Saat Ruo Yu dan dua wanita lainnya keluar dari toilet wanita, Jue Ge dan dua pria lainnya telah menunggu di depan pintu selama satu menit lebih.
"Bagaimana? Ada temuan?" tanya Feng Bujue.
"Item tidak ditemukan sama sekali, tapi... sepertinya ada notifikasi," jawab An Yueqin.
"Belum selesai bicaranya," Xiao Ling segera melanjutkan penjelasan, "Di toilet wanita, ada satu dinding yang dihiasi tiga gambar coretan——yang pertama adalah permainan tic tac toe (permainan tiga garis) yang sedang berlangsung, yang kedua menggambarkan menara Hanoi, sedangkan yang ketiga agak aneh... terlihat seperti kumpulan pola tidak beraturan dengan banyak garis melengkung, maknanya tidak jelas."
"Apakah kalian mengingat ketiga pola itu?" Feng Bujue segera bertanya.
"Dua yang pertama pasti kami ingat." Kali ini Ruo Yu yang menjawab, "Tapi yang ketiga... hanya Xiao Ling yang bisa mengingat sepenuhnya."
"Oh... baiklah." Feng Bujue mengangguk, "Karena sudah diingat semua, mari kita berangkat."
"Eh? Lalu bagaimana dengan situasi di pihak kalian?" Melihat Jue Ge berbalik pergi, An Yueqin buru-buru mengejar dengan pertanyaan.
"Situasi di pihak kami juga sudah kuingat semua, tapi untuk menghemat waktu, saranku kita bicara sambil jalan." Saat mengucapkan ini, Feng Bujue sudah menarik tangan Xiao Tan berjalan berdampingan menuju arah lantai dua.
Melihat situasi ini, yang lain pun tidak berkata-kata lagi, semuanya bergegas mengikuti; An Yueqin yang memegang "senter yang menyala" lainnya juga dengan sadar diri mengambil posisi di belakang rombongan untuk mengawal.
"Situasi di kamar mandi pria mirip dengan di sisi kalian." Hanya berjalan dua tiga meter, penjelasan Jue Ge dimulai, "Di sini tidak ada grafiti, tapi di belakang pintu tiga ruang jongkok tertulis satu baris kalimat..." Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Di belakang pintu ruang pertama tertulis 'hati-hati dengan wastafel'; yang kedua 'perhatikan kaki'; sedangkan yang ketiga 'jangan berlari di koridor'."
"Hmm..." Xiao Ling segera berbicara setelah Jue Ge selesai, "Ketua guild, apa kau menyadari bahwa informasi yang tersembunyi di kedua toilet ini mungkin adalah..."
"Benar." Feng Bujue menyela sebelum lawan bicaranya selesai, "Semua informasi itu adalah 'notifikasi penting' tentang berbagai ruangan." Dia berhenti setengah detik, "Grafiti tic tac toe di toilet wanita jelas mengimplikasikan konsep 'kotak sembilan'; teka-teki kotak sembilan muncul di ruang musik, dan hanya Senzengen yang bisa memecahkannya. Karena Senzengen perempuan... maka petunjuknya ada di toilet wanita."
"Oh! Aku mengerti." Xiao Tan menyela, "Menurutmu... tulisan 'hati-hati wastafel' di toilet pria mengingatkan pada wastafel di ruang biologi. Teka-teki ruang biologi harus kuselesaikan sebagai 'Sawada', dan karena Sawada laki-laki... maka petunjuknya ada di toilet pria."
“Ya.” Feng Bujue menjawab, “Artinya, setelah kita keluar dari kelas 2A, rute terbaik seharusnya langsung menuju kamar mandi. Kalau kita sempat melihat petunjuk di kamar mandi sebelum memasuki ruang biologi dan ruang musik, kita pasti bisa lebih santai memecahkan teka-teki 'nomor tempat duduk' itu. Xiao Tan juga mungkin terhindar dari serangan monster.” Sambil berkata demikian, dia mengangkat bahu, “Tapi… tidak terlambat sekarang. Tim kita cukup kuat. Meski tidak mengikuti alur optimal, kerugian tidak terlalu besar. Intinya hati-hati ke depannya.”
