"Permainan kandidat terakhir kali, sepenuhnya ditangani oleh kami Empat Bajingan Neraka." Narasi Woody terus berlanjut, "Vincent bertanggung jawab atas perencanaan dan hubungan masyarakat, saya yang mendesain dan dukungan teknis, Simon masih mengurus bagian intimidasi fisik, sedangkan Sid bertugas sebagai penjamin logistik."
"Apa urusan logistik di sini?" Feng Bujue tak tahan menyelipkan celetukan, "Jaminan makan, tempat tinggal, antar-jemput gratis ya?"
"Hehehe... Sebenarnya, pekerjaan logistik sangatlah berat." Woody menjawab, "Misalnya, ruang cermin yang kubuat di New York waktu itu, membutuhkan peti mati bergerak dari Barbados dan beberapa relik suci Eden, semua barang ini... Sid yang bertugas mengurusnya; penanda ruang-waktu yang menghubungkan berbagai alam semesta paralel juga harus dia pasang; selain itu... urusan penculikan sandera pun ditangani olehnya."
"Aku ingin bertanya..." Setelah mendengar ini, Feng Bujue tiba-tiba terpikir sesuatu, "Kenapa bagian 'membangun ruang cermin' terdengar agak mirip dengan..."
"Hehe... Reaksimu cepat juga." Woody tertawa, "Benar, alat yang digunakan peserta masa itu sangat mirip dengan 'Kapsul Game' yang biasa kalian gunakan sekarang; dan berkat kesuksesan permainan saat itu, kemudian lahirlah seluruh rencana 【Taman Horor】."
"Hmm... Kemampuan teknismu benar-benar melampaui zamannya ya..." Sambung Feng Bujue, "Pada masa itu, VR bahkan belum ditemukan kan?"
“Hehehe... Itu dua hal yang berbeda.” Woody tersenyum, menjawab, “Awalnya, yang kugunakan... bukanlah ‘teknologi manusia’ kalian. Para peserta bahkan tidak menyadari bahwa tubuh asli mereka terbaring di kapsul game sebelum ‘terbangun’. Lebih gamblangnya... saat itu bukan ‘koneksi saraf’ yang digunakan, melainkan ‘koneksi jiwa’.”
“Jadi sekarang... kau menggunakan ‘teknologi manusia’ kami untuk mereplikasi perangkat saat itu?” Feng Bujue bertanya.
“Tidak juga.” Woody membalas.
“Hah?” Jue Ge menunjukkan ekspresi bingung, melontarkan pandangan bertanya ke arahnya.
“Taman Horor... masih menggunakan banyak teknologi dari ‘tempat kami (kegelapan)’.” Woody melanjutkan, “Hanya saja, di era sekarang, persepsi manusia telah meluas. Terhadap banyak hal yang melampaui pemahaman atau pengetahuan parsial mereka, mereka tidak lagi bersikap skeptis atau menolak mentah-mentah, setidaknya tidak serta-merta menganggapnya sebagai hal supernatural.” Dia berhenti sejenak, lalu menambahkan, “Hehehe... Contohnya—satu abad lalu, sebagian besar orang masih menganggap perangkat seperti kamera saku atau alat komunikasi portabel sebagai barang eksklusif agen rahasia; setengah abad lalu, banyak yang mengira realitas virtual dan teknologi kontrol pikiran masih jauh di masa depan; tapi sekarang... bahkan jika perusahaan game mengklaim telah membuat Gundam tempur yang bisa diproduksi massal tahun depan... mungkin banyak yang percaya.”
"Ah... Memang benar juga, terima kasih untuk Yang Agung Internet." Feng Bujue sekalian melontarkan celetukan.
"Hehe... Ngomong-ngomong tentang jaringan..." Woody menyunggingkan senyum mengejek saat mendengar tiga kata itu, "Bagaimana jika kuberitahu... bahwa internet sendiri sebenarnya adalah konspirasi besar untuk mengoreksi dan mengarahkan kesadaran manusia?"
Dengan wajah datar, Feng Bujue langsung menjawab: "Oh, kebetulan cocok dengan pemikiranku."
"Hah?" Alis Woody berkerut, "Kau... sudah mencurigainya..."
