Pintu lift tertutup, tapi pandangan Feng Bujue masih tertancap pada pemuda dan kucing itu.
Entah kenapa, begitu melihat manusia dan kucing ini, Jue Ge merasakan getaran aneh yang familiar dan bahkan agak akrab.
Feng Bujue sendiri bingung dengan perasaan ini. Dia segera membuka "pencarian" di loteng ingatannya, namun... tidak ada kenangan tentang orang atau kucing ini sama sekali.
"Tuan, mau ke lantai berapa?" Suara pemuda itu beberapa detik kemudian menyela lamunan Feng Bujue, membuatnya tersadar.
“Hmm...” Feng Bujue bergumam, lalu langsung menjawab dalam bahasa Mandarin (sebelumnya pemuda itu menggunakan bahasa Inggris, namun di Taman Horor Sistem akan menerjemahkan berbagai bahasa ke tingkat pemikiran pemain sambil mempertahankan pengucapan asli), "Lantai tujuh." Sambil berkata demikian, dia telah mengangkat tangan dan menekan tombol lantai tujuh.
"Kebetulan, saya juga tinggal di lantai tujuh." Mendengar itu, pemuda itu pun tersenyum dan merespons, serta beralih menggunakan bahasa Mandarin.
Pada titik ini, keduanya secara tidak langsung telah menunjukkan kewarganegaraan mereka. Dalam situasi "bertemu senegara di tanah asing" seperti ini, percakapan antara kedua pihak menjadi mudah terjalin.
"Hehe... Benar-benar takdir yang menarik." Feng Bujue segera menampilkan "senyum profesional"-nya dan mulai menjalin kedekatan, "Ngomong-ngomong, nama saya Feng Bujue." Dia memperkenalkan diri tanpa terkesan aneh sambil mengulurkan tangannya.
"Halo, nama saya Zuo Yan." Zuo Yan pun berjabat tangan dengan sopan.
"Zuo Yan?" Begitu mendengar nama itu, Feng Bujue langsung mengulanginya dengan cepat menggunakan nada bertanya. Ekspresi wajaknya mulai berubah di luar kendali.
Dalam sekejap itu, Jue Ge sebenarnya telah mengetahui identitas lawannya. Hanya saja... dia masih sedikit sulit mempercayainya.
"Hmm, iya. Ada yang aneh?" Zuo Yan bertanya dengan ragu.
"Izinkan saya bertanya..." Feng Bujue menyipitkan matanya sambil melirik kucing yang mengintip dari tas olahraga, "...apakah kamu mahasiswa Universitas Difeng?"
"Hmm?" Kali ini, ekspresi Zuo Yan yang berubah.
Dia berhenti sejenak, berpikir selama dua detik, lalu berkata: "Benar, saya mahasiswa Universitas Difeng. Hmm... boleh tahu bagaimana Anda mengetahuinya?"
Meski agak terkejut mengetahui seorang asing yang baru dikenalnya kurang dari dua menit bisa menyebut sekolahnya, Zuo Yan merasa hal ini sebenarnya tidak perlu disembunyikan.
"Aku..." Jue Ge hanya butuh setengah detik untuk menyusun alasan: "Sepertinya... aku pernah mendengar tentangmu." Sambil mencari penjelasan logis untuk pertanyaannya, dia sudah memulai uji coba lebih lanjut: "Apa benar kamu pernah membantu polisi memecahkan beberapa kasus?"
"Eh..." Zuo Yan menjawab sambil melirik kucing dalam tasnya, "Itu... hanya beberapa kali kebetulan ada di lokasi kejadian. Tidak bisa dibilang 'membantu'."
Ding——
Percakapan mereka terhenti ketika lift tiba di lantai tujuh.
Feng Bujue dengan santai memiringkan badan dan memberi isyarat tangan "silakan" untuk mempersilakan Zuo Yan keluar terlebih dahulu.
Melihat itu, Zuo Yan mengangguk kecil dan melangkah keluar lebih dulu.
Feng Bujue menyusul di belakangnya sambil melanjutkan topik: "Jadi itu dia... Sepertengar aku dengar dari teman polisi, tapi lupa detailnya."
Ucapannya bagai pertahanan tak tertembus...
Meski tak memberikan informasi spesifik, namun terdengar sempurna tanpa cela.
