Feng Bujue hanya membutuhkan dua puluh menit untuk mencapai "Hotel Alfred" yang ditunjukkan oleh quest.
Tanpa perlu bertanya jalan atau menggunakan kendaraan, dia hanya mengikuti sekumpulan turis yang baru turun dari kapal pesiar ke satu arah, dan berjalan hingga tiba di tujuan.
Lagipula... pulau ini sangat kecil. Meskipun ada beberapa penginapan, hanya satu yang layak disebut "hotel".
Sesampainya di ambang pintu hotel, Feng Bujue tidak langsung masuk. Dia berdiri di jalan, mengamati lobi melalui dinding kaca sejenak, lalu berbalik pergi.
Sebagai orang yang efisien, Jue Ge tentu tidak akan ikut antrean check-in di jam sibuk. Tanpa bagasi yang perlu disimpan, lebih baik menggunakan "waktu mengantre di lobi" untuk hal lain.
Maka dimulailah perjalanan survei keliling pulau Feng Bujue...
Cuaca hari itu cerah, suhu tidak terlalu panas, kelembapan khas pantai dan angin kencang pun tidak terlalu terasa.
Feng Bujue menemukan toko sewa sepeda dekat hotel. Dengan kemampuan negosiasi luar biasa dan bakat tawar-menawar khas orang Tionghoa, dia berhasil menyewa sepeda dengan harga yang membuat pemilik toko bertanya-tanya "apakah aku ditipu?".
Lalu, dengan membawa "panduan wisata" yang diambil dari bos, ia mengayuh sepeda yang praktis dipinjam tanpa jaminan, memulai perjalanan menyusur jalan lingkar pulau.
……
Pulau Kociqieti adalah kota wisata khas. Tempat seperti ini selalu punya kesamaan unik: turis sangat menyukainya, pedagang enggan berkomentar, pemuda asli kebanyakan ingin pergi atau sudah pergi, sementara lansia di pulau bersikap ingin menghabiskan sisa umur di sini.
Begitulah kehidupan di pulau ini——tinggal sehari bagai surga, sebulan seperti dunia manusia, seumur hidup... nyaris tak ada yang bertahan selamanya, bahkan para lansia pun tak menghabiskan seluruh hidupnya di sini.
Di luar kemeriahan musim turis, pulau ini hanyalah kota pulau dengan ekonomi dan taraf hidup relatif tertinggal sepanjang tahun.
Kamar hotel mewah, fasilitas umum kelas satu, produk-produk modern... semua itu untuk turis; penduduk pulau tak sanggup membiayai gaya hidup itu, mereka hanya hidup biasa layak warga kota tingkat dua-tiga.
Selain pariwisata yang hanya menguntungkan beberapa bulan setahun, yang sesungguhnya menopang ekonomi dan stabilitas sosial di Pulau Kociqieti... adalah tuna.
Atau lebih tepatnya... "Perusahaan Herbert".
Empat puluh tahun lalu, ketika Old Herbert berlayar dengan kapal nelayan kecilnya yang reyot, pasti tidak pernah terbayangkan... suatu hari dia akan menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh di pulau ini, bahkan di seluruh Wales.
Kini, fotonya telah tersebar ke seluruh Eropa bahkan dunia, tentu saja... tercetak di berbagai kaleng ikan.
Tujuh tahun lalu, Old Herbert meninggal karena penyakit. Putra sulungnya, John Herbert, mengambil alih perusahaan. Kini sebagian besar penduduk yang menetap di Pulau bekerja untuk John.
Armada penangkapan ikan, pabrik pengalengan ikan, perusahaan logistik... Perusahaan Herbert menyediakan lapangan kerja bagi hampir semua penduduk dewasa di pulau. Meskipun "Hotel Alfred" tidak dioperasikan keluarga Herbert, mereka juga berpartisipasi dalam investasi.
Selain itu, bahkan polisi dan pegawai negeri yang jumlahnya terbatas di pulau ini, dalam menjalankan tugas pun harus memberi muka kepada keluarga Herbert. Pada dasarnya... keluarga mereka juga bekerja di pabrik milik Herbert.
Singkatnya, bagi penduduk yang tinggal menetap di sini, pulau ini lebih pantas disebut "Pulau Herbert" daripada "Pulau".
