Inilah bajingan sejati: penuh curiga, mudah berubah, tak bisa dipercaya, kejam.
Saat tangan kirinya masih melakukan isyarat undangan, tangan kanannya sudah melancarkan serangan ke lawan.
Detik berikutnya, batu yang lebih cepat dari peluru meriam itu telah menembus tubuh Hong Hu...
"Hm?" Namun, Janggut Hitam yang menyaksikan adegan ini justru menunjukkan ekspresi terkejut.
"Hmph... Lebih kompeten dari perkiraan." Kemudian, Mad-Eye yang kemampuannya terbatas oleh belenggu juga memberi komentar sinis.
Jelas, hanya dua "kapten" yaitu Janggut Hitam dan Mad-Eye yang langsung menyadari apa yang dilakukan Hong Hu. Sedangkan para kader di kapal Janggut Hitam, setidaknya selama 3-4 detik setelah batu itu melesat... semuanya tertipu oleh Hong Hu.
Whooosh—Bang!
Batu yang "menembus" "tubuh" Hong Hu itu langsung menghantam sebuah pohon di hutan, memotong batang pohon besar itu tepat di tengah.
Saat pohon itu tumbang, barulah para kader Janggut Hitam sadar... "Hong Hu" yang ditembus batu tadi hanyalah "bayangan".
Sreeettt——
Pada saat yang sama, suara anak panah cahaya yang menembus udara sudah bergema.
Anak panah cahaya ini muncul dengan cara yang aneh, seolah 10 lebih penyerang dari delapan penjuru melancarkan serangan bersamaan. Tapi jika dilihat... di langit malam hanya terlihat titik-titik cahaya kecil yang meledak, sama sekali tak terlihat bayangan Hong Hu atau siapapun.
“Ha... Benar-benar tidak bisa diremehkan... Para pengelana antar dimensi ini...” Menghadapi serangan gencar bagai angin puyuh, Janggut Hitam tetap berdiam di tempat dengan santai, sambil terus bergumam.
Anak-anak panah cahaya itu mulai terurai dan menghilang begitu mencapai jarak sekitar 1 meter di sekitar Janggut Hitam, setelah menabrak "perisai energi"-nya.
Meski sang Kapten terlihat santai, para awak kapalnya tidak memiliki pertahanan pasif level Dewa. Beberapa kader tetap harus mengandalkan kemampuan fisik atau skill mereka untuk menghadapi serangan Hong Hu.
Untuk sesaat, keempat orang itu pun dibuat kerepotan...
Yang paling menderita adalah Neslu, karena selain harus melindungi diri sendiri, dia juga harus menjagai Mad-Eye. Sayangnya, satu anak panah berhasil mengenainya dalam rentetan serangan cepat ini.
"Sudah sepuluh detik, cukup kan?" Tepat pada detik kesepuluh rentetan panah cahaya itu, Janggut Hitam kembali berbicara.
Sebelum ucapannya benar-benar habis, Hong Hu benar-benar muncul kembali.
Hong Hu yang kini muncul kembali berdiri selembut daun terapung di atas permukaan air, masih memegang busur cahayanya. Namun kali ini, raut wajaknya tampak sangat pucat - bukan karena "tubuhnya tertembus batu", melainkan akibat stamina dan kekuatan spiritualnya yang terkuras drastis.
“Huu……” Setelah sedikit menyesuaikan napas, Hong Hu menatap Janggut Hitam sambil tersenyum getir, “Mengabaikan kemampuan pertahananmu yang membuat putus asa… Bahkan penglihatan dinamismu bisa mengikuti dan menembus jurusku… Ini benar-benar membuatku merasa terkalahkan.”
“Hmph…” Janggut Hitam menyeringai sinis, “Kau tak perlu merendahkan diri… Langkah Fei Lian Jiao tadi sudah yang tercepat yang pernah kulihat… Belum lagi, kau masih bisa melancarkan serangan jarak jauh dengan akurasi tinggi sambil menggunakan teknik gerakan eksplosif itu.” Dia berhenti sejenak, “Sayang… Ada perbedaan kualitatif level kekuatan antara kita. Di hadapan jurang ini, teknik kehilangan arti.”
“He he…” Hong Hu mengubah senyum getirnya menjadi senyum pahit, “Kalau begitu… Hanya kemauan yang bisa mencoba menutupi jurang ini.”
