Feng Bujue menggapai kedua tangan ke ketiak hantu itu, lalu menariknya dengan keras hingga terjatuh.
Saat menghantam lantai, hantu itu tampak kebingungan. Sebelum sempat bereaksi, sebuah sepatu telah menginjak bahunya dan sorotan senter langsung menyinari wajahnya.
"Kreee——" Reaksi pertama monster itu adalah menunjukkan wajah mengerikan sambil menjerit.
Tapi Feng Bujue tak gentar: "Teriak!" Suaranya lebih keras daripada hantu. "Kalau teriak bisa menyelesaikan masalah, buat apa ada tangan dan kaki?"
"Dia benar," bahkan monster itu pun menyadari bahwa taktik "menakut-nakuti" tampaknya tidak efektif lagi. Dengan gerakan cepat, dia membalikkan badan, mendorong kaki Jue Ge, lalu merayap mundur ke kegelapan dan menghilang.
Baik dari segi kekuatan maupun kelincahan, hantu ini jauh lebih kuat daripada Noguchi sebelumnya, sehingga Feng Bujue pun tidak bisa menghentikan gerakannya.
Ketika Jue Ge mengarahkan senter ke ruang musik yang gelap gulita, hantu wanita tadi sudah raib tanpa jejak.
"Ini benar-benar siluman..." gumam Feng Bujue melihat pemandangan itu, "Hantu-hantu dalam quest ini adalah 'monster fisik' yang bisa disentuh langsung, tapi..." Matanya berkedip, "Mereka juga punya kemampuan masuk ke dimensi lain dan menjadi tak berwujud..."
"Apa kamu memikirkan sesuatu?" Ruo Yu menangkap perubahan ekspresi halus di wajah Jue Ge.
"Aku berpikir... mungkin ada settingan seperti ini..." kata Feng Bujue, "Kita sebenarnya... juga hantu."
Perkataan itu membuat semua orang tertegun.
"Hmm..." An Yueqin pertama kali menyahut, "Setelah kau bilang begitu, sepertinya bukan tidak mungkin..."
"Benar, Narator menanamkan konsep prasangka ke kita," Xiao Ling menambahkan, "Jika dugaan Ketua guild benar, itu bisa menjelaskan mengapa kita bisa menyentuh hantu secara fisik."
"Eh? Tidak benar kan!" Saat ini, Guixiao yang baru saja ketakutan setengah mati mulai sedikit pulih. Meskipun sebelumnya hampir membuatnya keluar dari game, sekarang dia bisa mengikuti alur pemikiran tim. Dia mendekat sambil bertanya, "Tapi kenapa..." Senter di tangannya menyapu tubuh para hadirin, "Kita semua tidak terpengaruh cahaya?"
"Mengenai hal itu..." Feng Bujue mengusap dagunya sambil berucap, "Aku punya pemikiran begini..." Matanya menyapu rekan tim, "Kita berenam... adalah hantu baru yang belum sepenuhnya menyatu dengan dunia almarhum, sementara untuk sementara masih tidak terlalu takut cahaya. Sedangkan hantu-hantu yang kita temui sudah mati bertahun-tahun, telah menjadi bagian dari dunia kegelapan."
"Layaknya seorang novelis, bisa mengarang penjelasan meyakinkan tanpa dasar apapun." Ruo Yu langsung memberikan komentar objektif setelah mendengar.
"Hey~ Kan sudah kubilang ini hanya spekulasi." Feng Bujue membentangkan kedua tangan, "Tujuanku memberi sudut pandang baru. Jika nanti aku tewas karena FLAG kematian instan, setidaknya kebijaksanaanku akan terus membimbing kalian..."
"Menurutku... kebijaksanaanmu lebih sering membohongiku daripada membimbingku." Guixiao tak kuasa mengeluarkan keluhan spontan.
Kalimat ini secara tidak langsung merangkum segala pengalaman buruknya menghadapi Jue Ge selama Peak Battle S2...
“Hē hē……Terlalu memuji.” Feng Bujue tersenyum menanggapi perkataan itu.
“Apa itu pujian?! Kau bisa membedakan pujian dan sindiran?!” Guixiao sekali lagi terkejut oleh batas bawah Jue Ge. Sikapnya yang malah bangga saat dihina benar-benar membuat orang tak tahu harus berkomentar apa.
