Alam semesta sangat luas, tapi krisis yang "bisa menghancurkan sebuah galaksi" tidak sering terjadi.
Jika krisis level B ke atas benar-benar sering muncul, jumlah pahlawan level galaksi pasti tidak akan cukup, mengingat setiap menjalankan quest mereka selalu menanggung risiko kematian.
Karena itu, meski Feng Bujue sudah dipromosikan ke "level galaksi", dia tidak langsung bisa menangani krisis level tinggi.
Misalnya saat ini, setelah membuka antarmuka [Penerimaan Quest Pahlawan & Bantuan Tim] selama lebih dari dua puluh menit, tidak ada satupun krisis di atas level B yang ditemukannya.
"Mana masuk akal..." Feng Bujue jelas sangat kecewa dengan situasi ini, "Apa yang dilakukan para penjahat di alam semesta ini? Kalau tidak mau menguasai alam semesta ngapain masuk kubu jahat! Mending cari kerjaan beneran saja!"
Dalam arti tertentu... logikanya ini memang tidak salah.
"Yaah... tidak ada pilihan, harus mulai dari krisis level C dulu." Meski menggerutu, Jue Ge tidak mau membuang waktu lagi. Dia memutuskan untuk mengalah untuk sementara... mencari kasus penghancuran bintang untuk ditangani.
Jenis "krisis level C" seperti ini... sebenarnya tidak terlalu banyak, tapi memang terjadi setiap hari (setiap 24 minggu galaksi).
Lagipula, "planet" jauh lebih banyak daripada "galaksi", dan dari segi teknikal... "menguasai sebuah planet" jelas lebih mudah dibanding "menguasai galaksi" apalagi "menguasai seluruh alam semesta". Atau bisa dibilang... lebih bisa diandalkan.
Jadi, para penjahat besar di alam semesta ini kebanyakan juga memulai dari "menguasai planet".
Para penjahat tidak dibedakan berdasarkan level, tapi bisa diklasifikasikan berdasarkan skala ambisi.
Pada dasarnya, mereka bisa dibagi menjadi——
Tipe "Laozi adalah dewa".
Tipe "Laozi adalah Kaisar alam semesta".
Tipe "Laozi adalah penguasa galaksi ini".
Tipe "Laozi akan menjadi Raja di planet ini dan wilayah sekitarnya".
Tipe "Laozi akan menguasai planet ini".
Tipe "Laozi akan menaklukkan dunia" (Catatan: Perbedaan dengan tipe sebelumnya adalah... mereka mungkin belum tahu ada peradaban lain di alam semesta).
Tipe "Laozi akan menaklukkan negara ini".
Tipe "Laozi akan menjadi raja lokal di kota ini".
Tipe "Laozi akan menjadi preman wilayah ini".
Serta tipe "Laozi hari ini bersumpah akan merampok bank di seberang jalan".
Tentu saja... tiga tipe terakhir itu, dalam arti sederhana adalah "geng kriminal", "preman" dan "perampok". Biasanya, polisi dan lembaga investigasi pemerintah bisa menangani mereka. Di antara pahlawan super, hanya pahlawan tingkat kota yang sering berurusan dengan mereka; jika pahlawan tingkat planet yang turun tangan, tiga jenis penjahat terakhir ini sama sekali tak akan mampu melawan.
Dalam 【krisis peringkat C】yang akan ditangani Feng Bujue, lawan yang mereka hadapi umumnya berada di tingkat antara "Laozi ingin menguasai dunia" dan "Laozi ingin menjadi raja planet". Misalnya, Jenderal Quirk dari Planet Slough termasuk dalam level ini.
Adapun kekuatan penjahat di level ini... juga bervariasi tergantung planet.
Sebagai contoh, menjadi penguasa di planet Saiyan versus di Planet Slough... jelas dua hal yang berbeda.
Sama-sama penguasa planet, untuk menguasai planet Saiyan minimal butuh kekuatan tempur 10.000 (Raja Vegeta hanya 8.000), tapi untuk menguasai Slough... 800 saja sudah lebih dari cukup.
