Meski telah mempersiapkan mental secara matang sebelum memasuki ruang login, Feng Bujue tetap terkejut saat membuka emailnya.
"Terakhir kali menerima email sebanyak ini... mungkin saat bertarung dengannya di Pertempuran Kupu-kupu S1 ya..." gumam Bujue frustasi menatap jumlah email yang mencapai lima digit.
Setelah melalui berbagai pembaruan, sistem sosial Taman Horor semakin kaya dan sempurna. Sejalan dengan itu, beberapa aturan terkait juga mengalami perubahan.
"Dalam versi saat ini, pertukaran email antar pemain menjadi sangat bebas, namun 'pengawasan' di tingkat Sistem menjadi lebih ketat; kemampuan Sistem saat ini dalam membedakan 'email sampah' telah meningkat pesat dibandingkan awal game, hampir setara dengan tingkat penyaringan manual oleh manusia."
"Selain kata-kata kotor, komentar menjijikkan tanpa umpatan, informasi sampah berisi kode acak, dan email iklan, sekarang berbagai cara kompleks... seperti puisi tersembunyi, sindiran kontekstual, gambar spesifik dari simbol-simbol, dll., semuanya bisa disaring oleh Sistem."
"Pemain yang mengirim email terblokir akan dilarang mengirim pesan ke objek tersebut dalam waktu lama; bahkan tanpa mengirim email bermuatan kejahatan, jika email pemain tidak dibalas dalam periode tertentu, ia tak bisa mengirim banyak email ke objek yang sama."
"Dapat disimpulkan mekanisme anti-gangguan game saat ini sangat efektif."
"Tapi... meski begitu, Jue Ge tetap menerima puluhan ribu informasi; bisa dibayangkan tanpa Sistem yang menghalangi, mungkin bukan lima digit tapi tujuh digit yang menunggunya..."
"Hmph... 'Aku sangat tidak bahagia, kamu brengsek'... 'Aku benci kamu'... 'Bisakah kau berhenti berdetak jantung sejenak'... 'Pasukan Pengawal Xu Huai Shang Datang, berikut adalah satu ratus juta karakter yang mungkin diblokir, waspadalah'..."
"Feng Bujue cepat-cepat membaca email-email itu, sementara sebagian besar kontennya membuatnya antara ingin tertawa dan menangis."
Karena adanya audit Sistem, orang-orang ini harus menguras otak untuk menemukan kalimat yang tidak akan diblokir agar email mereka bisa terkirim. Hasilnya... pesan yang akhirnya sampai terlihat sangat "disensor", sama sekali tidak membuat marah, malah terkesan agak imut.
Ding——
Jue Ge baru menonton sekitar dua menit ketika bunyi notifikasi tiba-tiba berbunyi, menandakan ada teman yang ingin melakukan panggilan.
Dia melirik jendela notifikasi—ternyata... itu adalah 【Xu Huai Shang】.
Setelah berpikir dua detik, Feng Bujue memilih "Hanya Audio (bisa video, tapi Jue Ge biasanya tidak memilih karena merasa tidak perlu)", lalu membuka percakapan dengan kalimat: "Halo."
"Halo," balas Xu Huai Shang.
"Serangan mendadukmu hari ini benar-benar smooth," langsung saja Jue Ge menambahkan nada mengejek setelah salam, "Bertindak dulu baru lapor, ya?"
"Ha..." Xu Huai Shang paham maksudnya, tertawa kecil, "Sepertinya kamu sedang sibuk mengurus email ancaman ya?"
"Iya, email-email dengan tingkat ancaman antara TK Kelas Besar dan Kelas Kecil ini benar-benar Mimpi Buruk," cela Feng Bujue.
"Tahan saja beberapa hari, nanti juga berkurang," kata Xu Huai Shang, "Tidak seperti aku... Setiap hari dapat gangguan seperti ini; selain ancaman, ada yang ngaku cinta, merayu, bahkan yang paling absurd—ada yang ngakuin dosa-dosa mereka padaku..."
“Kamu ya kamu, aku ya aku.” Kata Feng Bujue, “Kenapa tidak bilang kalau biasa keluar rumah tidak perlu antri atau bayar?”
Setelah kalimat itu, Xu Huai Shang terdiam sekitar dua detik sebelum melanjutkan, “Hei... Bagaimana kamu tahu aku sering tidak perlu bayar atau antri saat keluar?”
“Tenang, aku bukan penguntit.” Feng Bujue tahu pikirannya sudah melenceng 80%, “Ini cuma dugaan logis.”
Detik berikutnya, suara Xu Huai Shang langsung meninggi: “Aku minum kopi di kafe, dari pelayan sampai manajer bilang aku pelanggan beruntung yang tidak perlu bayar... Ini salahku? Main ke taman hiburan, selalu ada orang di depan antrian yang mengajakku bergabung... Ini juga salahku? Aku juga merasa terganggu!”
