Pada detik itu, tatapan kedua pihak bertemu, aura perang tak perlu diucapkan.
Pertarungan level dewa siap meletus.
Namun, tepat di saat ini.
Dari formasi cahaya pintu masuk yang belum menutup di belakang gerombolan Janggut Hitam, tiba-tiba muncul empat sosok.
"Wah~ ramai juga." Feng Bujue yang berjalan di depan langsung berkomentar sambil tersenyum melihat situasi.
“Hmph?” Janggut Hitam menoleh mendengar suara itu, raut wajahnya langsung menunjukkan keraguan, “Kalian…” Saat mengucap dua kata ini, pandangannya beralih ke Hong Hu, “Tidak… Seharusnya kukatakan… ‘Kau’ nak ini… Lumayan juga kerjamu.”
“Cepat sekali kau menyadarinya…” Hong Hu juga menatap Janggut Hitam sambil bergumam berat, “Benar-benar orang yang waspada…”
“Hmph…” Janggut Hitam berkata, “Jika benar waspada, takkan sampai sekarang baru terpikir…” Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, “Kukira… Kau ingin menggunakan ledakan arwah bunuh diri itu untuk menyamarkan anak panah pelacak sebelumnya, tak disangka… Kau malah memakai pola pikir terbalik, dengan rencana berlapis; Kau sengaja membuatku berpikir seperti itu, mengira sudah (counter) caramu melacak. Tapi sebenarnya, anak panah pelacak itu hanya umpan, penanda sebenarnya yang kau gunakan untuk melacakku adalah… Darah dalam tubuhmu yang terciprat saat kau mengaktifkan jurus itu.”
“Benar, kau memang kurang waspada.” Detik berikutnya, Feng Bujue menyambung bicara, “Membongkar teknik ini sekarang sudah jadi komentar telat… Lagipula, setelah masuk ke ruang fase, kau tidak segera mematikan pintu masuk, memungkinkan kami menyusul… Ini jelas kelalaian.”
“Ha…” Mendengar ini, Mata Gila tertawa sebelum Janggut Hitam sempat menjawab, “Bukan tidak mau mematikan, tapi tidak bisa.”
“Oh?” Feng Bujue melirik ke arahnya dengan ekspresi penginterogasian.
“Seperti yang dia katakan……” Janggut Hitam mengangkat bahu, memandang Jue Ge menjelaskan: “Cara saya membuka ruang harta karun, tentu berbeda dengan kalian ‘pemburu harta’. Kalian tidak tahu ‘mantra’ segel pintu masuk, jadi kalian semua masuk dengan memanfaatkan kekuatan ‘item kunci’ melalui teleportasi; Sedangkan saya, benar-benar ‘membuka’ pintu masuk dengan mantra.”
“Oh~” Snow mengangguk paham, menyambung, “Artinya… membuka dan menutup segel harus dilakukan dari ‘luar’ ya?”
“Itu sudah tidak relevan.” Janggut Hitam menyela, “Karena kalian sudah masuk… Mari kita bicara tentang syarat-syaratnya, bagaimana?”
“Ingin kami membantumu…” Feng Bujue berjalan perlahan mendekati Tiga Puluh Tiga, tatapannya tertancap pada tubuhnya, “…bersama mengalahkan dia, ya?”
“Aku tidak akan berbelit-belit dengan orang pintar sepertimu.” Janggut Hitam berkata, “Mari bekerja sama membasmi Derivator ini. Harta karun di sini… bisa kubagi sepertiga untuk kalian.”
“Ha! Hahahahaha…” Feng Bujue tertawa terbahak-bahak mendengarnya.
Tawanya belum reda ketika dia sudah berdiri di samping Tiga Puluh Tiga.
Mata mereka bertemu, diam sejenak. Akhirnya Jue Ge yang memecah kesunyian: “Kalau begitu… berapa bagian untukku?”
“Aku tak butuh bantuanmu.” Tiga Puluh Tiga menjawab, “Kau cukup menonton dari samping. Setelah aku membereskan segalanya, aku hanya akan mengambil satu barang dari harta itu. Sisanya bisa kau ambil semua.”
Sebelum suaranya habis, Feng Bujue sudah menoleh ke Janggut Hitam: “Kau dengar?”
Janggut Hitam diam seribu bahasa, ekspresinya berubah suram.
“……Feng Bujue, ini tidak bisa kubiarkan.” Namun, Chi Tie (Ken) yang berdiri di belakang kerumunan tidak akan membiarkan situasi berkembang begitu saja, "Jika Tiga Puluh Tiga berhasil melahap kekuatan Janggut Hitam, selanjutnya..."
"Lalu kenapa?" Feng Bujue menyela sebelum lawan bicaranya selesai, "Kemampuannya akan lepas kendali dari Organisasi Z? Melebihi Nomor Nol? Bahkan mengancam Sistem?"