Ada pepatah bagus - Kau tak bisa membangunkan orang yang pura-pura tidur. Begitu pula, kau tak bisa menghina seorang yang benar-benar tidak tahu malu.
“Sudahlah, semuanya. Karena hantu itu sudah menghilang, mari kita mulai mencari.” Kata Feng Bujue sambil melangkah masuk melalui pintu, bersiap melakukan pekerjaan pencarian yang paling ia kuasai.
Yang lain pun mengikutinya, menyalakan senter masing-masing dan mulai menyebar untuk melakukan investigasi...
Ruang musik ini tidak terlalu luas. Keempat dindingnya ditempeli wallpaper tua yang menguning. Di sudut ruangan terdapat sebuah piano dengan bangku kayu, disampingnya berdiri rak partitur sederhana. Di area tengah terdapat bangku persegi warna-warni bertuliskan angka yang jelas-jelas didesain untuk anak kecil. Di sisi dinding berlawanan dengan pintu, berdiri sebuah lemari kayu besar. Tapi mengingat karakteristik khas skenario puzzle seperti ini... meski terbuat dari kertas pun, selama syarat pembukaan belum terpenuhi, mustahil untuk membukanya.
Pencarian para pemain dimulai dalam lingkungan seperti ini. Karena ruang yang terbatas, lima menit kemudian mereka telah menyelesaikan semua investigasi yang mungkin. Hasilnya adalah sebagai berikut——
Satu, di dalam piano tidak tersembunyi apa pun dan dapat dimainkan dengan normal.
Dua, bangku piano tidak ada kelainan.
Tiga, Di atas rak partitur terdapat partitur yang menguning dan rusak, namun ada beberapa bagian yang masih bisa dikenali utuh.
Empat, Jumlah bangku persegi tepat sembilan, masing-masing bertuliskan angka Arab 1-9; Setelah diperiksa, semua bangku ini berbahan padat dan terpasang tetap di lantai.
Lima, Tidak ditemukan keanehan, pola, atau petunjuk yang mencolok dari wallpaper (bagian wallpaper dikonfirmasi oleh Feng Bujue).
Enam, Saat menyentuh pintu konter, muncul notifikasi "Disegel oleh kekuatan kegelapan".
Setelah memastikan enam hal di atas, para pemain berkumpul untuk berdiskusi singkat dan kembali mengurangi jumlah senter yang menyala menjadi dua.
“OK……” Saat itu, Feng Bujue berkata, “Semua sudah diperiksa, selanjutnya... harus menggunakan 'ini' lah.” Sambil berkata demikian, dia sudah mengeluarkan 【Seruling Suzuki】 dari saku bajunya, “Item ini menyebutkan hanya pemain pria yang boleh meniupnya, jadi...” Dia menatap Xiao Tan dan Guixiao, “Siapa yang mau?”
“Eh... Aku tidak bisa memainkan alat musik orkestra.” Jawab Xiao Tan dengan nada profesional.
Perlu disebutkan... Sebelum kelas tiga SD, Xiao Tan memang pernah belajar musik.
Tentu saja, anak super kaya seperti dia pasti tidak belajar itu demi nilai ujian atau alasan sepele.
Xiao Tan belajar musik murni karena orangtuanya menganggap dia punya bakat...
"Lalu di mana letak 'bakat alam' yang disebut-sebut itu? Ceritanya begini—saat Xiao Tan masih TK, ada masa di mana dia sangat suka mengetuk-ngetuk benda sembarangan. Orangtuanya lalu menggunakan alasan ini untuk menyekolahkannya belajar perkusi saat usianya belum genap tujuh tahun."
"Setelah belajar dua setengah tahun, Xiao Tan tidak mengeluh, tapi gurunya yang tidak tahan. Guru itu blak-blakan—anak ini tidak punya bakat musik, sense ritme yang sangat buruk, kalau nyanyi karaoke nanti bisa nyambung nadanya saja sudah syukur, lebih baik cari guru lain yang lebih ahli."
