Meski keluar paksa dari Mode Jelajahi Bebas di luar Safe House akan mendapat hukuman, Jue Ge sekarang tidak peduli dengan sedikit poin XP dan koin game. Jadi dia memilih cara yang dramatis dengan menghilang langsung di depan Kodok Man.
Tidak lama setelah menghilang dalam cahaya, Feng Bujue telah kembali ke ruang login.
Saat area lift yang familiar itu muncul kembali di hadapannya, perasaan aneh seperti terpisah oleh zaman menyelimuti hati Bujue...
Dari tanggal dan waktu yang ditampilkan di layar sentuh, "waktu bermain" yang dihabiskannya dalam perjalanan ini sebenarnya hanya sekitar tiga puluh jam lebih (setara tiga jam lebih waktu nyata). Jelas bahwa periode saat Ratu Lubang Hitam mengirim Jue Ge ke "dunia nyata" tidak dihitung dalam waktu bermain — karena "pengalaman multidimensi" itu menggunakan kemampuan sang Ratu, bukan kekuatan "Takdir".
Namun... dari sudut pandang pribadi Feng Bujue, dia telah tinggal di kamar pasien tertutup rumah sakit jiwa selama berbulan-bulan. Meski secara fisik di dunia nyata tidak ada perubahan, secara psikologis... dia sangat ingin segera logout, mandi, makan supper, dan kembali ke tempat tidur untuk tidur semalaman.
Oleh karena itu, Jue Ge segera memilih opsi "bangun segera setelah offline" dan keluar dari game.
Tak lama kemudian, dia terbangun di dalam kapsul game.
Saat membuka kapsul game dan bangun, Feng Bujue melirik jam dinding... waktu menunjukkan sekitar pukul empat dini hari. Di Bulan La, waktu ini merupakan periode tergelap dan terdingin dalam sehari.
"Hah..." Jue Ge segera menghembuskan napas, mengeluarkan gumpalan uap putih dari mulutnya.
"Ternyata... ada yang tidak beres..." Detik berikutnya, Feng Bujue diam-diam merenung, "Ada sesuatu yang masuk ke sini ya..."
Meski terlihat tenang, sebenarnya... sejak saat bangun tadi, dia sudah menyadari sesuatu yang tidak normal.
"Baru-baru ini saja aku punya uang lebih, jadi bisa tidur dengan menghidupkan pemanas." Jue Ge membuka kapsul game sambil bergumam, "Tapi dengan caramu ini... bukankah pemanas yang kuhidupkan jadi sia-sia?"
Kalimatnya ini adalah bentuk pengujian, menguji reaksi "tamu tak diundang" itu.
Saat ini, hanya sudut ruang tamu tempat kapsul game berada yang terang. Area lain gelap gulita, hanya terlihat bayang-bayang dan siluet samar. Namun... Jue Ge dengan cepat mengunci target dalam kegelapan, menatap langsung sambil mengucapkan kalimat itu.
"Aku tidak bermaksud menurunkan suhu ruangan secara sengaja, hanya saja..." Sosok itu segera merespons Jue Ge sambil melangkah keluar dari kegelapan, "Setiap kali aku berada di satu tempat terlalu lama, efek seperti ini akan muncul."
Begitu selesai bicara, sosok tersebut telah berada di area yang terpapar cahaya.
Terlihat seorang anak laki-laki kulit putih berusia sekitar tujuh atau delapan tahun dengan rambut keriting cokelat dan bintik-bintik di wajah.
Secara penampilan, dia biasa saja. Tapi... suaranya bukan suara anak-anak, melainkan suara berat pria dewasa.
"Kamu ini siapa lagi?" Feng Bujue menjawab dengan lesu, "Dan... bisakah kalian sekalian mencoba menghubungi saya sebelum datang? Atau setidaknya mengetuk pintu saat datang?"
Alasan Jue Ge berbicara seperti ini tentu karena dia sudah tahu bahwa lawan bicaranya bukan "manusia".
"Namaku... Uriel." Uriel mengabaikan dua pertanyaan terakhir Jue Ge, melanjutkan, "Seharusnya kau pernah membaca nama saya di banyak literatur."
“Oh, kau ternyata.” Feng Bujue menjawab sambil lalu，“Ngomong-ngomong... Bukannya kau malaikat yang bermain-main dengan api? Kok sekitarnya malah jadi dingin, bukan panas?”
“Justru karena tugasku mengontrol 'Api Suci', aku membutuhkan ini untuk...” Uriel tiba-tiba mengubah ekspresi wajahnya di tengah kalimat, lalu tersenyum sinis，“Ha... Memang kau tak mengecewakan reputasimu.”
Di tengah ucapan itu, Uriel baru menyadari... dirinya telah terjebak dalam permainan kata Jue Ge. Ia pun buru-buru menghentikan ucapannya.
“Lumayanlah...” Feng Bujue tetap santai，“Lagipula aku tuan rumah, kau tamu. Wajar jika aku yang mengendalikan ritme percakapan.” Sambil berbicara, ia berjalan ke dinding dan menyalakan lampu ruang tamu，“Kalau begitu... Jika kau tak mau membahas kemampuanmu, tak masalah membahas penampilanmu kan?” Ia memiringkan kepala ke arah lawan bicaranya，“Tubuhmu ini kenapa? Sindrom Highlander?”
