Kegelapan.
Kegelapan yang terasa familiar.
Saat kemampuan khusus gelar diaktifkan, Feng Bujue langsung terlempar ke sebuah ruang hitam.
Waktu, ruang... semuanya membeku pada momen ini.
Sebuah entitas immateri yang disebut "kehampaan" merayap masuk ke sumsum tulang Jue Ge, berusaha menghancurkan kesadarannya.
Namun, Feng Bujue sama sekali tidak terpengaruh...
"Akhirnya... kau datang." Setelah waktu yang tak terukur, suara dingin menggema di telinga Jue Ge.
Saat perkataan itu terdengar, cahaya... muncul.
Cahaya itu berwarna hitam.
Dalam kegelapan, kemunculan kilatan hitam merupakan pemandangan abnormal yang sulit dijelaskan.
Interaksi antara hitam dan hitam, gelap dan pekat ini tak bisa dibedakan oleh orang biasa.
Tapi, Jue Ge mengaktifkan Perspektif Data... dan bisa melihat jelas.
Saat itu, ia melihat siluet humanoid hitam perlahan mendekat, sekejap mata... sudah berada di hadapannya.
"Bagaimana kau masuk ke sini?" Detik berikutnya, Jue Ge mengajukan pertanyaan aneh.
Pertanyaan ini memang aneh, normalnya seharusnya ia bertanya "Bagaimana aku masuk ke sini?", tapi cara bertanya ini... seolah lawan bicaranya adalah "tamu".
"Kenapa?" Dewa Iblis yang terselimuti kilatan hitam langsung berhenti, menjawab, "Kau masih bisa mengenali ini tempat apa?"
"Ha..." Feng Bujue tertawa ringan, menjawab dengan nada yang seolah-olah sudah semestinya, "Meskipun kau warnai tempat ini menjadi hitam, tapi ini kan istana pola pikirku, mana mungkin tidak bisa merasakannya?"
"Hmm..." Dewa Iblis bergumam setelah mendengarnya, "Bagus..." Entah aspek mana yang ia nilai, "Kau memang luar biasa..."
“Sama-sama.” Jue Ge menyambung, “Tuan juga sangat hebat… Meski telah kehilangan hampir separuh ‘kekuatan’, masih memiliki momentum sehebat ini.”
“Aku tidak perlu pujianmu.” Dewa Iblis menjawab, “Aku ingin kau tepati janjimu.”
Kini nada bicara Dewa Iblis sudah jauh lebih normal. Selama periode setelah keluar dari Pintu Kehampaan, dia (di bawah pengaruh tersembunyi Sistem) telah mengubah kata ganti seperti ‘Aku’.
“Hē hē… Tenang saja.” Feng Bujue berkata, “Pertemuan kita di sini jelas bukan kebetulan.”
“Aku tahu.” Dewa Iblis membalas, “Kau menggunakan [Kedatangan Dewa Iblis] itu lagi, ya?”
Kalimatnya telah membocorkan informasi penting…
“Oh?” Nada Bujue langsung berubah, “Sepertinya… kau sudah cukup memahami urusan kami ‘pengelana antar dimensi’.”
“Tidak bisa dibilang mendalam.” Dewa Iblis berkata, “Di ‘alam semesta kami’, yang paling memahami kalian jelas para makhluk bernama ‘Derivator’.” Dia berhenti sejenak, “Sedangkan yang kuketahui… semua didengar dari Zhuan Jiezun dan Dianhu Wang.”
“Hmm?” Ekspresi Feng Bujue menjadi serius, “Kau…”
“Hmph… Kau juga bisa tenang.” Dewa Iblis menyambung dengan nada santai, “Aku tidak membunuh mereka.” Seolah menembus pikiran Jue Ge, lanjutnya, “Penghancuran hanyalah cara, bukan tujuan… Jika kedua sekutumu mati, aku juga akan kesulitan.”
"Sekutu…" Jue Ge berseru, "Ha…anggap saja begitu." Ia tersenyum, mengalihkan topik, "Baiklah, tidak usah berbincang panjang. Aku masih ada pekerjaan." Sambil berkata demikian, ia menjulurkan tangannya dan menggenggam mutiara hitam 【Sulit Dipahami Seperti Yin】 yang tiba-tiba muncul di telapak tangannya, "Sesuai perjanjian…ini untukmu."
Dewa Iblis, benar-benar layak disebut raja segala iblis.