"Demikianlah... Petualangan Wang Tanzhi kecil sebagai drummer cilik berakhir dalam 29 bulan. Hasil belajarnya hanya—menguasai beberapa ketukan drum dasar, melatih kelincahan tangan kiri hingga setara dengan tangan kanan, serta... menyembuhkan kebiasaannya suka mengetuk-ngetuk benda sembarangan."
"Aku bisa main harmonika sedikit..." Setelah Xiao Tan, Guixiao memberikan jawaban seperti ini.
"Kalau begitu, biar aku saja." Feng Bujue melihat mereka berdua tidak bisa, lalu mengangkat recorder ke mulutnya sambil berkata santai.
"Jadi kamu bisa! Ngapain tanya-tanya dari tadi?!" Guixiao langsung menyambar dengan celetukan khasnya.
"Hah?" An Yueqin mengangkat alis heran, "Ternyata kamu bisa main alat musik?"
"Tidak mungkin..." Namun Ruo Yu menunjukkan ekspresi curiga, menoleh ke An Yueqin, "Aku sudah tinggal lama di tempatnya, tapi tidak pernah melihat ada alat musik di..."
Wu——
Sebelum mereka selesai bicara, Jue Ge sudah mulai meniup.
Wu——Wu——Ji——Fu fu……Wu——Ji——
Ia meniup dengan sama sekali tidak ada irama, kadang tersedak, kadang mengeluarkan suara yang sangat melengking. Jari-jarinya hanya menekan lubang suling secara sembarangan dengan teknik fingering yang tidak masuk akal, benar-benar asal-asalan.
"Hoi! Ternyata kau tidak bisa!" Guixiao berteriak kaget, "Tidak hanya tidak bisa, bahkan untuk seorang orang awam, tiupanmu sangat parah! Dari mana kepercayaan dirimu itu datang?!"
"Jangan banyak celetukan, lagian kita semua tidak bisa, siapa pun yang maju sama saja kan?" Feng Bujue langsung membalas, dan setelah selesai bicara, kembali melanjutkan tiupan sembarangan tanpa peduli sekitar.
Meski Guixiao ingin menambahkan beberapa celaan lagi, ia harus mengakui... perkataan Jue Ge memang masuk akal; Saat ini memang tidak ada satu pun dari ketiga pria mereka yang bisa bermain suling, jadi benar-benar siapa pun yang maju sama saja.
Maka, para hadirin pun bertahan selama sekitar satu menit penuh di tengah tiupan Jue Ge yang mirip polusi mental itu.
Entah prinsip apa yang bekerja, tiba-tiba setelah satu menit...
"Chiii——" terdengar suara melengking tajam, dan pintu geser ruang musik langsung menutup dengan sendirinya.
Lalu, suara perempuan bergema tak menentu di ruangan ini: 【Duduklah di posisi masing-masing, guru akan mulai memainkan musik.】
"Apa yang terjadi? Musuh baru muncul lagi?" Guixiao menyorotkan senternya ke segala arah, tapi tidak melihat apa-apa; Sumber suara itu pun tidak jelas, sulit untuk dipastikan.
“Ini seharusnya adalah sebuah notifikasi.” Feng Bujue berkata dengan tenang, "Lakukan seperti yang dikatakan suara itu, maka akan memicu alur cerita selanjutnya."
“Kalau begitu……kita langsung saja duduk di sana?” Xiao Tan berkata sambil menoleh ke arah bangku persegi itu.
“Tidak sesederhana itu……” Ekspresi Xiao Ling sedikit muram, "Angka-angka yang tertulis di kursi ini jelas memiliki arti...dan suara tadi juga bilang, kita harus duduk di 'posisi masing-masing'."
“Artinya……” Ruo Yu menyambung perkataannya, "Jika ada yang salah duduk, mungkin akan memicu sesuatu yang buruk."
“Hei, hei...Feng Bujue menakut-nakuti orang saja sudah biasa, tapi kenapa kalian juga ikut bicara hal-hal menyeramkan?!" Guixiao mulai panik lagi mendengar kata "buruk".
“Ha...Ini masalah nyata di depan mata, seberapa menakutkan pun harus kita hadapi dan selesaikan.” Jue Ge tersenyum, "Tapi semua tidak perlu terlalu khawatir, masalah tempat duduk ini...sudah kusadari sejak pertama masuk ke ruang kelas ini."
