30 November, pagi-pagi buta.
Saat Feng Bujue mendorong pintu kamar, ia sudah tahu ada orang di dalam.
Tapi dia tidak bereaksi berlebihan. Dengan tenang ia mengganti sepatu, masuk ke ruang tamu, dan tanpa sengaja menekan tombol lampu listrik.
"Ada barang yang terlupa dibawa?" Melihat Ruo Yu yang duduk di sofa, Jue Ge bertanya dengan suara yang terdengar letih.
"Tidak." Ruo Yu hanya membalas dua kata itu sebelum bersiap berdiri untuk pergi.
"Tak ada kata-kata lain yang ingin kau sampaikan padaku?" Saat berpapasan, Feng Bujue bertanya demikian.
"Tidak." Respons yang sama, dengan nada dingin yang sama.
"Kalau begitu, bisakah kau mendengarkan dua kalimat dariku?" Jue Ge melanjutkan.
Langkah Ruo Yu terhenti, tapi dia tidak berbalik: "Bicaralah."
"Aku ingin memastikan dulu... Segelmu seharusnya belum terbuka kan?" kata Feng Bujue.
"Menurutmu?" Ruo Yu tidak menjawab, malah balik bertanya.
"Ha..." Feng Bujue juga tidak menjawab, hanya tertawa kecil lalu melanjutkan, "Jujur saja, aku mulai merasa jengah..."
"Jengah dengan apa?" tanya Ruo Yu.
"Dengan semua ini..." jawab Feng Bujue, "Aku benci harus bernegosiasi dengan para iblis dengan sikap memohon, juga tak ingin mendengarkan saran si tua bangka..." Dia berhenti sejenak, "Harus kuakui, dalam hal perasaan, aku agak bingung. Kebingungan ini membuatku kesal, memaksaku melakukan banyak hal yang takkan pernah kulakukan sesuai karaktermu..." Dia menghela nafas, "Hasilnya, meski sudah banyak kukerjakan, tak ada masalah yang terselesaikan, malah bertambah banyak masalah. Dan yang paling tak bisa kuterima adalah... kau sudah tidak seperti dirimu, aku pun sudah tidak seperti diriku."
"Tampaknya..." gumam Ruo Yu, "Masalah kita... sangat mirip."
Hingga di sini, mereka terdiam selama beberapa detik.
Selanjutnya...
“Jadi, aku sudah memutuskan……” Feng Bujue kembali berbicara, “Aku tidak akan lagi mencoba membuka segel di tubuhmu, urusan itu serahkan pada keputusan dan penangananmu sendiri; ketika membutuhkan bantuanku, katakan saja, kalau tidak perlu ya sudah.”
Mendengar kalimat ini, sudut bibir Ruo Yu akhirnya menunjukkan senyuman tipis, matanya juga memancarkan kelegaan: “Terima kasih… akhirnya kamu mengerti.”
“Ah… maaf membuatmu menunggu lama.” Feng Bujue menjawab dengan nada malas.
“Kalau begitu… aku juga ingin mengonfirmasi lagi.” Saat itu, Ruo Yu berbalik badan dan melanjutkan, “Hubungan kita sekarang ini termasuk jenis apa?”
“Hubungan ya…” Feng Bujue sengaja menarik suaranya panjang, “Tentu tetap hubungan pria-wanita tidak normal dalam pengertian umum.”
“Jadi maksudmu… aku sama ‘tidak normal’-nya denganmu?” Ruo Yu bertanya lagi.
“Betul.” Jue Ge menjawab dengan wajah sewajarnya.
“Huu…” Ruo Yu malah menghela napas lega mendengarnya, “Mendengar kamu berkata begitu, aku jadi tenang.”
Setelah berkata demikian, dia mengeluarkan ponsel, mengoperasikannya dengan cepat, dan mengulurkannya ke depan Jue Ge.
Feng Bujue tidak berkata apa-apa, langsung mengambil ponsel itu dan melihat.