Faktanya, menurut standar "kekuatan tempur", Quirk mungkin bahkan tidak mencapai 100... karena gravitasi Planet Slough 1.8 Bèng Bèng (unit penghitungan gravitasi alam semesta ini, Bumi 2.3 Bèng Bèng). Dengan kekuatannya... dia hanya bisa bertarung melawan pahlawan "Aliansi Slur"; jika bertemu Feng Bujue... hasilnya adalah tamparan pertama membuatnya terbang, tamparan kedua meregang nyawa.
Mungkin... justru karena lawan utama dalam krisis peringkat C yang ditangani Jue Ge sebelumnya adalah Quirk (Dewa Mayat Darah adalah insiden tak terduga, jika dihitung, misi ini sejak awal bukan peringkat C), timbul ilusi "krisis C terlalu lemah sampai aku malas datang" padanya...
……
Dua puluh menit kemudian, di dalam pesawat "Hua Rong Dao", Pelabuhan Antariksa Nomor Empat Liga Super Semesta.
"Pesawat ini memiliki sejarah panjang, dikatakan sebagai peninggalan dari perang antarbintang ratus tahun yang lalu. Bersama dengannya, tersebar juga cerita tentang 'pilot aset berharga dan pesawat legenda'."
Tentu saja, cerita tetaplah cerita. Bahkan "sejarah resmi" pun bisa dipertanyakan dan dilupakan seiring waktu; "Cerita" semacam ini... setelah bertahun-tahun, meski tidak "memudar", sudah pasti "terdistorsi"... tak ada lagi yang menganggapnya serius.
Para penumpang yang menggunakan pesawat ini sekarang hanya memperhatikan...
"Sial... masalah apa dengan tempat duduk ini? Markas besar tidak bisa menemukan kapal yang lebih layak?"
Di kabin belakang Hua Rong Dao, seorang pria berbaju jumpsuit hijau kebiruan yang memakai helm kuning (helm ini tidak terkait pertarungan, hanya memiliki kaca optik di bagian depan untuk menyamarkan wajah pengguna) dengan ukuran tubuh (secara proporsional) sekitar dua kali lipat lebih besar dari manusia bumi, menggerutu di tempat duduknya.
“Hē hē…” Ucapnya belum selesai, gorila yang duduk di hadapannya (ya, seekor gorila lengkap dengan zirah logam) langsung menanggapi sambil tertawa, “‘Adik Bintang Jatuh Hijau’… Ini karena kamu kurang pengalaman.” Harus diakui… Suara gorila ini sangat tidak selaras dengan penampilannya. Jika hanya mendengar suaranya tanpa melihat wajah, orang mungkin mengira yang berbicara adalah pria paruh baya yang bijaksana, “Untuk pesawat militer model lama seperti ini, kenyamanan sama sekali tidak dipertimbangkan dalam desainnya. Alasan kabin belakang dibangun begitu luas sebenarnya untuk pasukan penerjun zirah dengan eksoskeleton penuh. Dulu, di dalam kabin pesawat ini bahkan tidak ada tempat duduk. ‘Penumpang’ akan berbaris berdiri, diikat dengan penyangga logam. Begitu sampai di lokasi target… dasar kabin terbuka, penyangga dilepas, mereka lalu diterjunkan seperti bom.”
“Hmph…” Bintang Jatuh Hijau mencibir, “Kalau begitu… sekarang kita harus bersyukur bisa duduk di kursi yang tidak nyaman ini?”
“Sudahlah, ngapain mengeluh.” Seorang pahlawan lain yang duduk di belakang mereka menyela, “Kamu datang untuk misi kepahlawanan atau jalan-jalan?”
Karakter yang berbicara kali ini mengenakan kostum koboi, di dadunya terpasang lencana bintang keemasan yang tampak autentik, persis seperti penampilan Sheriff dalam film koboi. Namun, makhluk ini juga bukan manusia bumi, melainkan "manusia berkepala kuda" - kepala kuda dengan tubuh manusia, berotot dan garang; lengannya sebesar paha manusia, kakinya sebesar pinggang manusia, ujung kedua kakinya berbentuk kuku (dipasang tapal kuda), sedangkan kedua tangannya memiliki struktur empat jari.