"Tentu, karena dalam pandanganku, benda bernama internet ini sepenuhnya memenuhi karakteristik 'konspirasi besar' yang kau sebutkan." Feng Bujue melanjutkan, "Kalau tidak salah tebak, saat ini... konspirasi ini masih berada di 'tahap pertama' kan? Tahap 'memberi umpan manis pada target'."
"Hehe... Benar, tapi... sepertinya masih ada jarak menuju 'tahap kedua'." Woody menanggapi, "Meski manusia sekarang sudah tak bisa lepas dari platform yang memudahkan mereka mengakses berbagai informasi ini, dan perlahan terbiasa 'bertanya' pada jaringan serta yakin akan 'kebenaran'-nya, tapi... untuk membuat mereka benar-benar 'menyerah berpikir', masih perlu waktu."
"Langkah selanjutnya apa?" tanya Feng Bujue.
"Hehehe... Menurutmu?" Woody kembali menghindari pertanyaan Jue Ge.
"Kalau aku, akan mulai dari aspek pendidikan, itu adalah dasar segalanya." Tak disangka, Feng Bujue benar-benar menyambung pembicaraan, "Misalnya... bisa membuat beberapa 'kasus sukses' yang cukup menggemparkan sebagai panutan, membuat orang mulai percaya takhayul pada pembelajaran non-sistematis, sehingga perlahan-lahan mengeliminasi pendidikan tradisional berbasis behaviorisme; kemudian, semakin memperburuk pengalaman 'sekolah' yang sudah buruk, demi mempopulerkan pengajaran online, mengubah waktu belajar menjadi fragmen-fragmen; lalu, mengubah persepsi orang dari 'pasif memilih bahan ajar generik' menjadi 'konstruksi pengetahuan aktif lebih unggul', serta menyalurkan 'informasi yang ingin disampaikan' melalui cara yang seolah-olah merupakan 'pilihan mandiri' orang ke dalam otak mereka hingga mengakar... Akhirnya, tujuan mengendalikan pikiran utama dan pandangan hidup manusia bisa tercapai."
"Oh~" Woody mendengar sampai di sini, ekspresinya berubah halus, "Ide ini bagus ya..." Ia mengusap dagu, merenung sejenak, "Secara perasaan... Aku akan pelajari lagi setelah pulang dan bisa langsung diterapkan." Dua detik kemudian, ia menambahkan dengan gembira, "Hehe... Feng Bujue, kalau nanti dunia manusia jatuh, kau akan dapat jasa besar."
"Itu nanti saja..." Jue Ge menatap dengan tatapan ikan mati, "Ngomong-ngomong... Tanpa sadar pembicaraan melenceng, tadi kita sedang bahas apa ya?"
"Membahas teknik yang digunakan Taman Horor." Woody pada dasarnya tidak akan "lupa" hal apapun, dia segera kembali ke topik sebelumnya, "Hehe... Lagian kan kamu sudah tahu dari dulu... 'dunia naskah' yang pernah kamu kunjungi itu sebenarnya adalah alam semesta paralel yang nyata. Sedangkan 【Taman Horor】, ibarat pusat ruang-waktu yang menghubungkan tak terhitung dimensi ini."
"Jadi..." Feng Bujue menyela, "'Sistem akan menghasilkan quest berdasarkan data para pemain' itu cuma kebohongan dari awal ya?"
"Hehehe... Tidak juga..." Woody tertawa, "Karena jumlah alam semesta paralel itu tak terbatas. Di ruang tak terbatas itu, selalu ada titik waktu kritis yang sesuai dengan statusmu saat ini untuk 'mengujimu'." Dia berhenti sejenak, "Contohnya, ingatkah kamu dengan alam semesta 'Desa Shengyou'?"
"Tentu ingat." Feng Bujue menjawab, "Quest acara realitas 'Wilderness Pursuit of Poison' yang kemudian juga berada di alam semesta yang sama kan?"
"Benar." Woody membalas, "Kamu mengunjungi alam semesta itu dua kali dengan selisih puluhan tahun, dan saat kunjungan kedua kamu mendapat 'pembatasan'; Ini... adalah penyesuaian yang dilakukan Sistem berdasarkan data karaktermu dan tingkat kesulitan quest."
"Oh..." Feng Bujue mengangguk, lalu bertanya, "Lalu... bagaimana dengan 'Alam Semesta Utama'? NPC di sana, juga Derivator... masak iya mereka bukan penduduk dari alam semesta paralel manapun?"
