Feng Bujue, berhasil melarikan diri.
Perkembangan situasi ternyata jauh lebih mudah dari perkiraannya, mudah sampai terasa seperti mimpi…
Sebenarnya, menurut rencana awal Jue Ge, kemungkinan gagal dalam "kabur dari penjara" pertama kali ini mencapai 90%.
Karena… informasi yang dia kuasai saat ini masih terlalu terbatas.
Selama tiga bulan ini, yang berhasil dia selidiki hanyalah semua informasi yang "bisa diakses"; sedangkan untuk hal-hal yang "tidak terjangkau", dia hanya bisa menangkap petunjuk sepenggal-penggal dari ucapan orang lain.
Misalnya "kode pintu", "struktur bangunan lengkap rumah sakit", "lokasi geografis rumah sakit", "rute kabur dari rumah sakit", "rute setelah keluar dari rumah sakit" dll, informasi-informasi ini bukan tidak ingin dia selidiki, tapi benar-benar tidak bisa diakses.
Karena itu, cara yang dipikirkan Feng Bujue adalah… "kabur sekali" dulu, dan melalui kegagalan ini memperoleh banyak intelijen berharga, baru dia bisa membuat rencana lebih matang untuk pelarian berikutnya.
Namun, bahkan dia sendiri tidak menyangka bahwa pelarian pertama kali ini… ternyata berhasil.
Dan prosesnya sederhana sampai sulit dipercaya…
Pertama, Jue Ge menyuruh Paman perawat melepas baju luar dan celana lalu melemparnya, orang itu pun menurut.
Kemudian, Feng Bujue memaksa Dokter Zhang tetap dalam posisi berlutut, dan sambil terus mengancamnya, ia dengan cepat mengganti pakaiannya menjadi seragam perawat (Jika kalian merasa hal ini agak mustahil, saya ingatkan... jangan lupa bahwa Jue Ge telah menguasai teknik ganti baju menggunakan kertas toilet selama ini).
Lalu, ia menyandera Dokter Zhang dan bersama-sama menuju ke koridor yang terpasang monitor, sambil mengunci Paman Perawat di dalam kamar pasiennya sendiri.
Selanjutnya, Jue Ge mengajak Dokter Zhang berjalan cepat melewati beberapa koridor, melalui pintu besar yang membutuhkan kartu akses (kartu akses yang menempel di dada Paman Perawat juga sudah diambil oleh Jue Ge), kemudian tiba di area publik.
Sampai saat ini, tidak ada yang menyadari keanehan; karena dua satpam malam - satu tertidur di ruang istirahat, satunya lagi tertidur di ruang monitor...
Setelah tiba di area publik, Feng Bujue melihat sekilas diagram lantai, lalu memaksa Dokter Zhang mengantarnya ke ruang ganti; di sana ia mengambil setel pakaian sipil dan semua harta benda yang berguna.
Akhirnya, ia pergi ke parkiran bersama Dokter Zhang dan memaksa yang terakhir mengendarai mobil untuk membawanya keluar dari rumah sakit jiwa ini.
Sekarang, Dokter Zhang sudah tidak punya jalan kembali lagi, ia pun mengemudikan mobil membawa Jue Ge keluar dari parkiran.
Saat melewati pintu gerbang, penjaga pintu hanya melirik sebentar dari pos penjaga, melihat kursi pengemudi diduduki Dokter Zhang sendiri, lalu membuka palang pintu.
Sebenarnya... tempat ini bukanlah penjara, juga tidak ada peraturan yang melarang pekerja di sini untuk keluar; jadi ketika penjaga pintu melihat dokter sendiri yang mengemudi, tentu tidak akan banyak bertanya.
Maka, Jue Ge yang bersembunyi di kursi kopilot... meninggalkan Rumah Sakit Jiwa Baisha dengan mulus tanpa hambatan maupun insiden.
Semuanya terlihat tenang tanpa gelombang.
Kelancaran yang membuat resah, kesederhanaan yang membosankan.
Tapi... semuanya masuk akal...
Di dalam mobil, Feng Bujue yang mengingat kembali seluruh peristiwa ini, perasaannya bagaikan... di akhir novel detektif penuh ketegangan dan sangat menarik, menemukan akhir cerita seperti "mantan narapidana melakukan kejahatan impulsif, membunuh setelah merampok lalu kabur".
Dan ini... adalah "kenyataan".
Mungkin di beberapa kesempatan, realitas lebih aneh daripada fiksi, tapi dalam 99% kasus... realitas adalah mesin dingin yang membosankan.
Di dunia nyata tidak ada banyak kasus pembunuhan ruang tertutup, sebagian besar kejahatan adalah tindakan impulsif dengan teknik kasar.