“Apa? Kau sudah memecahkan teka-teki lagi?” Setelah berkata demikian, Guixiao berpikir beberapa detik lalu berseru, "Oh! Aku tahu! Urutannya sesuai posisi duduk di kelas kan? Artinya...orang pertama di baris pertama adalah 1, orang kedua 2, dan seterusnya..."
“Salah.” Sebelum Jue Ge sempat bicara, Xiao Ling sudah menyangkal jawaban Guixiao, "Darimana kau tahu harus pakai urutan kiri-ke-kanan, atas-ke-bawah?"
An Yueqin juga menyambung, "Ya... Kamu juga melihat buku harian Noguchi Hideji, kan? Itu ditulis dari atas ke bawah, kanan ke kiri. Bagaimana jika penataan tempat duduk juga mengikuti logika seperti itu?"
"Selain itu..." Ruo Yu menambahkan, "Bahkan jika mengikuti urutan 'kiri atas pertama', mungkin ada pola seperti 'orang pertama di baris pertama adalah 1, orang pertama di baris kedua adalah 2'."
"Ini..." Setelah mendengar penjelasan mereka, Guixiao tiba-tiba kehilangan kepercayaan pada jawabannya sendiri. Ia hanya bisa memandang Jue Ge dengan tatapan bertanya, "Baiklah... Aku akan mendengar jawabanmu."
"Menurutku... Urutan di sini harus mengacu pada diagram sembilan istana." Feng Bujue menjawab, "Sebelumnya di kelas 2-A, aku sudah memperhatikan pola penataan meja dan kursi... Susunan 3*3 itu berkorespondensi dengan sembilan kotak di lemari penyimpanan, seolah memberi petunjuk tentang ini. Tapi sampai kita meninggalkan kelas, tidak ada teka-teki terkait sembilan istana yang muncul." Ia berhenti setengah detik, mengarahkan pandangannya ke sembilan bangku persegi di kejauhan, "Tapi setelah sampai di sini dan melihat sembilan angka ini, aku teringat lagi pada hal itu."
"Tunggu dulu..." Guixiao menyela, "Diagram sembilan istana yang kamu maksud adalah permainan angka dimana jumlah setiap garis vertikal, horizontal, dan diagonal selalu lima belas, kan? Posisi angka dalam diagram itu tidak tetap, bukan?"
"Sembilan di kepala, satu di kaki, tiga di kiri tujuh di kanan. Dua empat di bahu, delapan enam di telapak, lima bersemayam di pusat." Satu detik kemudian, Xiao Ling langsung menjawab keraguan Guixiao dengan sebuah pantun dua puluh karakter.
"Dengar kan... Masih ada yang disebut 'bentuk standar'." Feng Bujue menyambung, "Intinya... Jika diurutkan berdasarkan sembilan palung, aku nomor 5, kamu 7; Siyu, Hua Jian dan Beiling (di hadapan Guixiao, Jue Ge tetap menggunakan nickname teman-temannya dalam game) masing-masing 4, 9, 2, sedangkan Xiao Tan (tapi panggilan Jue Ge ke Xiao Tan selalu seperti itu) nomor 1."
"Hmm..." Guixiao kembali merenung, "Susunanmu ini... Ada persen peluang?"
"Setidaknya lebih bisa diandalkan daripada sistem urutan kiri-kanan atau atas-bawah." Feng Bujue membalas, "Tapi kekhawatiranmu juga kupahami, karena jawaban teka-teki ini... memang kurang bukti pendukung." Gumamnya penuh perenungan, "Kurasa... Kita pasti 'melewatkan beberapa petunjuk' sebelumnya, sebab berdasarkan informasi yang ada sekarang, bahkan aku pun tak menemukan bukti jelas yang menunjukkan enam orang kita ini sesuai dengan enam tempat duduk mana."
Perkataan Jue Ge ini tentu berdasar; situasi yang telah dideduksikan dalam pikirannya... jauh melampaui semua orang di sini.