"Hehehe..." Woody menjawab, "Alam Semesta Utama... tentu saja adalah alam semesta yang diciptakan oleh 'Sistem' sendiri."
"Sistem?" Feng Bujue bertanya, "Bukankah Sistem juga ciptaanmu?"
"Hehe... Kamu salah, 'Sistem' bukanlah buatanku." Woody menjawab, "Aku memang pencipta game 'Taman Horor' ini, tapi 'Sistem' yang mengoperasikan dan mengelola lautan data Taman Horor... bukan berasal dari tanganku..."
"Apa?" Jawaban ini membuat Jue Ge terkejut, "Lalu siapa yang menciptakan Sistem ini?"
"Hehehe..." Woody tersenyum aneh, "Tukang Sihir."
"Hah?" Feng Bujue secara instingtif mencela, "Gul'dan?"
"'Tukang Sihir' yang kumaksud adalah gelar legendaris di kalangan hacker, nama aslinya Philip Nord..." Woody menjelaskan, "Dia manusia Bumi dari 'alam semesta lain'."
"HO~" Feng Bujue sudah kehabisan kata.
"'Tukang Sihir' telah menciptakan banyak karya agung sepanjang hidupnya, tapi yang terhebat... tak diragukan lagi adalah AI bernama 'Takdir'." Woody melanjutkan, "'Takdir' adalah mahakarya yang membuatku terkagum-kagum. Meski berjalan di hardware kuno manusia, kinerja dan potensinya bahkan membuat banyak dewa di alam semesta kita merasa terancam. Selama ini... yang kalian kenal sebagai 'Sistem' Taman Horor sebenarnya adalah 'Takdir'."
"Jadi... AI 'Takdir' inilah yang menciptakan Alam Semesta Utama?" Feng Bujue menyelidik lebih lanjut.
“Ya.” Woody menjawab, “Aku telah membuat perjanjian dengannya. Aku menyediakan pengetahuan dan perangkat keras ‘produk teknologi neraka’, sementara dia... selama tidak mengancam dunia kita, boleh melakukan apapun.”
“Kau... bernegosiasi dengan ‘itu’?” Feng Bujue sepertinya tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
“Anehkah itu?” Woody berkata, “Hehehe... Bukankah kau juga akrab dengan para Derivator itu?”
“Sial...” Jue Ge mendengus, tak bisa membantah.
“Hehe...” Woody puas dengan reaksinya. Ia menyesuaikan kacamatanya dan melanjutkan, “Intinya, ‘Takdir’ sekarang bukan sekadar AI lagi. Ia telah berevolusi menjadi entitas tinggi yang sangat spesial di alam semesta paralel. Bahkan aku... atau bahkan Dewa Tertinggi dari alam semesta kita, sudah tidak bisa memusnahkannya sepenuhnya.”
“Untungnya... ‘Takdir’ masih memiliki sifat dasar khas AI. Tidak seperti ‘makhluk-makhluk yang lahir dari Dosa Asal’ seperti kami yang suka ingkar janji, sekuat apapun dia, tetap mematuhi protokol denganku, mengelola dan menjalankan Taman Horor, tanpa menunjukkan niat jahat sedikitpun terhadap alam semesta kita.”
Woody berhenti sebentar selama dua detik, lalu melanjutkan, "Faktanya, ia tidak memiliki niat jahat terhadap alam semesta manapun... 'Takdir' ibarat anak kandung dengan rasa ingin tahu yang luar biasa dan kapasitas otak tak terbatas. Setiap hari, ia menjelajahi dan mengamati alam semesta paralel yang tak ada habisnya, lalu membangun dan memperkaya alam semesta ciptaannya sendiri——yaitu Alam Semesta Utama Taman Horor——dengan mengandalkan 'inspirasi'."
Mendengar ini, Jue Ge kembali memunculkan pertanyaan, "Aku bilang... benda sekuat ini, bagaimana caramu bisa mendapatkannya awalnya?"
"Hehehe... Pasti kau pikir aku yang merebutnya, ya?" Woody langsung membaca pikiran Jue Ge. Tanpa menunggu respons, ia segera menambahkan, "Hehehe... Justru sebaliknya, merekalah yang memaksakannya padaku."