Di dunia nyata tidak banyak orang yang tetap setia pada tugas di posisi membosankan, yang ada hanyalah kumpulan parasit malang yang hanya memikirkan gaji dan selalu tidak puas dengan kehidupan di strata manapun.
Di dunia nyata juga tidak ada banyak Long Aotian atau Mary Sue, yang memenuhi dunia hanyalah orang-orang hina tak berguna namun merasa diri luar biasa.
Di realitas... bahkan lebih sedikit kebetulan, takdir, keajaiban...
Di kenyataan... yang ada hanyalah "kenyataan".
Manusia menciptakan fantasi, melayang bebas dalam khayalan, semua karena realitas yang penuh dengan kefrustasian. Ia dingin, menyedihkan... membuat langkah terasa sulit.
Tapi, dunia ini membutuhkan kenyataan.
Dalam keheningan semesta, terdapat neraca surgawi. Di kedua ujungnya - terang dan gelap berdampingan, ketakterbatasan (ruang) dan keabadian (waktu) berdampingan, fantasi dan realitas... juga harus koeksis.
Manusia tak bisa hidup dalam fantasi semata, menggunakan mimpi hampa sebagai dalih, menyia-nyiakan waktu dan menipu diri sendiri.
Manusia juga tak boleh tanpa fantasi, jika tidak akan menjadi mayat hidup, tak berbeda antara hidup dan mati.
Pikiran merambat, sampai pada titik ini...
Feng Bujue tiba-tiba tercerahkan, sorot matanya berubah.
"Aku mengerti..." gumamnya pelan, "Tempat ini... memang 'realitas', sebuah 'dunia nyata', dan aku... tidak termasuk di sini."
Huu——
Saat itu juga, desiran angin tiba-tiba bergema di telinga Jue Ge.
Seketika, matanya dibutakan oleh cahaya putih yang menyilaukan.
Ketika membuka mata kembali, ia mendapati diri telah duduk di kursi sofa yang nyaman.
Rumah sakit jiwa, mobil, malam gelap, segala sesuatu di luar jendela mobil... semuanya bagai mimpi yang tak pernah terjadi, tak pernah eksis.
Sekarang, sekitarannya dipenuhi cahaya dan bayangan yang memukau, pikiran berkabut, ruang-waktu saling bertaut... pemandangan ilusi sempurna.
Meski terlihat sangat berbeda, Feng Bujue masih bisa merasakan bahwa ini... adalah istana pola pikirnya.
"Ha..." Ia melirik sekeliling, tertawa kering, "Ini aneh... Aku ingat di sini awalnya ada tujuh orang."
"Maksudmu orang-orang ini?" Pada detik berikutnya, suara identik dengan miliknya tiba-tiba terdengar.
Dalam sekejap mata, di hadapan Feng Bujue muncul sosok dirinya yang lain. Bersamaan dengan itu, di lantai sekitar kursi sofanya muncul lima mayat - lima sosok berbaju jas panjang ungu... Feng Bujue.
"HO~" Jue Ge menatap dirinya yang masih hidup, bertanya, "Ini keadaan apa lagi? Kau yang membunuh mereka semua?"
"Bukan," jawab Feng Bujue yang lain, "Kamu... yang membunuh mereka semua."
"Benarkah?" tanya Feng Bujue.
"Ya," jawab Feng Bujue yang lain.
"Kalau begitu haruskah aku membunuhmu sekarang?" tanya Feng Bujue lagi.
"Menurutmu untuk apa kamu datang ke sini?" balas Feng Bujue yang lain sambil tersenyum.
"Lalu... mengapa harus kulakukan itu?" lanjut Feng Bujue.
"Bunuh aku, maka kau akan mengerti segalanya..." Feng Bujue yang lain itu berbicara sambil meraih ke kekosongan tak berujung, menggenggam pisau dapur bergaya Barat, "Kau akan mengerti... bahwa kaulah yang mengurung diri sendiri dalam kandang..." Ia berjalan mendekati Jue Ge sambil memegang pisau, "Kau akan paham... kaulah yang menciptakan kami berenam untuk menjagamu..." Dia menyerahkan hulu pedang ke tangan Jue Ge yang sedang berlutut satu, mengarahkan mata pisau ke tenggorokannya sendiri, "Dan pada akhirnya kau akan menyadari... kebenaran yang telah kau kuburkan dan lupakan sendiri."
Usai berkata, ia menarik tangan Feng Bujue dengan kuat...
Pada saat yang sama, kehangatan darah mulai terasa di tangan Feng Bujue.
Setelah terdiam sejenak, Jue Ge menatap enam jasad di lantai lalu melihat darah di tangannya.
Tiba-tiba, senyum jahat namun memikat mengembang di wajahnya.