Saat benda menyangkut nyawa seperti ini diletakkan di depan mata, siapapun akan sulit tetap tenang. Meski tidak langsung merebut, raut wajah pasti akan berubah.
Namun, Dewa Iblis… tetap tak bergeming.
Ia memandang mutiara itu – mata ketiganya sendiri – dengan tenang, lalu berkata perlahan, "Tidakkah kau takut…begitu kuambil benda ini, aku langsung membunuhmu?"
"Tidak takut." Feng Bujue menjawab, "Kau tahu aku hanya proyeksi. Membunuhku sia-sia belaka."
"Bagaimana jika kukatakan…aku bisa memberimu 'kerugian permanen'?" Kalimat berikutnya Dewa Iblis ini jelas merupakan skakmat bagi Jue Ge.
"Ha! Ha ha ha…" Jue Ge tertawa terbahak-bahak. Sambil tertawa, ia menggenggam tangan Dewa Iblis dan menaruh mutiara di telapaknya, "Kau juga tidak kalah…sangat baik."
Usai berkata, Feng Bujue mundur dua langkah dan membentangkan kedua tangannya, mengambil posisi "silakan serang sesukamu".
Melihat ini, Dewa Iblis ragu sejenak, lalu…
“Hah……” Ia harus mengakui, dalam uji coba saling mengukur ini, dirinya sama sekali tidak mendapatkan keuntungan. “Mungkin… zaman memang sudah berbeda.” Matanya menatap tajam ke arah mata Jue Ge. “Feng Bujue, di Era Baru ini… masih banyak ‘orang-orang menarik’ sepertimu yang eksis. Kalian membuatku melihat ‘kemungkinan tak terbatas’ di luar ‘kekacauan’ dan ‘ketertiban’ murni.”
“Lalu… engkau sang Iblis Terkuat dari Era Kuno ini…” Feng Bujue menyambung perkataan lawannya, “akan memilih ‘kemungkinan’ yang mana?”
“Aku juga sedang mencari jawaban itu.” Dewa Iblis menjawab. “Aku masih membutuhkan…” Saat mengucapkan ini, tangannya telah mengangkat… menyematkan 【Sulit Dipahami Seperti Yin】 ke dalam dahinya, “…waktu.”
Pada detik itu, Jue Ge mengira akan terjadi perubahan yang mengguncang langit-bumi.
Tapi… tidak.
Adegan pemasangan mata Dewa Iblis itu… seperti seseorang yang memasukkan bola golf ke mulutnya sendiri, orang di belakangnya mungkin tidak menyadari apa yang terjadi.
“Kau… sudah selesai memasang matanya?” Feng Bujue bertanya dengan curiga.
“Ya.” Jawab Dewa Iblis.
“Kukira kau akan tiba-tiba menjadi lebih kuat…” Feng Bujue bergumam.
“Tidak.” Dewa Iblis menjelaskan. “Memasang kembali mata ini seperti menutup lubang di bendungan, hanya itu.”
“Oh…” Jue Ge mengangguk. “Artinya… mulai sekarang kau butuh waktu untuk perlahan ‘mengumpulkan air’?”
“Bisa dikatakan begitu.” Jawab Dewa Iblis.
“Lalu bagaimana dengan kekuatan yang sebelumnya kau kehilangan?” Jue Ge terus mengejar jawaban, “Ke mana semuanya pergi?”
“Seluruh Alam Semesta Utama dipenuhi...” Dewa Iblis menjawab, “Sebagian besar energi iblis terkonsentrasi di Tanah Chaos, tempat lain... juga terkena pengaruh dalam kadar tertentu.”
“Pengaruh?” Feng Bujue mulai curiga mendengar ini, “Pengaruh seperti apa?”
“Nanti kau bisa lihat sendiri.” Jawaban terus-menerus membuat Dewa Iblis cepat kehilangan kesabaran, “Untuk sekarang...” Saat berbicara, mata ketiganya tiba-tiba berkilat, “Bawa kekuatanku dan selesaikan 'pekerjaan'-mu.”
Tanpa memberi kesempatan Bujue membantah, kilatan hitam melesat dari mata ketiga Dewa Iblis langsung menembus jantungnya.
Pengalaman "Demonisasi" pertama terulang kembali...
Rasa sakit yang melampaui batas sistem, bagai api neraka yang menyiksa jiwa, kembali menelan Feng Bujue sepenuhnya.
Dengan kesadaran penuh, ia merasakan setiap helai rasa sakit yang menggerogoti jiwanya; Prosesnya selintas lalu, namun terasa seperti keabadian...