“Ini hanyalah sebuah 'wadah', bukan tubuh asliku.” Uriel menyambung，“Aku takkan sebodoh Zakharia... yang datang menemuimu menggunakan wujud asli.”
“Pantaskah kau berkata begitu tentang sesamamu?” Feng Bujue menanggapi，“Meski memang kurang cerdas, setidaknya dia gugur dalam tugas kan?”
"Hmph... Gugur dalam tugas?" Uriel tersenyum sinis, "Itu konsep dangkal yang hanya dimiliki manusia seperti kalian. Jangan samakan kami dengan kalian." Dia berhenti sejenak setengah detik, lalu melanjutkan, "Zakharia dengan mudah dikendalikan oleh manusia sepertimu, lalu dibunuh oleh iblis Simon. Kematiannya tanpa kehormatan, hanya meninggalkan aib."
"Oh." Jue Ge membalas dengan nada netral, sambil duduk di sofa dan menyelimuti diri dengan selimut.
"Sepertinya... kau sama sekali tidak tegang bertemu denganku." Uriel jelas merasakan diremehkan melihat reaksi ini.
"Alasan apa yang harus membuatku tegang?" Feng Bujue membalas, "Coba beritahu aku."
Uriel terdiam dua detik sebelum berbicara lagi: "'Taruhan pada akhirnya akan berakhir, tapi hidupmu masih panjang. Aku punya cara tak terbatas untuk membuat sisa hidupmu menyedihkan...'" Dia berhenti satu detik, lalu melanjutkan, "...Apakah kau masih ingat kalimat ini?"
"Begitu rupanya..." Feng Bujue jelas ingat, "Kaulah 'orang besar' yang disebut Hippomenes itu, ya?"
"Ingatanmu cukup baik." Uriel menyambung.
"Ha..." Feng Bujue tertawa pendek, "Baiklah, mari langsung ke topik..." Kepalanya bersandar di sandaran sofa, matanya malas menatap lawan bicara, "Katakan, syarat apa lagi yang mau kau ajukan kali ini?"
"Perkataan ini membuat ekspresi Uriel kembali tegang. Ia mencoba bertanya, 'Bagaimana kau tahu aku datang untuk bernegosiasi? Bisa saja aku... datang untuk membuatmu membayar mahal atas sikap tidak hormatmu selama ini, bukan?'"
Dia mengira pertanyaan ini bisa mengorek informasi, namun jawaban yang diterimanya adalah...
"Kau pantat busuk." Lima kata ini dilontarkan Feng Bujue tanpa pikir panjang.
"Apa... katamu?" Saat itu, Uriel mengira salah dengar.
"Kau manusia yin-yang." Satu detik kemudian, Jue Ge mengganti makiannya dengan artikulasi jelas.
"Kau..." Uriel tidak marah, justru tampak bingung dengan situasi ini.
"Sekarang aku menghinamu langsung di hadapanmu. Apa rencanamu?" Hingga kalimat ini meluncur dari mulut Feng Bujue.
"Hmm..." Uriel yang baru menyadari hinaan itu tiba-tiba meledak, "Serangga hina... Jangan kira aku tidak bisa membalasmu..."
"Manusia yin-yang pantat busuk manusia yin-yang pantat busuk manusia yin-yang pantat busuk..." Menghadapi ancaman Uriel, Feng Bujue malah melontarkan makian tiga kali lipat lebih cepat.
Usai memaki, Jue Ge merasa belum cukup jahat. Ia menjulurkan lidah ke arah Uriel sambil mengeluarkan suara "Pu kriiit...kriiit...", menyemburkan ludah palsu disertai wajah lucu.
"Saat ini, Uriel benar-benar ingin memanggil belerang dan hujan api untuk menghancurkan seluruh area ini, tapi dia tidak bisa, karena... dia tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Feng Bujue."
Hal ini, Jue Ge juga sangat memahaminya, jadi dia tidak merasa takut.
"Aku peringatkan kamu..." Setelah beberapa detik mengendalikan emosi, Uriel melanjutkan, "Kalau kamu terus bersikap seperti ini, tidak akan ada untungnya bagimu..."
"Masih pertanyaan yang sama... Bisa apa kamu padaku?" Feng Bujue bersandar di sofa, bertanya dengan sikap arogan.
"Awalnya aku sudah menyiapkan syarat yang sangat menguntungkan untukmu, tapi kalau sikapmu begini..."
Ulagi, ucapan Uriel tidak bisa diselesaikan...
Karena Feng Bujue tiba-tiba bangkit dan mencengkeram kedua kaki Uriel, mengangkatnya terbalik.
"Sikap! Sikap! Sikap..." Sambil terus meneriakkan kata itu, Jue Ge memukulkan bagian tubuh atas lawannya ke sofa dengan ganas.
Uriel yang diangkat seperti bantal... benar-benar kebingungan total...