“Kalau begitu… Berdasarkan logika ini, bisakah kita lakukan deduksi seperti ini…” Ruo Yu tiba-tiba mendapat ide, menatap Jue Ge, “Dalam quest selanjutnya, kita harus memecahkan teka-teki di empat zona lagi. Empat zona ini harus dihancurkan masing-masing olehmu, aku, Xiao Ling, dan Guixiao menggunakan skill unik tertentu.”
“Benar.” Feng Bujue membalas, “Kemungkinan besar memang akan seperti itu.”
“Jika benar begitu, waktu kita sangat terbatas.” Guixiao menambahkan tepat waktu, “Bahkan jika menghitung kelas awal sebagai zona, saat ini kita baru menyelesaikan dua setengah zona… Senter satu orang sudah habis baterainya. Jika tetap mempertahankan progres sebelumnya, perangkat pencahayaan kemungkinan besar tidak akan bertahan sampai ruangan terakhir.”
"Jangan khawatir, masalah ini sudah kupikirkan." Feng Bujue segera menanggapi, "Mulai sekarang kita percepat ritme, jelajahi dua zona lagi. Jika situasi memburuk, kita kembali ke ruang biologi dan membuat beberapa obor menggunakan alkohol dan perban di meja eksperimen. Dengan cara itu... mungkin bisa bertahan sekitar setengah jam."
"Oh... ada metode seperti itu." Guixiao merasa sedikit lega mendengar ini.
Percakapan mereka berakhir tepat saat mereka tiba di bagian bawah tangga kayu itu.
Xiao Tan yang memimpin tanpa pikir panjang mengangkat senter ke atas, melirik sekilas, lalu bersiap menaiki tangga.
Namun, tepat di detik ini...
"Tunggu!" Jue Ge yang hampir sejajar dengannya tiba-tiba mengulurkan tangan menghentikannya, "Ada yang aneh..."
Dalam lingkungan yang mencekam ini, pernyataan "ada yang aneh" sendiri sudah cukup membuat orang merinding.
"A...apa?" Xiao Tan menarik kembali kakinya, terbata-bata.
"Lihat baik-baik..." Feng Bujue memalingkan kepala, matanya menunjuk ke tangga di depan, "Di anak tangga... ada jejak kaki."
"Hah?" Setelah diingatkan, Xiao Tan langsung menyadarinya, "Oh! Benar ada!"
Memang ada jejak kaki di tangga kayu itu, tapi... hanya terlihat jelas ketika cahaya menyorot langsung dengan sudut pandang tertentu.
Lebar anak tangga ini kira-kira 1.2 meter. Di setiap tingkat tangga, terdapat jejak kaki yang tidak memiliki pola sol sepatu sama sekali - hanya "siluet" lingkaran di bagian terluar, terlihat seperti "berongga".
"Sepertinya... inilah area yang diperingatkan oleh 'perhatikan bagian bawah kaki'." Kata Feng Bujue, "Bukan di dalam ruangan, tapi di tangga, ha..." Hingga di sini, ia tak bisa menahan tawa, "Mustahil dihindari~"
"Lalu... bagaimana cara memecahkan teka-teki ini?" Tanya Guixiao yang mengikuti di belakangnya.
"Bukankah ini jelas? Kamu tinggal menginjak jejak kaki di tangga sesuai polanya." Jawab Feng Bujue.
"Oh... Aku harus..." Guixiao secara instingtif hendak merespons, tapi baru setengah bicara sudah merasa ada yang salah, "Kenapa malah aku yang duluan?"
"Omong kosong. Karena ini teka-teki yang terkait dengan notifikasi di kamar mandi pria, pasti perlu karakter pria untuk memecahkannya." Balas Feng Bujue, "Xiao Tan yang memerankan Sawada sudah menyelesaikan teka-teki pembedahan di ruang biologi. Jadi tinggal kita berdua."
"Lalu atas dasar apa kamu menyimpulkan ini bukan tugasmu?" Tanya Guixiao lagi.
Mendengar ini, Feng Bujue langsung mengangkat satu kakinya, mengambangkan telapak kakinya di atas jejak kaki di anak tangga pertama, lalu mengucapkan sebuah kata dengan pengucapan Inggris yang dianggapnya sangat standar: "LOOK."
