewa yang menguasai kekuatan necromancy ini memang sulit ditangani, namun kelima orang yang datang untuk mengepungnya... juga bukan lawan sembarangan.
"Raja Gelap Abyss menghadapi lima sampah ini jika masih bisa 1v5 menyelesaikan balas menang, maka dia tidak perlu lagi melatih Sembilan Mayat Abadi. Mungkin dia bahkan bisa mengalahkan dua Dewa Pilar dalam pertarungan satu lawan satu... Jika kecerdasannya cukup, ditambah taktik menjalin aliansi jauh dan menyerang dekat, menganeksasi kekuatan tiga dewa lainnya hanyalah masalah waktu."
Sayangnya, itu semua hanya hipotesis. Kenyataannya... Saat lima orang (secara ketat tidak ada satu pun manusia) ini muncul bersama-sama, Raja Gelap Abyss telah menyadari... Bahwa dirinya bahkan tidak memiliki setitik peluang menang.
Pada akhirnya, raja Kerajaan Necropolis ini memilih sebuah akhir yang bermartabat.
Dia tidak melakukan perlawanan sia-sia atau mencoba membalas, juga tidak berpikir untuk menyeret orang lain mati bersamanya...
Terhadap "kematian", dia seolah memiliki pandangan uniknya sendiri.
Di dalam jantungnya tidak ada ketakutan, sebaliknya... Dia menyimpan penerimaan, menampakkan kelelahan.
Waktunya telah tiba, senja akan datang, eranya telah berakhir.
Panggung era baru akan diserahkan kepada faksi-faksi yang baru bangkit...
Pada momen terakhir, Raja Gelap Abyss melepas "Mahkota Roh Mati" dari kepalanya, meletakkannya perlahan di atas tahta kerajaan, lalu... berbalik dengan muram, menghilang... Kembali ke arus data, menjadi bagian dari dunia ini.
Setelah dia benar-benar lenyap, Duo Ling... mulai berbicara.
"Tuan-tuan..." matanya menyapu empat orang di sekitarnya, bergumam berat bertanya, "...Ada yang ingin merebut tahta ini?"
Duo Ling kini bukan lagi tengkorak raksasa yang melayang di udara.
Setelah menelan 【Wo Ca Lei Nao De Zhu Gu】 yang diberikan Feng Bujue, di bawah pengaruh Efek level 2 item tersebut ——【Menyajikan Jamur Tambahan untuk Anda~ (Secara permanen mengubah gaya visual seorang NPC)】, penampilan Duo Ling berubah menjadi humanoid.
Kini tubuhnya menyerupai patung es humanoid yang terbuat dari kristal es biru muda. Melalui kulit dan daging es semi-transparannya, terlihat jelas kerangka manusia di dalam tubuhnya serta banyak titik cahaya biru yang terus mengambang di dalam tubuhnya seperti kunang-kunang.
"Hmph... Tidak perlu sungkan dengan kami." Penampilan Dianhu Wang tetap seperti anak kecil, namun nada bicaranya sama sekali tidak sopan, "Dari awal kami memang tidak tertarik dengan tahta ini."
"He he... Bukankah kau dan Feng Bujue sudah membuat kesepakatan tentang kepemilikan mahkota ini?" Sikap Zhuanjiezun jauh lebih matang. Ia tersenyum kepada Duo Ling, "Mengapa perlu bertanya lagi?" Matanya berkilat dingin, "Mungkinkah... kau sedang menguji reaksi kami?"
Duo Ling tidak menjawab pertanyaan itu. Ia pura-pura tidak mendengar separuh kalimat terakhir lawannya, lalu menoleh memandang Samodiel dan Talium.
Kedua iblis yang telah bersekongkol dengannya selama bertahun-tahun itu tentu tidak memiliki keberatan.
Maka, Duo Ling mulai melangkah maju menuju takhta...
"Baik, karena tidak ada yang keberatan..." Duo Ling menaiki tangga menuju takhta sambil berkata, "Aku... akan naik tahta ini."
"Mulai sekarang, semua makhluk hina."
"Penebusan yang hina."
"Bimbingan munafik."
"Siklus keputusasaan."
"Segalanya... akan lenyap, dan bereinkarnasi dalam kehancuran."
"Aku..." Duo Ling bergumam berat sepanjang jalan, saat mencapai bagian ini, tepat tiba di depan takhta sambil mengangkat Mahkota Roh Mati, "...akan dinobatkan sebagai..."
Chiii——
Tepat saat Duo Ling hendak mengenakan mahkota dan mengucapkan kata terakhir "Raja"... sebuah sinar kematian tiba-tiba menyambar!
Dalam sekejap, energi tersebut berhasil menjatuhkan mahkota dari tangannya ke lantai.
Suara perempuan dingin... pun bergema.
"Kau... pantaskah?"