"Ah... Sudahlah." Hijau Meteor mengangkat bahu, "Perjalanan hanya setengah minggu galaksi, bisa ditahan..." Dia berhenti sejenak, "Eh? Ngomong-ngomong... Masih ada satu orang lagi kan? Waktu keberangkatan sudah satu hari kosmik yang lalu, kenapa dia belum datang?"
Sebut Cao Cao, Cao Cao pun datang...
Sebelum Hijau Meteor selesai bicara, pintu penghubung kabin belakang dan jembatan kapal terbuka. Di bawah tatapan tiga pasang mata binatang buas, masuklah seorang manusia bumi bertubuh kurus mengenakan jas panjang ungu.
"Maaf, aku terlambat." Setelah masuk ke kabin, Feng Bujue menyapu tiga makhluk itu dengan pandangannya, meminta maaf dengan nada tanpa penyesalan.
"Hē hē... Kami tidak buru-buru." Gerutu Hijau Meteor kesal, "Cuma tidak tahu berapa banyak nyawa yang akan mati di planet yang sedang krisis ini selama satu hari kosmik."
Ucapannya sebenarnya hanya kalimat emosional, karena dia juga merasakan permintaan maaf Jue Ge sama sekali tidak tulus.
Tak disangka...
"Kalau semua orang mati, apakah kita jadi tidak perlu pergi?" Justru Feng Bujue balas merespons dengan kalimat ini.
“Hmm？”Meteor Hijau langsung melotot padanya，“Apa maksudmu ini?”
“Tidak apa, aku hanya mendengar ceritamu tentang mayat, lalu terpikir pada satu kemungkinan.” Feng Bujue menjawab dengan tenang sambil menuju ke kursi kosong，“Sebenarnya, aku juga penasaran...” Ia memandang dua pahlawan lain dalam pod，“Jika saat kita menuju lokasi krisis, planet itu sudah hancur, bagaimana hitungannya? Apakah dianggap gagal quest? Atau kita harus pergi ke sana untuk urusan administrasi?”
Saat suara Jue Ge menghilang, keheningan canggung menyelimuti...
Beberapa saat kemudian, gorila itu kembali berbicara: “Kasus seperti ini... memang pernah terjadi sebelumnya. Cara penanganannya disesuaikan dengan situasi. Biasanya kita tetap akan melanjutkan perjalanan, minimal bisa menyelamatkan penyintas secepatnya. Jika benar-benar tidak ada yang selamat, kita bisa segera membereskan sumber masalah.”
“Oh... Begitu ya...” sahut Feng Bujue.
“Pemuda... apakah kau baru naik ke level planet?” Di detik berikutnya, kepala kuda itu bertanya pada Jue Ge，“Semua pahlawan level planet ke atas di Aliansi sudah kukenal, tapi belum pernah melihatmu.”
Dalam sistem quest, persyaratan tugas ini adalah “lima pahlawan level planet ke atas” yang harus dikerahkan. Jadi yang ada di kapal ini pasti bukan level kota.
“Ah... Salam kenal, aku Poker Xia.” Feng Bujue tetap dengan sikap lesunya, menjawab dengan nada malas dan raut acuh，“Saya baru saja bergabung dengan Aliansi, di banyak hal... masih mengharapkan bimbingan Tuan-tuan.”
“Hē hē……Begitu rupanya.” Gorila itu tersenyum lagi dan mulai membantu Jue Ge mencari alasan, “Mengingat ini peserta baru, keterlambatan sebentar masih bisa dimaklumi. Waktu pertama kali masuk Liga Super Semesta, aku juga tersesat mencari jalan.”
“Ah…” Meski berkarakter keras, Bintang Jatuh Hijau bukanlah orang jahat. Setelah mendengar penjelasan Jue Ge dan gorila, sikapnya melunak, “Benar-benar tidak bisa, lain kali kamu harus lebih hati-hati. Jika kita terlambat, di sana benar-benar bisa ada korban jiwa.”
Bip——
Saat mereka berbicara, suara elektronik terdengar dari pengeras suara di langit-langit kabin. Suara melengking kemudian berkata melalui pengeras suara: “Sudah duduk rapi? Akan segera berangkat. Kita sudah terlambat satu hari kosmik dari jadwal, tidak ada waktu untuk berlama-lama lagi.”