Guixiao memerhatikan sejenak lalu menyipitkan matanya, bergumam: "Sial... karena kakimu besar ya?"
"Kakiku tidak besar, tapi pasti tidak sekecil orang yang tingginya kurang dari 1,7 meter." Feng Bujue bisa dengan mudah menyelipkan kata-kata bernada serangan pribadi dalam percakapan normal, ini benar-benar sebuah bakat.
"Jangan cerewet! Aku masih dalam masa pertumbuhan!" Guixiao membalas dengan geram sambil melangkah maju dan menyalakan senternya lagi, "Sudahlah... Tidak ada waktu untuk obrolan kosong, sekarang waktunya bergegas."
Untuk kepentingan strategi besar, Guixiao tidak melanjutkan perdebatan dengan Jue Ge dan segera mulai bertindak.
Kreek——
Ini suara langkah pertama Guixiao menginjak anak tangga... Persis seperti bunyi papan kayu yang siap patah kapan saja.
Tentu saja, meski suaranya menyeramkan, tangga tersebut sebenarnya tidak runtuh.
"Aduh... Pola jejak kakinya juga cukup tajam ya..." Guixiao baru saja ingin melangkah kedua ketika menyadari posisi jejak kaki kiri di tangga kedua ternyata berada di sebelah kanan jejak kaki kanan di tangga pertama, "Ini maksudnya naik tangga sambil menari?"
Mencela memang mudah, tapi dalam situasi ini... Mundur kembali justru berisiko, jadi dia terpaksa melanjutkan jalan di depannya dengan nekat.
Maka dimulailah perjalanan Guixiao menaiki tangga selangkah demi selangkah dengan hati-hati.
Baru beberapa langkah berjalan, Guixiao menyadari... kontur jejak kaki itu hampir persis sesuai dengan ukuran kakinya, hal ini membuatnya sangat tidak nyaman, namun juga membuktikan bahwa ucapan Juege memang benar - mekanisme tangga ini harus dipecahkan olehnya.
Level satu, level dua...
Keseimbangan Guixiao cukup baik, meskipun distribusi jejak kaki di tangga terkesan sengaja mempersulit, ia tetap berhasil menginjak setiap jejak dengan stabil.
Setelah menaiki dua belas anak tangga, Guixiao tiba di persimpangan yang menghubungkan dua bagian tangga.
Area ini tidak memiliki jejak kaki, jadi ia langsung menginjaknya. Saat kedua kakinya menyentuh bidang datar itu sekejap, dua belas anak tangga yang telah diinjaknya mengeluarkan suara berderit yang aneh.
Kemudian, asap hitam samar-samar mengepul dari tangga, disertai kabut tipis... kontur jejak kaki di tangga pun lenyap.
"Hmm..." kata Feng Bujue sambil mengamati, "Setelah kau menginjaknya, tangga ini sepertinya bisa dilewati dengan bebas."
Usai berkata demikian, ia mengangkat kaki dan mencoba naik dua level. Hasilnya tidak terjadi apa-apa, bahkan suara 'kriiik' pun menghilang.
Melihat ini, rombongan pun tak ragu lagi; dalam belasan detik, kelima anggota tim telah sampai di sudut tangga.
“OK……kalau begitu aku lanjut.” Setelah semua orang berada di posisi, Guixiao kembali maju untuk menginjak bagian belakang tangga.
Kreek—kreek—
Sama seperti bagian depan, saat Guixiao memecahkan mekanisme, suara anak tangga tetap terdengar.
Berbekal pengalaman, kali ini ia berjalan lebih cepat. Setelah beberapa langkah, pandangannya melebihi ketinggian lantai dua; Jika sekarang ia melihat lurus ke depan, koridor lantai dua sudah terlihat.
Dan Guixiao... benar-benar mengangkat senter dan melirik ke atas.
Tidak melihat tidak apa-apa, begitu melihat ia hampir terguling jatuh ke bawah.