“Urusanmu!” hardik Feng Bujue, “Lapor ke orangtua! Pakai masker dan kacamata hitam kalau keluar!”
Keduanya tiba-tiba saling berteriak, lalu diam membeku beberapa detik.
Xu Huai Shang yang pertama menarik kembali topik: “Sudah, bahas urusan resmi. Bolehkah aku gabung ke guild kalian?”
“Tidak.” Jawab Feng Bujue tanpa pikir panjang.
“Kenapa?” tanya Xu Huai Shang.
“Guild kami sangat low-profile.” Kata Feng Bujue.
“Hah?” Nada Xu Huai Shang sepertinya ingin tertawa tapi ditahan, “Tahukah kamu popularitasmu sendiri sudah melebihi total pemain kebanyakan studio? Lagipula Garis Depan Neraka adalah juara S2, masih bisa low-profile bagaimana lagi?”
"Jadi sekarang maksudmu ingin membuat popularitas guild kami langsung meningkat lebih dari dua kali lipat?" Feng Bujue membalas bertanya.
"Aku tidak terlalu peduli dengan hal-hal itu." Xu Huai Shang berkata, "Yang kuketahui adalah guild kaliam sangat kuat, dan atmosfer timnya juga menurutku sangat bagus."
"Masih ada lagi?" Feng Bujue menyambung.
Xu Huai Shang tertegun sejenak: "Masih ada apa?"
"Alasan kunci lainnya yang belum kau sebutkan kan?" Feng Bujue menanggapi.
"Hmm..." Xu Huai Shang ragu sejenak, setelah berpikir ia merasa hal ini tidak bisa disembunyikan dari Feng Bujue, akhirnya berkata, "Baiklah... Menurutku bergabung dengan kalian memberi peluang besar untuk memenangkan S3."
"Ah~ Nah~ gitu dong." Feng Bujue berkata dengan nada puas diri, "Kalau mau numpang kekuatan ya bilang langsung, kalau dari awal jujur mungkin aku akan pertimbangkan."
"Lalu sekarang pertimbanganmu bagaimana?" Xu Huai Shang mulai terlihat tidak sabar, langsung mengejar dengan pertanyaan.
"Tetap tidak bisa." Kekuatan jahanam Feng Bujue sedang meningkat.
"Kenapa..." Xu Huai Shang menggumamkan setiap suku kata, "Te-tap-ti-dak-bi-sa?"
"Karena guild kami tidak hanya sangat low profile, tapi juga demokratis." Feng Bujue menjawab, "Aku sendiri tidak punya hak memutuskan boleh tidaknya kau bergabung, harus bertanya dulu ke anggota lain."
"Asal mereka semua setuju, kau akan setuju?" Xu Huai Shang bertanya.
"Ya." Feng Bujue mengangguk, "Tapi... Harus semua anggota guild setuju bulat, satu suara veto pun tidak boleh ada."
"Guild kalian total cuma lima orang kan?" Xu Huai Shang menyahut.
"Betul, jadi setiap tiket sangat penting." Jue Ge menjawab dengan nada seolah itu hal yang wajar, "Bayangkan tempat kita seperti Dewan Keamanan PBB, setiap anggota punya 'hak veto'."
"HO~ Meski aku tak pernah dengar guild kita punya aturan begini, tapi kalau kau sudah bilang begitu, kuharap kau juga akan konsisten melakukannya di masa depan."
Tiba-tiba, suara orang lain terdengar dari saluran komunikasi.
Nada bicaranya mirip 90% dengan Jue Ge, tapi suaranya jauh lebih merdu daripada Jue Ge.
"Hah?" Reaksi pertama Jue Ge adalah mengira salah dengar, "Apa yang terjadi? Ruo Yu?"
"Sebenarnya kami berempat sudah ada di sini dari awal..." Lanjut suara Xiao Tan dari seberang.
"Ada di... mana?" Feng Bujue bertanya sambil berpikir.
"Di ruang rapat Kakak Shang..." Jawab Xiao Tan.
"Baru sebentar saja kau sudah mengakui kakak baru ya?" Feng Bujue langsung mencela secara instingtif, "Ngomong-ngomong pulangmu cepat sekali? Habis makan hotpot tak BAB dulu? Masuk game lebih cepat daripadaku!"
Suaranya semakin tinggi karena sadar percakapannya dengan Xu Huai Shang ternyata disaksikan diam-diam oleh empat anggota Garis Depan Neraka. Meski tak ada ucapan mencurigakan, perasaan diawasi tanpa sepengetahuan ini tetap tak nyaman.
"Jadi... situasinya sudah kau pahami." Beberapa detik kemudian, suara Xu Huai Shang kembali, "Kalau tiketmu tak masalah, datanglah ke ruang rapatku untuk menambahkanku... Ketua guild."
……
Saat Feng Bujue diundang masuk ke ruang rapat Xu Huai Shang, keempat orang yaitu Ruo Yu, Xiao Ling, Xiao Tan, dan Nona An sudah menunggu lama di sana.
