Pada dini hari tanggal 19 November, kompetisi Peak Battle S2 resmi berakhir.
Akhirnya, tim yang sepenuhnya terdiri dari pemain non-profesional——【Garis Depan Neraka】, memenangkan gelar juara S2.
Meskipun hanya dua anggota tim mereka yang bertarung dengan anggota tim lain, hal ini tidak menghalangi kesuksesan mereka meraih gelar juara. Sebab ketika anggota tim lain telah gugur dalam formasi atau dipaksa dikeluarkan dari Quest, Garis Depan Neraka masih memiliki tiga anggota yang tetap berada di Alam Semesta Utama dengan selamat.
Dalam lomba ini, Feng Bujue sepenuhnya menunjukkan seberapa besar peran "memanfaatkan momentum". Hanya dengan melihat bagian "pertandingan"... Jelas bahwa dia telah menyusun strategi jauh sebelum "Senja Para Dewa". Pada hari pertandingan, saat para anggota Order, Negara Berperang, dan Aliansi Sampah masih bingung, Feng Bujue telah memasukkan mereka semua ke dalam rencananya, memanfaatkan berbagai faksi... untuk mengatasi lawan satu per satu.
Sedangkan bagian di luar pertandingan, yaitu masalah "invasi multidimensi", Dream Company tetap menggunakan cara lama - "ini adalah Peristiwa Besar sebelum pembaruan versi" untuk membohongi publik.
Malam itu, semua pemain yang "mati" dalam bencana mendapatkan kembali kesadaran mereka pada dini hari, dan kembali dengan selamat ke dunia nyata.
Dewan melakukan sedikit koreksi pada ingatan mereka, membuat mereka tidak dapat menyadari fakta bahwa "waktu nyata pernah terhenti", serta membuat mereka tertidur sebentar setelah aliran waktu kembali bergerak.
Hingga pukul 12.37 dini hari, server game tiba-tiba ditutup, dan semua pemain dipaksa offline.
Saat bangun, para pemain juga tidak akan mempertanyakan perbedaan waktu, karena dengan rasio konversi 1:10, tiga puluh tujuh menit setara dengan lebih dari enam jam - waktu yang mereka rasakan tidak jauh berbeda dengan "pengalaman" yang baru saja mereka jalani.
Namun, setelah pertandingan berakhir, masih banyak yang meragukan berbagai settingan final S2 ini. Dan Studio Order, tak diragukan lagi termasuk salah satunya...
Meski anggota Order Tim 1 menyatakan menerima kekalahan, jajaran pimpinan studio jelas-jelas tidak puas.
Manajemen semula mengira... gelar juara kali ini sudah dalam genggaman. Bagaimanapun juga, pesaing terbesar Para Dewa sudah mengundurkan diri, sementara formasi tim impian mereka sama sekali tidak punya alasan untuk kalah.
Tak disangka, hasilnya tetap saja tak berhasil meraih gelar juara...
Apalagi, final kali ini bahkan tidak ada rekaman sama sekali. Pihak studio sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam quest. Terus terang... sekalipun Dream Company melakukan manipulasi dalam pertandingan, mereka tidak punya bukti dan hanya bisa menonton pasif.
Tentu saja, meski ada keraguan dan ketidakpuasan, Order tetaplah Order, bukan Corpse Blade.
Andai ini Corpse Blade, setelah mengalami hal seperti ini pasti akan langsung mengerahkan pasukan bayaran besar-besaran di internet untuk memfitnah Dream Company tanpa dasar, berteriak-teriak seolah-olah sebagai Ksatria Keadilan dan mulai berkonfrontasi.
Tapi kalau Order ingin berkonfrontasi dengan Dream Company, mereka tak akan menggunakan cara tidak bermartabat seperti perempuan penggemar drama. Cara Order adalah... langsung mengirim staf humas dan departemen hukum untuk melakukan negosiasi tertutup dengan pihak terkait Dream Company.
Pada tahun-tahun sebelumnya, Order pernah menggunakan cara ini untuk memperjuangkan banyak kepentingan mereka sendiri.