“Hei...” Mungkin terlalu terkejut, Guixiao kali ini malah tidak berteriak. Ia hanya menyorotkan senter ke arah yang dilihatnya sambil berkata dengan suara seperti ingin menangis tanpa menoleh, “Kalian ingat sosok yang muncul di luar jendela kelas 2-A yang kita lihat sebelumnya...”
Feng Bujue yang berdiri di belakang sudah membaca keanehan dari siluet punggung Guixiao yang gemetar. Mendengar ini, Jue Ge langsung menyadari: “Kau melihatnya?”
“Hmm...” Kata “hmm” Guixiao disertai getaran suara yang jelas, “Dia sekarang tiarap di jarak 1 meter dari anak tangga terakhir, dalam posisi merangkak... sambil menatapku dengan senyum mengerikan.”
“Kondisimu bagaimana?” Sambung Feng Bujue.
“Kaki gemetar, kapan saja bisa langsung berlutut di tempat、atau terjatuh dan terguling ke bawah tangga.” Guixiao tidak suka berbelit-belit, jadi dia langsung mengatakan apa yang dipikirkan.
“Tidak mungkin? Kamu sudah melihatnya, apa lagi yang perlu ditakutkan?” Feng Bujue menambahkan.
“Memang begitu…” Guixiao membalas, “Tapi sama-sama 'melihat', ada perbedaan besar antara melihat dengan Perspektif Data dan melihat seperti sekarang…” jelasnya, “Yang pertama seperti melihat dot matrix, yang kedua seperti menonton film horor.”
“Kalau begitu anggap saja film horor itu sebagai dot matrix.” Feng Bujue menggumam dengan nada panjang.
“Aku tidak punya kemampuan sepertimu…” Guixiao mengaku tidak mampu.
“Coba pikir begini…” kata Feng Bujue, “Skenario terburuk cuma - saat kau mendekat, dia tiba-tiba menerjangmu. Bukankah ini sama saja dengan diserang monster biasa? Hadapi saja, lawan, kalau memang harus mati… apa masalahnya?”
“Penjelasanmu… benar-benar… SANGAT MEMBANTU!” Bagian ketiga kalimat Guixiao ini hampir seperti auman Grooaaak, menunjukkan dia kembali dalam kondisi "kemarahan akibat ketakutan ekstrim".
"Meski tidak ingin mengganggu obrolan kalian berdua, tapi sepertinya lebih baik saya ingatkan..." Saat itu, Ruo Yu yang berdiri di samping Jue Ge tiba-tiba menyela, "Anak kecil Guixiao... sentermu sudah hampir habis baterainya. Jika kau langsung menyerang sekarang, mungkin masih bisa menggunakan cahaya untuk mengusir atau mengendalikan monster itu. Tapi jika kau tetap berdiri di sana saling menatap diam-diam dengannya sampai senter padam, mungkin sebelum sempat naik, dia sudah turun..."
"Ah——"
Sebelum Ruo Yu menyelesaikan kalimatnya, Guixiao sudah berteriak keras. Dengan kecepatan luar biasa, kakinya menginjak tepat di setiap jejak kaki di tangga, melangkah naik selangkah demi selangkah.
Jelas bahwa perkataan Ruo Yu berhasil...
Hal ini mengajarkan kita——salah satu cara untuk memaksa seseorang menghadapi ketakutannya adalah dengan menggunakan tekanan yang lebih menakutkan untuk membuatnya bertindak.
Hanya lima detik kemudian, Guixiao sudah sampai di ujung tangga. Seiring kedatangannya, monster itu justru mundur...
Setiap langkah Guixiao maju, ekspresi wajah makhluk itu berubah sedikit. Akhirnya... senyuman menyeringai berubah menjadi ketakutan yang terdistorsi.
Ketika Guixiao menginjak jejak kaki terakhir, monster itu menjerit keras di bawah sorotan lampu dari jarak dekat. Sekejap, tubuhnya berubah menjadi aura hitam yang menghilang.
Saat kedua kaki Guixiao menginjak koridor lantai dua, yang tersisa di lantai tempat monster itu merangkak hanyalah——sepasang sepatu.
Chapter 1125: Kenangan Musim Panas (Dua Belas)
"Lihat... Selama kau berani menghadapi ketakutan, mengalahkannya sebenarnya cukup mudah." Ucap Feng Bujue saat seluruh anggota tim telah tiba di lantai dua.