Ambil contoh sembilan nama di Kelas 2-A saja. Romanisasi, nama samaran, jumlah guratan, radikal karakter, hubungan dengan lima elemen emas-kayu-air-api-tanah, bahkan tokoh ternama yang memiliki marga sama... Semua telah melalui proses penyaringan pemikiran Jue Ge. Informasi terkait lainnya juga dianalisis dengan tingkat deduksi serupa... Berdasarkan ini semua, Feng Bujue baru berani berkata "sesuai informasi yang ada".
Namun, situasi saat ini tak lagi memungkinkan para pemain mencari petunjuk tambahan.
【Tidakkah kalian dengar? Aku suruh kalian duduk dengan baik!】
Saat para hadirin masih ragu, suara itu terdengar sekali lagi, dengan nada yang lebih kejam dan menyeramkan dibanding sebelumnya.
Chapter 1121 Kenangan Musim Panas (Delapan)
"Ayo duduk, mereka sudah mendesak." kata Feng Bujue, "Lagipula dalam waktu singkat kita tak bisa menemukan jawaban yang lebih bisa diandalkan. Berdiri mungkin malah memicu alur cerita dihabisi bersama. Lebih baik kita coba duduk."
Saat mengucapkan ini, dia sudah berjalan menuju bangku persegi bertuliskan angka "5".
Satu detik kemudian, Ruo Yu langsung mengikutinya tanpa berpikir panjang, menjadi yang pertama.
Melihat ini, yang lain pun satu per satu menduduki kursi bernomor sesuai petunjuk Feng Bujue.
Tepat saat semua orang duduk, terdengar "duang——" dari piano di sudut ruang kelas yang tiba-tiba berbunyi sendiri.
Delapan puluh delapan tuts piano itu mulai bergerak tanpa ada yang memainkannya...
Dari perkembangan ini, deduksi Jue Ge ternyata tepat. Alur cerita pun mulai bergerak.
Selama tiga empat menit berikutnya, piano hantu itu memainkan solo mengagumkan. Melodinya tak rumit, namun penuh emosi... Meski hanya musik instrumental tanpa lirik, para pemain seolah mendengar nyanyian lembut penuh erangan rendah. Perasaan mencekam dan mistis itu merasuk melalui musik, mempengaruhi semua yang hadir.
Empat menit kemudian, musik piano tanpa judul ini tiba-tiba terhenti.
Saat gemanya masih menggantung di balok langit-langit, suara itu kembali terdengar:【Sudah jelas? Siapa yang mau mencoba memainkan partitur ini?】
Permintaan ini tak terhindarkan mengingatkan pada kalimat yang sering didengar di kelas saat masih kecil——"Soal ini, teman sekelas mana yang berani maju menyelesaikannya?"
Setiap mendengar kalimat ini, kita secara instingtif mulai menggunakan Misdirection sambil bergumam dalam hati "Jangan lihat aku... Jangan lihat aku... Jangan lihat aku..."
Namun faktanya membuktikan... skill menipu diri sendiri ini sama sekali tidak berguna.
"Aku saja." Dua detik kemudian, An Yueqin berinisiatif berdiri, "Aku pernah belajar piano selama beberapa tahun."
Pada momen ini, dia bagaikan siswa berprestasi dalam ingatan kita yang berani maju menyelamatkan seluruh kelas dari kesulitan.
"Wah~ Kak Hua Jian ini sangat bisa diandalkan ya." Guixiao langsung lega melihat ada yang maju, sambil melontarkan pujian.
"Ah... Piano juga bisa kumainkan kok." Feng Bujue membalas dengan nada meremehkan.
"Apa? Kau bisa main piano?" Guixiao menoleh padanya dengan ekspresi tak percaya.
"Iya, Jue Ge bisa memainkan Ode to Joy dengan satu tangan sambil melihat partitur sederhana." Xiao Tan tanpa ampun mengungkap hakikat perkataannya.
"Hei! Tidak malukah kau?" Guixiao langsung mencela, "Tingkahmu ini lebih keterlaluan dari orang yang mengaku 'bisa mengetik' padahal cuma pakai dua jari!"
"Ketiga pria itu sedang bermain-main, An Yueqin sudah duduk dengan anggun di depan piano."
"Ternyata benar-benar pernah belajar, begitu duduk di bangku piano, postur dan sorot matanya langsung berubah."