Sebenarnya, banyak perusahaan game/agen game di dalam negeri pada dasarnya sangat rapuh. Sebagian besar dijalankan dengan mentalitas "mencari uang cepat". Praktik umum biasanya mengimpor atau meniru game online ala Korea, atau mengembangkan game mobile/web dengan gameplay buruk yang murni menipu pemain, mengandalkan promosi vulgar untuk menarik pengguna... Setelah beberapa tahun, ketika profitabilitas mulai turun, mereka akan kabur dan memulai bisnis baru.
Perusahaan game semacam ini bertebaran di mana-mana. Jika melihat tanggal pendiriannya di kantor administrasi, 80-90% adalah cangkang kosong yang beroperasi kurang dari setahun. Investigasi sederhana akan mengungkap banyak pelanggaran.
Jadi ketika perusahaan besar seperti Order datang dengan sikap "serius berurusan" untuk bernegosiasi, sebagian besar memilih kompromi. Yang tidak menyerah biasanya tipe "babi mati yang tak takut air mendidih" - perusahaan yang bahkan tidak bisa bertahan beberapa tahun dan mungkin kabur kapan saja.
Namun, Dream Company... sangat berbeda dengan lawan yang pernah dihadapi Order sebelumnya.
Sikap mereka bisa disimpulkan sebagai: Bahkan jika pemerintah bernegosiasi dengan teroris, kami TIDAK akan bernegosiasi dengan kalian.
Tidak puas dengan hasil pertandingan? Urusan kami apa? Tidak terima? Silakan pergi.
Menyewa buzzer internet untuk menghujat kami? Silahkan, asal tidak keterlaluan. Jika berlebihan, kami akan buat program buzzer cerdas dengan optical computer yang akan menghantam kalian seumur hidup.
Mengancam seluruh studio akan keluar dari game? Oh, silakan pergi, tidak usah diantar.
Mengaktifkan serangan hacker ke server kami? Percaya tidak kalau kami bisa meledakkan hacker-hacker itu di depan layar komputer?
Menempuh jalur hukum untuk menggugat kami? Boleh, kalau bisa MENANG, nama bos kami akan ditulis terbalik mulai hari ini.
Apa? Punya koneksi di atas? Tenang, orang di atas kami bisa membuat orang di atas kalian lenyap dari Bumi.
Semua ini merupakan alur negosiasi yang dikonfirmasi langsung oleh BOSS utama Dream Company, yaitu Woody sendiri. Ini baru sebagian... versi lengkapnya jika dicetak bisa setebal buku kecil, mencakup hampir semua pertanyaan yang mungkin muncul saat negosiasi.
Tidak hanya itu, Woody pernah secara pribadi datang ke Departemen Keamanan perusahaan untuk mengajarkan satpam cara memukul orang semaksimal mungkin tanpa meninggalkan luka terdeteksi. Ini untuk mencegah tamu "berkualitas rendah" melakukan tindakan ekstrem pasca-kegagalan negosiasi.
Singkatnya, berbagai studio yang dipimpin Order telah "bernegosiasi" dengan Dream Company setelah pertandingan, dan semuanya pulang dengan hidung babak belur...
Meski penuh dendam, mereka tak bisa berbuat apa-apa.
Soal "keluar" dan ancaman sejenis, itu hanya omong kosong belaka. Tak mungkin ada yang benar-benar melakukannya.
"Semua orang tahu, setelah kompetisi ini, popularitas Taman Horor semakin melonjak. Basis pemain yang terus bertambah dan tingkat pembayaran pemain yang sangat tinggi, semuanya mengindikasikan peluang bisnis yang besar. Seperti kata pepatah bisnis, demi hal ini saja, berbagai studio besar harus menelan ludah... Pada dasarnya, yang mereka kejar bukanlah 'keadilan kompetisi', melainkan keuntungan belaka. Selama semua pihak bisa mendapat untung, hal-hal kecil seperti ini... bisa ditahan."
Hingga sore tanggal 20 November, berbagai laporan, diskusi, dan celaan tentang Peak Battle di internet dan media besar masih berlangsung dengan penuh semangat.
Namun, tak ada yang menyadari... pertempuran diam-diam antara studio game dan perusahaan game telah berakhir dengan cepat dan senyap.
Bagaimanapun bagi Dream Company, menghadapi raksasa-raksasa industri game hanyalah urusan sampingan yang mudah. Seluruh perhatian perusahaan kini telah terfokus pada persiapan terkait "versi baru"...