Sementara itu, senter di tangan Guixiao juga benar-benar kehabisan baterai.
"Kalau orang lain yang bilang begitu, pasti akan kubalas... 'Kau bicara seenaknya saja'." Emosi Guixiao kini sudah lebih tenang, nada bicaranya pun stabil, "Tapi kalau kau yang bilang, aku memang tidak bisa membantah..."
"Hehe..." Feng Bujue tersenyum, "Aku anggap ini pujian." Sambil berkata demikian, ia berjalan maju dan mengambil sepasang sepatu di lantai.
【Nama: Sepatu Licik Hantu】
【Jenis: Perlengkapan Pertahanan】
【Kualitas: Rare】
【Daya Tahan: Sedang】
【Atribut: Tidak ada】
【Efek: Mengeluarkan kabut hitam peringatan saat mendekati jebakan berwujud tetap】
【Syarat peralatan: Pria, Level 8 ke atas, ukuran kaki ≤39, terikat setelah dipasang】
【Dapat dibawa keluar dari quest: Ya】
【Catatan: Sepatu yang ditinggalkan setelah hantu licik hancur lebur jiwanya.】
"Huh? Ternyata peralatan... Kukira ini item misi." Setelah membaca deskripsi item, Feng Bujue menyerahkan sepatu itu ke Guixiao, "Karena kau yang memecahkan mekanisme di bagian ini, ambil saja hadiahnya."
Guixiao pun tidak sungkan, langsung menerima sepatu tersebut terlebih dahulu.
“Hmm… atribut ini biasa-biasa saja.” Guixiao melihat peralatan itu sambil bergumam, “Tapi juga bukan sepenuhnya tulang ayam…” Sambil berkata demikian, dia mengikat kedua sepatu dengan tali sepatu dan melemparkannya ke bahunya, “Pokoknya… aku tidak akan sungkan mengambilnya.”
Bagaimanapun dia adalah pemain profesional di bawah Order, nilai sebuah peralatan bisa dievaluasi hingga 80-90% akurasinya; jadi dia juga tahu, barang seperti ini termasuk jenis "bisa terjual jika dipasang harga wajar di rumah lelang". Tentu saja, dia tidak perlu terlalu memikirkannya karena pekerjaan mengurus trofi tidak perlu dia lakukan – pihak studio memiliki staf khusus yang bertugas mendistribusikan peralatan dan Skill yang bisa ditransaksikan.
“OK, aku lihat kamu juga tidak terlihat perlu istirahat, tidak boleh ditunda lagi, kita langsung lanjutkan perjalanan.” Dua detik kemudian, Feng Bujue menoleh ke anggota tim sambil berkata, lalu melambai ke Xiao Tan sebagai isyarat untuk memimpin jalan.
Namun kali ini Xiao Tan mengusulkan: “Jue Ge, kurasa… lebih baik kamu yang memimpin, aku akan berikan senter padamu.”
“Hmm…” Feng Bujue merenung sebentar sebelum menjawab, “Baiklah, aku yang akan memimpin.”
“Hei!” Menyaksikan adegan ini, Guixiao langsung terkejut, “Kenapa permintaannya langsung kamu turuti? Saat aku mempertanyakan komando mu dulu, kamu malah mencela habis-habisan!”
“Karena dia terluka.” Feng Bujue langsung menjawab dengan nada yang wajar, “Kalau waktu itu kamu dicakar monster sampai terkoyak daging, pasti aku juga akan mempertimbangkan kondisimu.”
Alasan ini memang masuk akal, tidak ada yang bisa disalahkan.
"Baiklah... Selalu saja kamu yang benar..." Guixiao mengernyitkan matanya, mencibir sambil bergumam, lalu berhenti berbicara.
Sementara Jue Ge telah mengambil senter dari Xiao Tan, kembali berjalan di depan rombongan sambil berkata: "Selain itu, dengan berjalan di depan... aku bisa menghalangi sebagian besar 'adegan kejutan' untuk kalian, bukan? Ini juga baik untuk penilaian Nilai Ketakutan kalian."