“Oh?” Ekspresi Janggut Hitam menunjukkan ia mulai curiga dari perkataan lawannya.
Tapi kali ini… Hong Hu sama sekali tidak memberinya waktu untuk berpikir.
Kata orang, lambat dalam bicara tapi cepat dalam aksi!
Cahaya putih berkelebat, dari yang semula berdiri di permukaan air, Hong Hu tiba-tiba sudah berada di samping Janggut Hitam.
“Dengan kemampuanmu…” Di saat yang sama, Janggut Hitam akhirnya mengerti niat lawannya.
Dalam satu detik saat tiga kata pertama terucap, Hong Hu telah merentangkan kedua tangannya lurus ke depan, telapak tangan mengarah ke musuh.
“…Ingin mati bersamaku…” Saat separuh kalimat terakhir Janggut Hitam keluar, telapak tangan Hong Hu tiba-tiba memancarkan cahaya putih yang luar biasa terang.
Boom——
Dalam sekejap, energi spiritual putih terang meledak tepat di samping tubuh Janggut Hitam. Pada jarak sedekat ini, "perisai energi" miliknya tentu tidak bisa diaktifkan.
Bahkan Janggut Hitam pun menerima sedikit kerusakan.
【Nama: Holy Covenant - Lotus Terbakar】
【Atribut Kartu Skill: Skill aktif, menghilang setelah 5 penggunaan (3/5)】
【Kategori Skill: Bertarung/Teknik Spiritual】
【Efek: Mengatupkan kedua telapak tangan untuk melepaskan ledakan partikel spiritual berdaya hancur tinggi】
【Konsumsi Energi: Nilai Spiritual 1】
【Syarat Belajar: Spesialisasi Bertarung D, Spesialisasi Teknik Spiritual A】
【Catatan: Salah satu dari "36 Holy Covenant" Kuil Zhui Ling. Untuk mengeluarkan kekuatan penuh, harus menguasai teknik rahasia "King Kong Soul" dari kuil yang sama. Jika tidak, pengguna akan menerima backlash damage saat mengaktifkan skill.】
Dari deskripsi ini jelas terlihat bahwa skill yang digunakan Hong Hu bukan versi lengkap.
Sebenarnya, jika benar-benar mendapatkan versi lengkap pun dia tidak akan bisa menggunakannya, karena di kolom "Syarat Belajar" versi lengkap 【Holy Covenant - Lotus Terbakar】 tercantum persyaratan "harus menguasai teknik mental King Kong Soul".
Lalu di mana bisa mendapatkan "King Kong Soul" ini? Ada dua cara... Pertama, cari di Kotak Kejutan; Kedua, ikuti petunjuk dalam deskripsi skill untuk menemukan "Kuil Zhui Ling" di salah satu dunia quest Taman Horor, lalu usahakan agar para biksu bela diri di sana mau mengajarkannya padamu.
"Singkatnya, ini adalah urusan yang bergantung pada takdir. Setidaknya saat ini Hong Hu belum mempelajarinya. Oleh karena itu, setelah menggunakan jurus ini pada Janggut Hitam, Hong Hu sendiri juga tak terhindarkan mengalami luka parah."
Beberapa detik kemudian, setelah cahaya putih yang menyilaukan itu menghilang, Janggut Hitam memeriksa sekeliling dan menemukan bahwa Hong Hu telah menghilang lagi. Kali ini... Janggut Hitam bahkan tidak bisa merasakan aliran energi lawannya.
"Ck... 'Mati bersama hanyalah tipuan, kesempatan untuk melarikan diri adalah tujuan sebenarnya ya...'" Janggut Hitam melihat luka di bagian luar lengan kirinya, mendengus dengan kesal.
Saat itu, ketika menyadari shield energi tidak bisa dipicu, Janggut Hitam secara instingtif mengangkat lengannya untuk memblokir serangan tersebut. Hasilnya... Lengan kirinya itu terluka parah hingga hampir terlihat tulang-tulangnya, darah mengucur deras.
Di sisi lain, bersamaan dengan ucapan Janggut Hitam, empat kader bawahan-nya baru saja pulih dari efek "kebutaan sementara" yang disebabkan oleh cahaya putih tadi.