"Tunggu sebentar... Sudah lama tidak main, harus lihat partitur dulu dan menyiapkan diri..." Setelah duduk mantap, An Yueqin mengambil partitur dari rak not dan meletakkannya di piano sambil memberi isyarat ke rekan tim.
"Partitur di rak itu berisi lagu yang tadi dimainkan. Seperti disebut sebelumnya, partiturnya tidak lengkap—hanya tersisa beberapa birama, yang kebetulan sesuai dengan syarat quest 'memainkan segmen' ini."
【Mengapa belum mulai? Apa kalian juga tidak bisa mempelajarinya?】
"Baru sekitar tiga puluh detik menunggu, suara wanita merinding itu kembali mendesak. Intinya—kalau tidak main, nyawa taruhannya."
"Baiklah... Sepertinya harus dimainkan sekarang." Nona An pun terpaksa melanjutkan dengan nekat.
"Sesaat kemudian, dia mengulurkan kedua tangannya, mengepal pelan, lalu meregangkan sendi jemari. Setelah menarik napas dalam, permainan pun dimulai."
"Segera, melodi mengalir lembut dari ujung jemarinya."
"Para pemain tentu ingat... Ini adalah bagian dari komposisi piano tadi, tapi ketika dimainkan An Yueqin, nuansanya sama sekali berbeda."
Musik... perbedaan sedikit dalam teknik, perasaan, dan bakat akan menghasilkan karya yang sangat berbeda. "Perbedaan" atau "keunikan" dan "tidak bisa direplikasi" yang berasal dari manusia inilah yang menjadi daya tarik semua seni.
Tak lama kemudian, An Yueqin telah selesai memainkan beberapa bagian partitur itu.
Di saat gema musik masih menggantung, suara itu kembali terdengar:【Hmph... Ma Mahu, cukup lulus. Kalau begitu... kelas selesai.】
Bang——
Saat dia mengucapkan kata "kelas", lemari besar di belakang para hadirin tiba-tiba mengeluarkan suara aneh dan membuka sendiri.
Suara itu muncul begitu tiba-tiba, membuat Guixiao melompat ketakutan... Tepat saat hendak menoleh ke lemari, dari sisi lain tiba-tiba terdengar "Chiii—Prak!" dua suara, membuatnya bingung menoleh ke kiri-kanan.
Tapi sebenarnya... gerakan di sisi lain itu biasa saja, hanya suara pintu ruang musik yang terbuka kembali.
"Sepertinya teka-teki di ruangan ini berakhir di sini." Feng Bujue tetap tenang. Senter di tangannya terus menyoroti lemari di dinding dengan stabil, sama sekali tak menghiraukan situasi di pintu.
Saat ini, pintu lemari telah terbuka, memperlihatkan isinya.
Di dalam konter besar itu, tergeletak sebuah kerangka manusia. Meski jenazahnya masih mengenakan pakaian, tubuhnya sudah berubah menjadi tulang belulang. Dari gaya berpakaiannya... tampaknya ini adalah "hantu wanita" yang sebelumnya ditemui Jue Ge di depan pintu.
"Jangan-jangan... dia masih bisa bergerak?" Xiao Ling mengajukan pertanyaan provokatif setelah beberapa detik menatap kerangka itu.
"Bisa bergerak pun kenapa?" Feng Bujue berjalan mendekati konter sambil berkata, "Cuma rangka tulang. Kalau berani merangkak sembarangan... akan kuhancurkan dengan piano."
"Piano dipakai sebagai algojo?" Guixiao menyadari, seringkali satu kalimat dari Feng Bujue mampu mengalihkan perhatian tim dari hal horor ke bahan kritikan.
"Ini cuma konsep." Feng Bujue melanjutkan sambil mulai menggeledah mayat, "Jujur, piano tidak efektif untuk memenggal. Lebih baik jepit kepala pakai pintu mobil lalu dibanting. Itu cara main yang benar."
Feng Bujue menggeledah dengan teliti. Andai saja sistem tidak mencegah, mungkin kerangka itu akan ditelanjangi habis-habisan.
Singkat cerita... ditemukan empat item. Pertama, sebuah item misi...