Saat ini, layar menampilkan pesan bergambar dan teks, nomor pengirimnya adalah rangkaian angka yang sangat aneh, isi informasinya sebagai berikut——
【Hehehe……Nona Pendekar Li, halo, pasti saat melihat tiga kata pertama pesan ini, kamu sudah menebak identitasku. Jadi aku tidak perlu memperkenalkan diri lagi, langsung ke urusan resmi——Malam ini, Feng Bujue akan pergi ke suatu tempat untuk menghadiri pesta spesial. Isi pestanya kurang lebih sekelompok orang yang sudah kehabisan akal melakukan perjudian dengan sisa hidup mereka menggunakan uang dalam jumlah besar, tidak ada yang istimewa; Singkatnya, aku sudah mencapai kesepakatan dengannya. Jika malam ini dia bisa menang dalam permainan di pesta itu dan mengambil kembali sesuatu yang kubutuhkan, maka aku akan membuka segelmu. Jadi, sekarang aku kirim pesan dulu untuk memberi kabar……Kalau tiba-tiba dalam beberapa jam ke depan kamu mengalami fluktuasi emosi yang sangat intens tanpa alasan jelas, itu mungkin pertanda segelnya mulai lenyap. Tentu saja, mungkin juga tidak terjadi apa-apa, karena aku tidak bisa menjamin Feng Bujue akan menang, bahkan tidak bisa menjamin dia akan pulang hidup-hidup……Tapi bagaimanapun, kupikir lebih baik kamu tahu situasinya……Hehehe……】
Entah mengapa, Woody melengkapi pesan ini dengan foto "sepasang kacamata" yang penuh bahan kritikan.
"Ah... Orang ini, bahkan pesan teks harus pakai 'hehehe' ya..." gumam Feng Bujue setelah menyapu pesan dengan kecepatan matanya yang bisa membaca sepuluh baris sekaligus, sambil mengembalikan ponsel ke Ruo Yu.
"Sepertinya kamu tidak terlalu terkejut dengan kabar ini." kata Ruo Yu saat mengambil kembali ponselnya, merasa ekspresi Jue Ge terlalu tenang-tenang saja.
“Tentu saja…” Feng Bujue membalas, “Saat melihatmu duduk di ruang tamu dengan wajah pembunuh menungguku, aku sudah menyimpulkan… Woody si brengsek itu sudah menjualku lagi.” Dia membentangkan kedua tangan, “Perjalanan semalam, bahkan Xiao Tan pun tidak kukasih tahu. Hanya Woody yang bisa membocorkan kabar ini… Heh… Memang tidak mengherankan orang jahat sampai ke pori-porinya seperti dia akan main tangan seperti ini.”
“Kalau begitu…” Ruo Yu melanjutkan, “Kalau tujuanmu datang adalah untuk bertransaksi dengannya, berarti saat datang kau masih berniat membuka segel. Tapi… Kenapa setelah bertemu denganku sikapmu berubah? Apa karena kau kalah dalam game itu, membuat Woody gagal membuka segel, jadi kau memilih menyerah?”
“Tentu tidak.” Feng Bujue menjawab, “Aku baru berubah pikiran saat melihatmu… Atau lebih tepatnya… baru ‘tersadar’.”
Dia diam sebentar, menunjukkan senyum lembut yang sangat langka: “Bisa kubayangkan… Selama menungguku di sini, kau pasti sangat khawatir. Tapi saat melihatku, kau hanya bisa membuat ekspresi seperti itu… Karena kau bingung harus memperlakukan aku seperti apa, juga tidak tahu harus berkata apa. Yang bisa kaulakukan hanyalah diam-diam pergi setelah memastikan keamananku…” Bibirnya bergetar, “Semua ini… Tak perlu kaukatakan. Aku mengerti, bisa merasakannya… Jadi, saat itu juga, satu-satunya pikiranku adalah… Aku tidak ingin melihatmu menunjukkan ekspresi terjepit seperti itu lagi.”
Nada suara Feng Bujue saat mengatakan kata-kata ini sangat biasa, sama sekali tidak menunjukkan ekspresi "emosional" apapun, bahkan memberikan kesan santai. Tapi... justru ini menunjukkan perasaannya yang tulus saat mengatakannya.
Memang, dia adalah orang yang cukup "pandai berakting". Saat diperlukan, dia bisa berpura-pura dengan sangat meyakinkan.
Tapi... kondisi seperti inilah yang merupakan Feng Bujue yang sebenarnya.
Di sisi lain...
Ruo Yu yang mendengar perkataan ini terdiam membeku...
Dia agak panik dan tidak tahu harus berbuat apa.
Beberapa saat kemudian, barulah dia berbalik membelakangi Jue Ge, menjawab dengan suara kesal yang tak jelas alasannya: "Sial... orang sekarang... langsung saja ngomong hal-hal yang enggak jelas... Aku pulang!"