"Ah, sudahlah~ Selain kamu, kami semua sudah ketakutan berkali-kali," An Yueqin menyela, "Yang penting bisa menyelesaikan misi quest ini, aku sudah tidak peduli dengan ratingnya."
"Setuju," Ruo Yu mengangguk, "Quest ini benar-benar horor dengan banyak adegan kejutan mendadak... Rating kami sudah pasti hancur." Dia menatap Jue Ge dan melanjutkan, "Tapi... meski mengabaikan Nilai Ketakutan, aku tetap mendukungmu berjalan di depan. Efisiensi tindakanmu dalam quest seperti ini jauh melebihi kami. Orang biasa seperti kami akan terpengaruh oleh rasa takut, tapi kamu tidak... Di situasi genting yang membutuhkan kecepatan seperti ini, kamulah pemandu terbaik."
Selagi mereka berdiskusi, langkah Jue Ge terus berlanjut. Seluruh rombongan mengikutinya dengan rapat.
Tata letak lantai dua berbeda dengan lantai satu. Ruang di sini sangat sempit, koridor dari tangga langsung terlihat ujungnya. Hanya ada dua ruangan di lantai ini...
Feng Bujue tidak buru-buru membuka pintu. Ia lebih dulu berjalan ke ujung koridor dan memeriksa jendela yang terletak di sana.
Sama seperti jendela-jendela di ruang biologi lantai satu, jendela di sini "menghadap ke luar kampus". Karena berada di lantai dua, pemandangan dari sini terlihat lebih jauh.
"Teman-teman... Apa aku tidak salah lihat? Itu torii?" tiba-tiba Jue Ge berkata setelah berdiri diam di depan jendela sambil menatap ke luar selama beberapa detik.
Sebelum suaranya habis, Xiao Ling dan Xiao Tan langsung berdua mendekat. Mengabaikan faktor bonus dalam game, keduanya memang memiliki penglihatan tajam di dunia nyata dan biasanya aktif membantu dalam situasi yang membutuhkan ketelitian visual.
"Hmph... Benar." Dengan bantuan cahaya bulan yang terang, Xiao Tan segera mengkonfirmasi, "Di sana, di jalan setapak gunung itu."
"Aku juga melihatnya, warna merah. Pasti torii." Xiao Ling menyambung.
"Artinya... melewati hutan kecil di sana, menyusuri jalan gunung, tidak jauh lagi ada sebuah kuil, ya?" Feng Bujue kembali bertanya.
"Maksudmu..." Guixiao langsung menangkap implikasi dalam perkataannya, "Upacara yang disebutkan di berita itu..."
"Sanja Matsuri." An Yueqin tepat waktu mengingatkan.
"Oh iya... Sanja Matsuri." Guixiao melanjutkan, "Maksudmu lokasi festival itu tidak jauh dari sekolah ini, jadi... mungkin terkait dengan serangkaian fenomena supranatural yang terjadi di sini?"
“Saya juga tidak tahu, informasi saat ini masih kurang.” Feng Bujue berkata sambil berbalik dan memberi isyarat agar tim mengikutinya kembali, "Sepengetahuanku... 'Sanja Matsuri' secara umum merujuk pada aktivitas rakyat yang diwariskan sejak era Edo, diadakan di wilayah Asakusa Tokyo, intinya hanya prosesi menggotoki mikoshi di jalanan. Tapi tentang 'Sanja Matsuri' di kota kecil tempat SD Chongjiu ini berada, atau lebih tepatnya di 'desa' mereka ini, tujuan konkretnya apa... aku tidak tahu."
Saat mengucapkan ini, Feng Bujue telah sampai di depan pintu "Ruang Kepala Sekolah" lantai dua. Tepat di seberang pintu ini, terdapat "gudang" yang pernah dilanda kebakaran.
"Aku akan coba dulu pintu ini..." Jue Ge berdiri di sana berpikir dua detik, akhirnya memilih menghadap ke pintu gudang.
【Pintu ini disegel oleh kekuatan kegelapan】
"Baiklah..." Setelah menerima notifikasi yang sudah diprediksi, Feng Bujue melihat rekan-rekan timnya, mengangkat bahu, lalu mengeluarkan 【Kunci Ruang Kepala Sekolah】 dan membuka pintu kantor kepala sekolah.