【Nama: Kacamata Hitam Bintang Lima】
【Jenis: Terkait alur cerita】
【Kualitas: Normal】
【Fungsi: Tidak diketahui】
【Dapat dibawa keluar dari quest: Ya】
【Catatan: Kacamata retro dengan gaya yang sangat mencolok.】
Dibandingkan dengan rambut palsu sebelumnya, item "yang bisa dibawa keluar dari quest" ini terlihat semakin membingungkan; Jika latar quest ini berada di klub disko Amerika era 80-an, mungkin masih masuk akal menemukan benda ini. Tapi siapa sangka bisa ada barang seperti ini di lingkungan SD zaman Showa?
Selanjutnya, mari bahas item kedua. Ini juga merupakan item misi...
【Nama: Paru-paru "Itu"】
【Jenis: Terkait alur cerita】
【Kualitas: Normal】
【Fungsi: Dapat ditanamkan ke bagian tubuh "Itu"】
【Dapat dibawa keluar dari quest: Tidak】
【Catatan: Organ miniatur dari giok hijau yang memancarkan energi spiritual samar】
Deskripsi item ini telah menjelaskan fungsinya dengan jelas - ini adalah salah satu alat untuk membuka patung altar di dekat "pintu keluar".
Lalu, item ketiga adalah selembar kertas.
Kertas putih yang kusut ini berukuran sebesar foto, bertuliskan kalimat: "Tachibana adalah murid terbaikku, dia membuatku melihat bayangan diriku semasa kecil."
Memperhatikan situasi di ruang kelas ini, kemungkinan besar tulisan ini dibuat oleh kerangka ini semasa hidupnya. Identitasnya sekitar 80% adalah guru musik sekolah ini.
Terakhir, item keempat... adalah 【Kunci Ruang Biologi】. Kunci ini juga secara eksplisit menunjukkan lokasi target berikutnya bagi para pemain.
“Hmm... Kertas ini tidak ada deskripsi itemnya.” Setelah mengeluarkan dan menunjukkan keempat benda satu per satu, Feng Bujue berkata, “Artinya... tulisan di kertas ini mungkin semacam petunjuk, atau sekadar untuk menyempurnakan alur cerita.”
“Kurasa... Kemungkinan besar untuk menyempurnakan alur cerita.” An Yueqin menyambung, “Saat Sistem membuat quest dan membagi peran, pasti mempertimbangkan kemampuan bermain pianoku. Jadi setelah kugunakan kemampuan ini untuk memecahkan teka-teki tadi, kita menemukan kertas yang melengkapi settingan karakter 'Sanqianyuan' punya bakat musik.”
“Ah, mungkin saja...” Feng Bujue sambil menyelipkan kertas ke saku dalam bajunya, “Tapi kalau ternyata petunjuk juga tidak masalah, diingat saja.” Usai bicara, dia memasukkan benda-benda lain ke saku bajunya, menjentikkan jari, lalu menunjuk ke arah pintu, “Ayo, ruangan berikutnya.”
Pada detik itu, kelima orang lainnya dengan kompak membuka jalan.
Jelas, setelah serangkaian kejadian sebelumnya, para pemain sudah memiliki gambaran utuh tentang gaya cerita dan tingkat horor quest ini. Jadi... mereka semua sepakat—lebih baik Jue Ge yang berjalan di depan.
……
Singkat cerita, dua menit kemudian, mereka tiba di depan ruang biologi.
Saat Feng Bujue memasukkan kunci ke lubangnya, lima orang di belakangnya menahan napas... Mereka semua sudah siap dihantam adegan horor mendadak.
Kriiik, chiii—
"Jue Ge dengan tenang membuka kunci pintu. Saat kunci berubah menjadi cahaya putih dan lenyap, dia sudah menarik pintu itu terbuka."
Hasilnya, tidak terjadi apa-apa...
Setidaknya secara visual dan pendengaran, tidak ada adegan teror yang berdampak kuat muncul.
Tapi...
"Aduh... bau apa ini?" Guixiao kembali menjadi yang pertama bersuara. Harus diakui, meski kemampuan teka-tekinya agak dipertanyakan, reaksinya tetap cepat dan indranya tajam.