"Hah?" Chi Tie terdiam sejenak, "Bukankah ketiga contoh dalam ucapanmu itu sendiri sudah cukup berisiko?"
"Tentang risiko, aku punya penilaian sendiri." Feng Bujue menjawab, "'Kekuatan tanpa batas pasti berbahaya' hanyalah penilaian Nomor Nol. Aku tak pernah bilang setuju."
"Hah?" Ekspresi Chi Tie semakin dramatis, "Tunggu, tunggu... Kau tahu kan, empat orang yang dikirim untuk membunuhmu sebelumnya adalah utusannya?"
"Tentu." Feng Bujue menjawab dengan nada wajar, "Ini hanya membuktikan... dia berusaha 'mengeluarkanku dari Quest sebelum aku menyadari keberadaannya'. Niat ini tak cukup membuktikan ancaman apapun."
Percakapan mereka membuat kelompok Janggut Hitam, Hong Hu, dan Snow terdiam bingung tanpa celah untuk menyela.
Dalam keheningan yang aneh selama beberapa saat, Yi menguasai tubuh Ken dan berkata pada Jue Ge: "Lalu... sekarang apa rencanamu?"
"Hē hē..." Inilah momen yang ditunggu Feng Bujue, "Aku punya proposal." Dia berhenti setengah detik, "Transaksi tiga pihak."
“Bagaimana cara transaksinya?” Janggut Hitam yang pertama kali menyahut.
Sebagai seorang kapten bajak laut yang licik dan berpengalaman, dia sangat paham bahwa saat ini dirinyalah pihak yang terlemah. Kesempatan untuk menghindari konflik fisik seperti ini harus dia manfaatkan sebaik mungkin.
“Aku juga ingin mendengarnya.” Tiga Puluh Tiga menambahkan.
“Hmm...” Snow melirik ke kiri-kanan, tertawa kering lalu berkata pada Jue Ge, “Kami termasuk dalam pihakmu, bukan? Jika kamu adalah pihak keempat... setidaknya beri tahu kami terlebih dahulu...”
“Baik.” Feng Bujue sekali lagi dengan kasar menyela pembicaraan orang lain, “Dalam transaksi, tentu kita semua harus saling mengalah...” Dia pertama kali menunjuk dirinya sendiri, “Dari sisi kami para pengelana antar dimensi, permintaannya tidak muluk...” Dia menatap Janggut Hitam, “Hanya meminta satu salinan terjemahan asli 《Ramayana》, plus memilih sepuluh atau delapan item tidak terlalu penting dari harta karun ini sebagai kenang-kenangan. Tidak berlebihan, kan?”
“Dari sudut pandang seorang bajak laut... bisa diterima.” Janggut Hitam bergumam berat.
Jawabannya sangat diplomatis, karena subteks dari kalimat ini kira-kira adalah——“Dari sudut pandang pribadi, buat draf tuan besar!”
“OKOK...” Feng Bujue tersenyum sinis, berbalik ke Tiga Puluh Tiga, “Permintaan pihak Tiga Puluh Tiga sudah dia utarakan tadi. Itu... kamu hanya mau satu benda, bukan?”
Tiga Puluh Tiga tidak menanggapi Feng Bujue, melainkan langsung menatap Janggut Hitam: “Aku ingin 【Dasi Merah Bos Citywork】 yang kamu simpan di 'Ruang Dalam'. Barang lain tidak menarik bagiku.”
"Apa?" Janggut Hitam jarang menunjukkan ekspresi terkejut dan ragu, "Kau hanya menginginkan barang itu?"
"Apa yang spesial dari benda itu?" Feng Bujue mengambil kesempatan untuk bertanya.
"Orang yang memakai dasi itu akan langsung menderita gangguan kepribadian ganda." Kata Janggut Hitam.
"Hanya itu saja?" Saat Jue Ge mengejar pertanyaan ini, ia melirik Tiga Puluh Tiga dengan sudut pandang.
"Ya, hanya itu." Jawab Janggut Hitam.
"Lalu mengapa kau menyimpannya di 'ruang dalam'?" Tanya Feng Bujue.
"Tentu saja untuk mencegah penjagaku yang penasaran atau bosan memakainya, lalu melakukan... hm... Tuhan tahu apa yang akan dilakukannya." Gumam Janggut Hitam.
"Oh." Feng Bujue mengangguk, "Kalau begitu... kau setuju dengan syarat ini?"
"Sebelum menyetujui, aku punya pertanyaan... untuk Nona Derivator itu." Janggut Hitam bukan tipe yang mudah patuh, meski dalam situasi tidak menguntungkan, ia tetap berusaha mendapatkan sedikit keuntungan.