Pintu ruangan ini berbeda dari semua pintu sebelumnya. Bukan pintu geser bergaya Jepang, melainkan pintu swing biasa.
Karenanya, Feng Bujue tidak menariknya ke samping, tapi mendorongnya ke dalam.
"Uh—" Begitu daun pintu terbuka, erangan rendah terdengar dari dalam ruangan, bersama aroma alkohol menyengat yang menyebar keluar.
“Ha…” Saat Feng Bujue mencium aroma itu, ia tertawa ringan, “Petunjuk ini cukup jelas.” Sambil melangkah masuk, dia berkata, “Maksudnya ingin memberitahu kita – kepala sekolah adalah pemabuk yang ceroboh karena minum, ya?”
Periode setelah pintu terbuka adalah puncak kejadian kasus kejutan. Meski perkataan Jue Ge masuk akal, yang lain sama sekali tidak menanggapi… Mereka semua tegang, bersiap menghadapi kejadian tak terduga.
Belasan detik kemudian, keenam pemain telah memasuki ruang kepala sekolah.
Jika dikatakan ruang biologi di lantai satu memiliki "area gerak" yang terbatas, maka ruangan ini… murni karena ukurannya yang kecil.
Area seluas sekitar tiga puluh meter persegi ini berisi sebuah meja kerja, tiga kursi kayu solid, dan rak buku besar. Meja dan rak buku jelas untuk keperluan kerja kepala sekolah, sedangkan kursi… Jelas, satu untuk kepala sekolah sendiri, dua lainnya untuk orang tua yang berkunjung.
Selain itu, di ruang kepala sekolah ini juga terdapat sebuah jendela.
Feng Bujue langsung menuju jendela begitu masuk, ingin melihat pemandangan di baliknya.
Hasilnya, dia melihat lapangan sekolah, dan…
“Oh? Ini agak aneh…” Feng Bujue baru berdiri di jendela beberapa detik sudah berkomentar.
“Ada apa?” Guixiao yang berada dekat mendekat dan ikut melihat, “Kamu lihat lagi… Ah!” Ucapannya terhenti karena di tengah kalimat, dia melihat apa yang dilihat Jue Ge hingga berteriak kaget.
"Apa yang terjadi? Kamu lihat apa?" Anggota tim lainnya kaget dibuatnya, serentak menoleh dan bertanya.
"Ada... ada orang di luar!" Guixiao menjawab dengan gagap.
Mendengar ini, para hadirin langsung berkumpul di dekat jendela, mencoba melihat ke luar.
Saat itu, di lapangan sekolah yang sepi, berdiri sebuah bayangan manusia. Di bawah cahaya bulan terlihat... seorang pria berusia sekitar tiga puluh tahun, mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam, dengan kacamata di wajahnya.
Secara penampilan, dia terlihat seperti karyawan biasa - tubuh agak gemuk, wajah biasa-basaja, gaya rambut pun sederhana.
Sebenarnya, seandainya dia hanya berdiri di sana, mungkin Guixiao tidak akan sampai ketakutan. Masalahnya... saat ini dia sedang menatap ke arah jendela ruang kepala sekolah dengan pandangan kosong yang langsung bertemu mata para pemain di kejauhan. Ini... agak menyeramkan.
"Jue Ge, ini... bagaimana?" Xiao Tan tetap langsung meminta pendapat Feng Bujue.
"Waktu mepet. Kalian cari di ruangan dulu. Aku akan coba berkomunikasi dengannya." Saat mengucapkan ini, Feng Bujue sudah mengangkat tangan kanannya dan melambaikan ke arah sosok di lapangan.
"Hati-hati." Ruo Yu, begitu mendengar instruksi Feng Bujue, langsung membuka senternya tanpa membuang waktu dan bergegas ke arah meja kerja.
Yang lain ragu sebentar, lalu juga meninggalkan jendela.
Maka, investigasi terhadap ruang kepala sekolah pun dimulai.
"OK, para pemain kali ini benar-benar berlomba dengan waktu dan gesit, semuanya selesai hanya dalam empat menit."