"Ini semacam... oh tidak... seharusnya 'berbagai' pelarut organik kadaluarsa." Kali ini, Wang Tanzhi yang menjawabnya.
"Hē hē... Pantas disebut Dokter Wang, mencium bau seperti ini~ malah jadi tenang ya?" Feng Bujue bergurau sambil menoleh ke Xiao Tan.
"Hmph... Ya." Xiao Tan merenung, baru menyadari... memang benar demikian.
"Bagus, mari kita segera masuk." Saat Feng Bujue berkata demikian, langkahnya sudah melangkah masuk ke dalam pintu. Investigasi ruang biologi pun dimulai.
Ruang biologi adalah ruangan terkecil yang pernah mereka masuki hingga saat ini. Di tengah ruangan terdapat meja eksperimen persegi panjang. Dari tinggi meja itu, anak SD harus berdiri untuk melakukan operasi di atasnya. Mungkin karena itu... tidak ada tempat duduk sama sekali di sini.
Di kedua sisi ruangan terdapat beberapa pajangan, sebagian besar berupa spesimen yang diawetkan dalam cairan atau dikeringkan; Dinding sekelilingnya ditempeli ensiklopedia hewan dengan tulisan penjelasan sederhana; Di sudut ruangan terdapat wastafel, sumber bau menyengat di ruangan ini jelas berasal dari sana...
Kali ini, para pemain melakukan investigasi dengan sangat hati-hati.
Alasannya ada dua: Pertama, saat membuka pintu tidak memicu peristiwa horor sama sekali, justru membuat para pemain merasa tidak nyaman; Kedua, Xiao Tan khusus mengingatkan bahwa pelarut organik yang kadaluarsa tidak hanya berbahaya bagi tubuh, tetapi juga berpotensi menyebabkan kebakaran.
Akhirnya, setelah sekitar sepuluh menit, para pemain menyelesaikan investigasi di ruang biologi dengan hasil sebagai berikut——
Pertama, semua laci di sekitar meja eksperimen "tidak bisa dibuka". Di atas meja berantakan terdapat berbagai alat termasuk pisau bedah, serta lebih dari sepuluh jenis larutan berbeda. Namun... pada semua botol berisi larutan, tulisan pada semuanya kabur, sulit memastikan sifat cairan di dalamnya.
Kedua, spesimen di sekitarnya tidak menunjukkan kelainan.
Ketiga, sementara tidak terlihat petunjuk apapun dari ensiklopedia di dinding, namun Jue Ge tetap membaca dan menghafal semua kontennya.
Keempat, meskipun ruangan ini tidak memiliki jendela yang menghadap koridor, namun ada jendela yang menghadap ke luar sekolah. Melalui kaca jendela, terlihat jalur sempit pedesaan di bawah cahaya bulan, tiang listrik, dan pepohonan... Semuanya tampak begitu damai dan normal, kontras tajam dengan ruang mencekam di dalam sekolah.
Tentu saja, kedua jendela ini juga "disegel oleh kekuatan kegelapan", tidak dapat dihancurkan.
Kelima, saluran pembuangan wastafel jelas tersumbat. Di dalam kolam terkumpul banyak cairan kotor, sama sekali tidak terlihat kondisi dasar kolam. Kran airnya memang bisa diputar, namun tidak ada aliran air yang keluar dari pipa.
"OK……Matikan semua senter kalian." Setelah investigasi dan komunikasi selesai, tugas pengambilan keputusan kembali jatuh di pundak Jue Ge. "Hmm..." Ia bergumam setengah detik, lalu melanjutkan, "Seperti yang kalian lihat, semua alat di meja eksperimen bukanlah item 'Terkait alur cerita'. Jadi, jika kita mencari petunjuk di ruang kelas ini..."
Saat mengucapkan ini, Feng Bujue memandang ke arah wastafel dengan maksud yang jelas.
"Jangan lihat aku... Jangan lihat aku..." Saat ini, Guixiao sedang mengulang mantra lima karakter dalam hati dan mencoba melakukan Misdirection secara mental.
Tak disangka, tiba-tiba...
"Aku yang akan melakukannya." Xiao Tan justru maju secara sukarela.