Jelas, yang berbicara adalah pilot pesawat ini… dan dia juga seorang pahlawan.
……
Beberapa menit kemudian, pesawat telah meninggalkan markas besar Liga Super Semesta dan memasuki "Mode Lompatan Ruang".
Di dalam terowongan lompatan ruang, pesawat bergerak sangat stabil. Penumpang di kabin belakang hampir tidak merasakan sensasi berkendara.
Tiba-tiba, Bintang Jatuh Hijau seakan teringat sesuatu. Ia menoleh ke Jue Ge yang duduk di barisan belakang: “Ngomong-ngomong, peserta baru, kamu belum tahu nama pahlawan kami kan?”
Feng Bujue berpikir sejenak sebelum menjawab: “Hmph… Tidak.”
“Hehe…” Bintang Jatuh Hijau berkata, “Kebetulan, kita bisa bermain 'Game Tebak Nama'.”
“Oh?” Feng Bujue kali ini malah tertarik, karena dia paling suka bermain game jenis ini dengan orang lain……“Bagaimana cara bermainnya?”
“Hē hē... permainan yang sangat sederhana.” Gorila menoleh sambil menyambung ucapan Meteor Hijau, “Coba tebak nama pahlawan dan kemampuan kami. Asalkan kamu bisa menebak lebih dari separuh nama pahlawan dalam misi ini, atau menebak kemampuan kami, kamu bisa jadi leader tim operasi ini.”
“Ini permainan yang sering dimainkan saat seluruh anggota tim adalah pahlawan level planet dan saling tidak kenal.” Brother Horse Head menambahkan penjelasan, “Bagaimana? Poker Xia, mau coba?”
“Baik... aku akan coba.” Feng Bujue tertawa, “Ngomong-ngomong, reputasi pilot pesawat tidak perlu ditebak kan? Aku belum melihatnya sejak naik pesawat.”
Sebelum tiga orang di kabin sempat menjawab, suara dari pengeras suara terdengar: “Tidak perlu.”
Tampaknya... kabin belakang pesawat ini selalu diawasi.
“Ha...” Jue Ge tertawa kering lalu menatap gorila itu, “Kalau begitu tebak kamu dulu.”
“Boleh saja.” Lawannya balas tersenyum.
“Berapa kesempatan yang kudapat?” tanya Feng Bujue.
“Bebas menebak kemampuan atau nama pahlawan, total empat kesempatan.” Gorila itu menjawab lagi.
“Xing Xing Xia? Zirah Gorila? Jenderal Gorila? Leader Gorila?” Seketika itu juga, Feng Bujue langsung menebak empat kali, semuanya menebak nama pahlawan.
“Hē hē…… Maaf, hampir benar.” Gorila tertawa, “Nama pahlawanku adalah 'Pemakan Pisang'.”
Saat mendengar tiga kata itu, sudut mulut Feng Bujue berkedut dua kali, dalam hati dia mencela: “Ini namanya hampir benar? Beda jauh banget, ya? Kalau mau dianalogikan seperti perbedaan antara 'manusia' dan 'hentai', bukan?”
“Baiklah...” Feng Bujue putar kepala dengan frustasi, lalu melihat acak ke Bintang Jatuh Hijau, “Kurasa kamu... Pahlawan Mentimun?”
“Salah.” Bintang Jatuh Hijau geleng kepala.
“Raksasa Qing?” Jue Ge menebak lagi.
“Di antara sukuku, aku termasuk yang kurus.” Kata Bintang Jatuh Hijau.
“Kecebong Mutasi?” Tebak Feng Bujue lagi.
“Siapa yang mau pakai nama pahlawan seperti itu... Kedengarannya seperti korban kecelakaan...” Bintang Jatuh Hijau bahkan ikut mencela.
“Hmm...” Feng Bujue mengusap dagunya, mulai merenung.
Tepat ketika semua mengira Jue Ge akan dinyatakan kalah dalam game ini...
“Kemampuanmu adalah fungsi tubuh yang jelas lebih kuat dari sukumu?” Tiba-tiba dia berhenti menebak nama pahlawan, beralih ke menebak kemampuan.
Dan... tebakannya benar.