"Dan hasil akhirnya adalah sebagai berikut——"
"Pertama, telepon di meja kerja tidak terhubung kabel, terlihat seperti hiasan belaka."
"Kedua, meja kerja memiliki total tiga laci - satu besar dan dua kecil. Hanya laci kecil sebelah kiri yang bisa dibuka, sedangkan laci besar di tengah dan laci kecil kanan memerlukan kunci."
"Ketiga, di dalam laci yang bisa dibuka terdapat foto hitam-putih tanpa deskripsi item. Tidak ada tanggal atau tulisan pada foto tersebut. Isi foto... adalah potret setengah badan anak laki-laki berusia 7-8 tahun yang sama sekali tidak imut."
"Keempat, rak buku dipenuhi dokumen dan arsip, namun 99% kontennya tidak terlihat karena 'efek processing sistem'. Namun, ada foto kelompok ukuran super yang relatif jelas. Di balik foto tersebut tertulis: 【Tahun Showa ke-46, Kelas 1-A】."
"OK, sepertinya... kemajuan kalian sudah cukup." Empat menit kemudian, Feng Bujue menoleh ke rekan timnya.
"Hm, area yang perlu disini sebenarnya tidak banyak." Ruo Yu menjawab sambil bertanya, "Bagaimana dengan bagianmu?"
"Tidak ada reaksi." Jawab Feng Bujue.
"Jelaskan lebih spesifik." Sambung Ruo Yu lagi.
"Lebih konkretnya..." Feng Bujue menyambung, "Aku melambaikan tangan padanya, menggerakkan senter, membuat isyarat perdamaian ala Star Trek, membuat wajah lucu, mengacungkan jari tengah... Singkatnya melakukan semua yang mungkin. Kalau bukan karena sistem melarang, aku sudah melepas celana di depan jendela..." Dia berhenti dua detik, "Tapi dia hanya berdiam dengan ekspresi datar, terus menatapku tanpa reaksi apapun."
"Baiklah..." Ruo Yu akhirnya menyadari bahwa seharusnya dia tidak terus bertanya.
Singkat cerita, karena komunikasi dengan pria misterius di luar jendela tidak membuahkan hasil, para pemain sementara mengabaikannya. Setelah bertukar hasil pencarian, mereka memasuki tahap teka-teki...
"Jadi titik awalnya adalah dua foto ini." Feng Bujue memandangi dua foto di Meja Kerja sambil bersuara, "'Kelas 1A tahun Showa ke-46' ini tentu menjadi 'Kelas 2A tahun Showa ke-47'. Artinya... semua orang dalam foto grup ini, termasuk guru dan murid, baru bisa disebut 'Kelas 2A'."
"Maksudmu..." Xiao Ling mengikuti alur pikir Jue Ge, "Tersembunyi quest yang kita terima -【Selidiki nasib semua anggota Kelas 2A】, bukan hanya perlu menyelidiki nasib sembilan murid, tapi semua orang dalam foto ini?"
“Hmph, itu sudah pasti.” Feng Bujue menyambung, “Untungnya... sekarang ada tiga orang yang keberadaannya sudah jelas.” Ia menunjuk seorang anak dalam foto, “Ini Noguchi Eiji, dia meninggal pada 14 Mei tahun Showa 47 di depan lemari penyimpanan kelas.” Jarinya bergeser setelah jeda satu detik, “Yang ini adalah hantu wanita yang kita temui di ruang musik, mungkin guru musik... Meski waktu kematian pastinya tidak diketahui, tapi jelas dia akhirnya mati di dalam lemari besar itu.”
“Bangkai sudah jadi kerangka masih bisa dikenali?” Guixiao bertanya ragu.
“Bukankah dia muncul terbalik saat pintu baru terbuka?” Feng Bujue menjawab tenang, “Kalian mungkin tidak melihat jelas, tapi wajah itu kulihat sangat jelas dari dekat.”
Jawaban ini cukup meyakinkan...
“Selanjutnya... tentang yang ketiga...” Feng Bujue menunjuk orang lain dalam foto, “Yang pakai jas lab ini, kalau tidak salah... adalah spaghetti di ruang biologi itu.”