“Ha……” Hanya Fengyan yang melihat semuanya dengan jelas, karena ketika mata tunggalnya yang terbuka terbutakan oleh cahaya putih, ia segera membuka penutup mata sebelahnya, memperlihatkan mata lain di bawah penutup (banyak bajak laut biasa menutup mata normal dengan penutup mata tunggal, sehingga ketika terjadi perubahan drastis pencahayaan sekitar, mereka hanya perlu membuka penutup untuk menggunakan 'mata cadangan' itu dan mendapatkan kembali penglihatan; selain itu, penutup mata juga bisa membuat lawan lengah atau mengintimidasi musuh sampai tingkat tertentu), “Kau harus bersyukur, si anak itu tampaknya tidak ahli dalam pertarungan jarak dekat, dan serangan jarak jauhnya akan memicu perisai energimu... Jika tidak, lukamu mungkin akan lebih parah...”
“Ini disebut luka?” Setelah mendengar perkataan Fengyan, Janggut Hitam tidak mau kalah dalam sikap, langsung bersikap masa bodoh dan balik bertanya.
Fengyan yang tersindir olehnya pun memalingkan wajah dan berhenti mengejek.
“Hmph... Setan kecil yang merasa pintar, jangan kira aku tidak tahu apa yang kau lakukan...” Beberapa saat kemudian, luka Janggut Hitam hampir sembuh total. Tiba-tiba ia bergumam sendiri sambil berjalan ke sisi Neslu.
Neslu baru saja ingin bertanya apa yang akan dilakukan kapten, ketika Janggut Hitam mengangkat tangan dan membalikkan telapak tangannya ke arah betis Neslu yang baru saja ditembus anak panah cahaya.
"Sssst..." terdengar suara desisan. Sebutir kerikil cahaya sebesar pecahan berlian melesat keluar dari luka Neslu, lalu cepat terserap ke telapak tangan Janggut Hitam.
"Kapten... Ini apa?" Neslu menatap kerikil cahaya itu dengan bingung.
"Ini semacam 'penanda pelacakan' yang dia tinggalkan," jawab Janggut Hitam sambil mengeluarkan suara "Hmph..." dengan senyum palsu. "Anak itu memang licik... Saat aku melemparkan kerikil, dia langsung menganalisis situasi dengan cepat."
"Dari sudut pandangnya - bertarung jelas tak memberinya peluang menang. Kabur pun harus sampai jarak yang sangat jauh, di luar jangkauan sensoriku, baru bisa disebut aman."
"Tapi... Mundur sampai jarak segitu berarti dia kehilangan jejak kita. Itu tak bisa diterimanya. Makanya dia mainkan sandiwara tadi..."
"Hmm... Jadi begitu rupanya." Tuan Woge yang berdiri di samping mengangguk paham. "Dari kecepatan maksimum Fei Lian Jiao-nya... Seandainya dia benar-benar ingin kabur, pasti sudah lolos sejak Kapten melemparkan kerikil sebagai sinyal serangan. Pilihannya tetap disini... Entah percaya diri bisa menang, atau punya agenda lain."
“Benar.” Janggut Hitam mengambil alih pembicaraan dan menatap Neslu di sampingnya, “Dan saat kau terkena anak panah cahaya, tujuannya sudah tercapai; seharusnya dia segera mundur saat itu juga, tapi dia masih belum buru-buru pergi... Karena dia cukup pintar, dia tahu setidaknya harus melakukan satu percobaan serangan efektif dan kuat lagi untuk mengalihkan perhatian kami dan menyembunyikan trik kotor yang dia tinggalkan.”
“Eh...” Otak Neslu tidak terlalu cepat, tapi masih lebih baik daripada saudara Mark, dia bisa mengikuti alur pikiran kapten, “Heh... hehe...” Setelah memahaminya, dia tertawa, “Lalu sekarang, bukankah usahanya sia-sia belaka?”
“Bukan cuma sia-sia...” Janggut Hitam menghancurkan kerikil cahaya di tangannya dan menaburkannya ke angin, “Jurus terakhir yang dilancarkan nak ini padaku... jelas sudah melampaui batas kemampuannya. Saat cahaya putih hampir menutupi penglihatanku, aku jelas melihat... tangannya meledak seperti tanganku.” Dia mengangkat bahu sambil tersenyum jahat, “Hmph... Inilah yang disebut ingin mencuri ayam malah kehilangan beras.”