……
Waktu yang dibutuhkan untuk mengelilingi pulau ternyata lebih lama dari perkiraan Feng Bujue. Di satu sisi karena stamina karakter dalam quest ini lebih buruk dibanding kondisi aslinya di realitas, di sisi lain karena dia sering berhenti selama bersepeda untuk berbicara dengan orang-orang yang ditemui.
Pada waktu senja, Jue Ge baru kembali ke titik awal. Saat mengembalikan mobil, ekspresi pemilik toko seolah berkata: "Jika aku sepuluh tahun lebih muda, sudah kuhabisi kau."
Feng Bujue juga merasa malu, lalu menambahkan sedikit uang. Diam-diam ia mengambil sebotol minuman dan dua kantong camilan milik bos...
Sambil berjalan sambil makan, ia kembali berjalan kaki menuju Hotel Alfred.
Saat ini, lobi hotel sudah jauh lebih sepi. Dengan santai Feng Bujue mendekati resepsionis untuk check-in. Seperti dugaannya, tamu "lajang tanpa permintaan khusus soal kamar" seperti dirinya mudah mendapatkan ruangan.
Tanpa barang bawaan, ia tak perlu diantar. Langsung mengambil kartu akses di resepsionis dan naik ke lantai atas.
Begitu kartu menyentuh tangannya, Sistem suara berbunyi: [Quest telah diselesaikan]
Feng Bujue membuka menu permainan. Tanda centang sudah muncul di samping quest [Menginap di Hotel Alfred], dengan quest baru di bawahnya: [Menunggu kasus terjadi].
"Sungguh blak-blakan..." gumam Jue Ge sambil berdiri di depan lift.
Ding——
Kebetulan, lift baru saja tiba.
Dari balik pintu lift yang terbuka perlahan, muncul bayangan manusia.
"Itu seorang pria paruh baya, terlihat belum genap empat puluh tahun; penampilannya biasa saja, setidaknya di Eropa Barat, ciri khas suku Saxon seperti ini sangat umum; ia mengenakan setelan jas gelap, di kepalanya terpasang topi Panama yang tampak masih baru; pinggiran topi sengaja ditarik rendah, seolah ingin menyembunyikan wajahnya."
Saat Feng Bujue dan pria paruh baya ini saling berpapasan, tidak ada kontak mata apalagi anggukan salam, mereka hanya saling melewati dengan biasa, tak satupun menunjukkan keanehan.
Tapi, dalam dua detik itu, hati Feng Bujue telah menyimpulkan - orang ini, mungkin terkait dengan kasus yang akan segera terjadi.
Karena...hanya dari sekali berpapasan, Jue Ge sudah menebak identitasnya, bahkan menemukan jejak-jejak samar yang mungkin menjadi petunjuk dari tubuhnya.
"Hei! Tunggu!"
Beberapa detik kemudian, ketika pintu lift sudah tertutup setengah, tiba-tiba suara pria terdengar dari luar disertai derap langkah kaki yang tergesa.
Pikiran Feng Bujue terpotong oleh teriakan itu, namun ia tetap menekan tombol buka.
Tak lama, pintu lift terbuka kembali, memperlihatkan sosok yang tadi berteriak "tunggu" di ambang pintu.
"Haa...haa...terima kasih..." ujarnya sambil terengah-engah masuk ke dalam lift.
"Feng Bujue" mengamati pemuda di hadapannya dengan saksama: Pakaian pemuda ini sekilas terlihat biasa, tapi bagi yang paham kualitas akan menyadari... pakaiannya sebenarnya merek mahal dengan desain yang sederhana; Dari tampang, terlihat jelas dia masih pelajar, mungkin belum dua puluh tahun, tingginya hampir sama dengan "Jue Ge" tapi tubuhnya agak kurus; Dari wajah dan logat bicara, kemungkinan besar pemuda ini orang Tionghoa, dan omong-omong... dia cukup tampan.
Yang istimewa dari pemuda ini adalah... tas olahraga di bahu kanannya yang resletingnya tidak ditutup rapat. Seekor kucing sedang mengeluarkan kepalanya dari celah resleting yang terbuka itu, menengok ke luar.
Entah mengapa... pandangan kucing itu terus tertuju pada pria paruh baya yang semakin menjauh di luar lift.