"Tanya." Balas Tiga Puluh Tiga dengan tenang.
"Penjaga yang bertugas mengawasi harta karunku..." Janggut Hitam sengaja tidak menyebut bahwa penjaga itu adalah putranya, juga tidak menunjukkan sikap kepedulian layaknya seorang ayah agar lawan tidak berbohong setelah mengetahui informasi ini "...apakah sudah kau bunuh?"
"Aku tidak tahu maksudmu." Jawab Tiga Puluh Tiga tanpa berpikir, "Saat aku masuk ke ruang ini, tidak ada siapa-siapa di sini."
"Hm..." Janggut Hitam bergumam, "Ini... tidak mungkin..."
Makna perkataannya sederhana - "Aku tidak percaya".
"Kalau begitu saya tidak tahu... Saya juga tidak lama tinggal di pulau ini." Tiga Puluh Tiga berkata, "Mungkin... saat saya tidak ada di pulau, terjadi sesuatu antara penjagamu dengan beberapa Sembilan Dewa, atau dengan para pengkhianat dari Gereja Huanmo. Situasi spesifik... bisa kau selidiki sendiri." Dia berhenti sejenak, "Menurut perkiraanku, seharusnya masih ada beberapa penyintas di pulau ini."
"Mengerti..." Janggut Hitam adalah orang yang sangat rasional, setelah sedikit analisis, dia menilai sekitar 80% perkataan Tiga Puluh Tiga benar, "Baik... akan saya urus sendiri, semoga kau..."
"Tenang." Tiga Puluh Tiga tahu apa yang ingin dia katakan, lalu menyela, "Orang-orang itu sudah tidak berguna bagiku, terserah kau... mau diapakan."
"Hmph... Baguslah." Janggut Hitam menyeringai dingin, lalu mengalihkan pandangannya ke Jue Ge, "Feng Bujue, kau bicara transaksi tiga pihak, tapi sejauh ini... saya terus dirugikan. Bisa kau jelaskan... apa keuntungan pihak saya?"
"Mendapat semua harta karun yang tersisa selain item yang kami ambil, dan bisa keluar hidup-hidup, masih kurang?" Suara Feng Bujue juga menjadi dingin, ekspresi dan nada bicaranya penuh tekanan.
"Hē hē... Membawa harta yang memang sudah milikku... dan nyawaku sendiri?" Janggut Hitam tertawa getir, "Baiklah, terdengar adil."
"Kalau tidak ada keberatan, transaksi ini akan..." Feng Bujue berusaha mempercepat proses sebelum momentum hilang.
Tapi, Chi Tiedan dan Yi tentu tidak akan hanya berdiam diri.
“Feng Bujue.” Suara Chi sekarang sudah tidak ramah lagi, "Bolehkah saya berasumsi... dalam masalah Tiga Puluh Tiga, Anda sudah memihak ke pihaknya?"
"Aku tidak bilang begitu." Jue Ge menyahut, "Satu urusan satu penyelesaian. Setelah transaksi tiga pihak ini selesai, kita bisa pelan-pelan bahas ini..."
Kata "urusan" terakhir belum sempat keluar, tiba-tiba sesuatu yang sama sekali tidak diantisipasi Jue Ge terjadi...
"Maaf..." Saat mengucap permintaan maaf ini, tangan Tiga Puluh Tiga telah menembus bagian belakang jantung... dan melubangi dada Feng Bujue, "Jika memungkinkan... kumohon tinggalkan Taman Horor untuk sementara waktu."
"Kau..." Feng Bujue memutar kepala perlahan, seolah ingin mengatakan sesuatu.
Sementara Tiga Puluh Tiga tetap menunjukkan ekspresi dingin, menundukkan pandangan untuk menghindari tatapan Feng Bujue.
Perkataan Jue Ge terhenti karena seketika itu, aliran cahaya berwarna-warni mulai menyebar dari lukanya... dan dengan kecepatan luar biasa mulai menggerogoti tubuhnya.
"Sial!" Melihat ini, Chi yang pertama bergerak. Dalam sekejap, dia sudah berada di samping Tiga Puluh Tiga, bersiap menebas lengan lawannya dengan tendangan pisau.
Namun...
"Kalian tidak akan bisa." Suara Tiga Puluh Tiga terdengar melankolis sementara tangan satunya menunjuk ke arah Chi, ujung jarinya mengeluarkan kilatan cahaya.
Seketika, riak-riak transparan mekar di udara, membungkus besi merah seperti riak-riak cairan, membuat tubuh yang secepat kilat itu terhenti mentah-mentak di udara.
"Ini... sungai... waktu..." Di detik berikutnya, suara besi merah dan sayap tumpang tindih keluar dari tenggorokan Ken, tapi baru setengah kalimat terucap, suara mereka pun ikut "terhenti".