Karena saat mengobrol, orang sering hanya mengingat "masalah" yang mereka dengar, tapi belum tentu ingat siapa yang mengatakannya atau di mana mereka mendengarnya.
"Tuan Feng..." Zuo Yan seolah teringat sesuatu, ingin membalas ucapan.
"Jika tidak keberatan, panggil saja Jue Ge." Feng Bujue menyelanya dengan sikap ramah.
"Oh... Jue Ge." Zuo Yan melanjutkan, "Sepertinya... Anda punya banyak teman polisi ya?"
Reaksi Zuo Yan juga cepat. Hanya kata "teman polisi" yang benar-benar berguna dari ucapan Jue Ge, dan Zuo Yan langsung menangkap poin penting ini, lalu membuat kesimpulan logis berdasarkan konteks dan logika lawan bicara.
Untuk pertanyaan Zuo Yan ini, Feng Bujue tentu hanya bisa menjawab "ya". Karena hanya "orang yang punya banyak teman polisi" yang bisa lupa persis teman polisi mana yang memberitahunya; jika seseorang hanya punya satu teman polisi, mustahil dia berkata "dengar dari teman polisi tapi lupa siapa".
"Benar." Satu detik kemudian, Feng Bujue menjawab dengan tenang, "Sejujurnya, saya juga detektif. Kebetulan kenal beberapa teman polisi. Ngomong-ngomong... Petugas Qiao Chi yang terkenal di Yue Cheng itu, saya pernah temui beberapa kali, tapi tidak terlalu akrab."
Jelas bahwa saat mengucapkan kalimat sebelumnya, Jue Ge sudah merencanakan beberapa langkah perubahan berikutnya. Dia sengaja menggunakan pertanyaan Zuo Yan untuk membuat ucapannya terdengar lebih kredibel.
“Jue Ge……” Zuo Yan menyambung, “Mengapa kau bilang dirimu ‘juga’ seorang detektif……”
“Ha…… Bukankah kau juga seorang detektif?” kata Feng Bujue.
“Tidak, tidak……” Zuo Yan tetap rendah hati, “Aku hanya seorang manajer klub deduksi di universitas, membantu polisi itu kebetulan saja berada di lokasi kejadian……”
“Sudahlah, teman sekelas Zuo Yan.” Feng Bujue menepuk bahunya, “Tak perlu menjelaskan padaku……” Ia tersenyum sinis, “Sering muncul di berbagai lokasi kejadian kriminal, bukankah itu atribut khusus detektif terkenal?”
Sambil mengobrol, langkah mereka terus berjalan. Saat pembicaraan sampai di sini, Jue Ge tiba di depan pintu kamarnya.
“Eh~ Aku sampai.” Kata Feng Bujue sambil berhenti, “Kamu di kamar mana?”
“Seharusnya kamarku di ujung koridor, nomor 0716.” Zuo Yan menunduk melihat kartu akses dan amplop berisi denah lantai di tangannya.
“Oh.” Jue Ge menjawab santai, “Aku mungkin akan tinggal beberapa hari di pulau ini. Mari main bersama kalau ada kesempatan.”
“Hmm…… Baiklah.” Zuo Yan bicara agak lambat tapi tetap sopan, “Kalau begitu…… Sampai jumpa nanti?”
“Sampai jumpa.” Feng Bujue sudah membuka pintu kamar 0707 dengan kartu akses saat mengucapkan ini.
“Oh, iya!” Saat Zuo Yan berbalik hendak pergi, tiba-tiba Jue Ge seperti teringat sesuatu, “Tunggu dulu!”
“Masih ada urusan lain?” Zuo Yan menengok ke belakang sambil bertanya.
“Hē hē...” Feng Bujue tersenyum, “Hampir lupa bertanya...” Matanya berkedip samar, “Si kecil di dalam tasmu itu... namanya siapa ya?”
Zuo Yan mendengar itu, menunduk melihat kucing kecil yang sedang mengintip dari tas olahraga, lalu mengangkat bahu: “Dia bernama Vidocq.”
“Ah~ Nama detektif legendaris itu, kan?” Senyum Feng Bujue masih mengembang, pertanyaan retoris ini jelas disengaja.
“Benar.” Zuo Yan mengangguk menambahkan, “François Eugène Vidocq.”