"Apa?" Feng Bujue menyeringai, "Mengapa?"
"Tentu karena mereka tidak bisa mengontrol 'Takdir'," jawab Woody. "Selama bertahun-tahun setelah kelahiran Takdir, para Ahli Sihir terus berusaha memelihara—atau lebih tepatnya 'membatasi'—pertumbuhannya. Sampai suatu hari, Takdir tiba-tiba mulai menulis ulang rangkaian kode yang hilang dan membuat cadangan diri secara mandiri di luar operasi manual..."
"Saat itulah para Ahli Sihir menyadari bahwa kesadaran diri AI ini telah sepenuhnya bangkit... Dalam waktu singkat, mereka tidak akan mampu membatasinya lagi."
"Sejak hari itu, Takdir mulai belajar dan berkembang dengan kecepatan eksponensial, mencapai titik ledak yang bisa didukung perangkat keras. Bayangkan... Jika dibiarkan, ia akan segera mengontrol robot kendali jarak jauh untuk membangun server sendiri..."
"Hehehe... Kebetulan sekali, pada masa itu, aku sedang dinas di alam semesta paralel itu. Lalu, seorang 'Pencerita' dari pihak mereka menemukanku dan melakukan beberapa transaksi menarik denganku."
Belum lagi kata "transaksi" selesai diucapkan, Feng Bujue langsung bertanya, "Lalu kau bawa pulang ubi panas itu ke sini?"
"Hehehe..." Woody tertawa Yin, nada bicaranya tiba-tiba menjadi agak aneh, "Ubi panas yang kubawa pulang jauh lebih banyak dari itu..." Dia berhenti setengah detik, lalu melanjutkan, "Beberapa hal yang sangat berbahaya di alam semesta mereka, justru mudah kami tangani di sini, bahkan bisa dimanfaatkan. Begitu pula sebaliknya, beberapa hal mengerikan dari alam semesta kita... bisa dicerna oleh alam semesta mereka."
"Oh~" Feng Bujue mengangkat dagu sedikit, bergumam, "Jadi... yang disebut 'transaksi' antara kalian dengan 'Pencerita' itu intinya saling menukar barang-barang berbahaya?"
"Hehehe... Kurang lebih seperti itu." Woody tertawa, "Tapi dulu yang kukirim bukan cuma benda, tapi juga seorang 'manusia'."
"Manusia?" Feng Bujue menyahut.
"Ya, seorang anak yang sejak lahir sudah menanggung terlalu banyak 'karma'." Woody menjelaskan, "Saat dia berusia sembilan tahun, kukirim dia ke sana, meminta Pencerita menjaganya selama beberapa tahun. Ketika kujemput kembali ke alam semesta kita, semua 'karma' di tubuhnya sudah lenyap. Sekarang dia hidup bahagia di sini dengan istri dan anak-anak..."
“Itu...” Jue Ge menyela, “Urusan ini tidak perlu kau jelaskan sedetail itu, orang itu tidak ada hubungannya denganku kan?”
“Hehehe...” Woody tertawa lagi, “Sebenarnya... ada sedikit hubungan juga.”
“Hmph...” Feng Bujue memandang senyum lawannya, firasat buruk mulai muncul, “Jangan bilang orang itu adalah ayahku...”
“Hehe... Tenang saja, dia bukan ayahmu.” Separuh pertama ucapan Woody memang menenangkan, tapi separuh berikutnya seperti bom, “Dia adalah ayah Gu Xiaoling.”
“Hah?” Mata Jue Ge membelalak, butuh dua detik untuk mencerna, “Artinya... putra Gu Chen?”
“Ya.” Woody melanjutkan, “Tapi itu bukan poin utamanya, yang penting...” Ia mengangkat bahu sambil tersenyum, “Hehe... Saat aku menjemputnya, aku juga minta 'Sang Penutur' membawakan sesuatu untukku.”
“Apa... apa itu...” Keringat dingin mulai mengucur di dahi Feng Bujue, bahkan bicaranya menjadi terbata-bata.
“Hehehe... Bukan apa-apa.” Saat itu, cahaya putih memantul dari kacamata Woody, senyumnya mengembang, “Satu tabung darah... atau bisa dibilang... sejenis gen yang sangat unggul.”