Yang mengejutkan Jue Ge, Dewi Xu ternyata mendesain ruang rapatnya mirip "ruang latihan". Hampir tidak ada fasilitas hiburan, kecuali area sekitar meja rapat, bahkan tidak ada tempat duduk nyaman di seluruh ruangan.
"Hmm... Jadi begini rupa ruang rapat pemain profesional... Memang patut dicontoh." Setelah masuk, Feng Bujue langsung duduk di samping para hadirin sambil melihat ke sana kemari tanpa sungkan.
"Tidak semua pemain profesional mendesain seperti ini," kata Xu Huai Shang. "Setidaknya studio tempatku dulu tidak memberikan persyaratan khusus untuk aktivitas di area istirahat..." Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Tata letak sekarang hanyalah preferensi pribadiku... Kadang saat menunggu rapat, daripada menganggur, lebih baik menggunakan waktu itu untuk berlatih."
Jelas terlihat, Xu Huai Shang yang dijuluki "jenius" oleh 【Meng Jingchan】 tidak hanya berbakat luar biasa dalam game, tapi juga pemain yang sangat tekun.
Faktanya, dia mungkin pemain profesional paling rajin yang masih aktif saat ini.
Dari era awal perkembangan e-sport yang menggunakan keyboard dan mouse, hingga masa depan di mana game holografik semakin populer, diskriminasi terhadap pemain perempuan di lingkaran game profesional tidak pernah berhenti; Seiring perubahan zaman, meski persepsi masyarakat perlahan berubah, hingga hari ini masih banyak orang yang berpegang pada stereotip "teknik bermain game pemain perempuan pasti lebih lemah dari pemain laki-laki". Begitu menyebut pemain perempuan, fokus perhatian mereka langsung tertuju pada penampilan fisik, lalu berbagai skandal asmara yang sengaja dihebohkan atau dipelintir.
Memang, sejak konsep "game elektronik" pertama kali diciptakan, kekuatan keseluruhan pemain laki-laki selalu luar biasa dominan. Terutama setelah dunia game mulai mengalami profesionalisasi, fenomena ini semakin mencolok; Untuk waktu yang sangat lama, kekalahan peserta laki-laki dari perempuan dalam kompetisi profesional merupakan kejadian langka. Jika sesekali ada pemain pria ternama yang kalah sekali saja, biasanya dia akan dikritik habis-habisan sampai harus pensiun, bahkan setelah pensiun pun masih terus mendapat celaan...
Namun, di era Feng Bujue dan kawan-kawan yang bermain game dengan teknologi koneksi saraf ini, jumlah dan kemampuan keseluruhan pemain perempuan telah menunjukkan peningkatan signifikan. Hal ini sedikit mengubah situasi yang disebutkan sebelumnya.
Xu Huai Shang bisa dikatakan sebagai figur bendera di era ini.
Dia merupakan pemain profesional perempuan pertama yang berhasil memenangkan kejuaraan individu berkali-kali dalam kompetisi internasional non-gender. Setidaknya hingga pertengahan abad ke-21, pencapaian ini belum pernah ada presedennya sebelumnya.
Mungkin bagi orang luar, wanita seperti Xu Huai Shang terlihat hanya mengandalkan wajahnya untuk menjalani hidup yang "mudah". Namun sebenarnya, justru karena penampilannya, jalan menjadi pemain profesional justru lebih berliku baginya.
Tak diragukan lagi, meskipun Xu Huai Shang sendiri tidak menginginkannya, ia tak terhindarkan menerima "perlakuan berbeda" di berbagai acara. Oleh karena itu, saat baru mulai berkarier profesional, selain berbagai bentuk pelecehan, ia juga terus-menerus dihadapkan pada keraguan dari banyak pihak.
Berkali-kali ia menerima perlakuan tidak adil justru karena menolak permintaan tidak pantas.
Prestasi yang ia raih dengan kerja keras pun kerap dikaitkan dengan "kecantikan wajah" atau "koneksi" oleh sebagian orang. Dan... banyak yang dengan sukarela mempercayai rumor tersebut.
Namun, ia bertahan... Pada akhirnya, game itu sendiri tidak akan berbohong.
Dengan usaha dan pengorbanan sepuluh bahkan puluhan kali lipat dari orang lain, akhirnya ia mendapatkan pengakuan para pemain di tingkat permainan. Akhirnya orang-orang mengalihkan perhatian dari penampilannya dan menyadari... bahwa ia adalah pemain profesional, salah satu yang terbaik.
Hanya Xu Huai Shang sendiri yang memahami betapa keras dan pahitnya perjalanan yang telah ia lalui.
"Saat ini, sebagai seorang pemain profesional, dia tidak perlu lagi membuktikan kekuatannya, tapi... masih ada satu penyesalan yang tersisa, yaitu belum pernah meraih gelar 'kemenangan tim'; karena itu, dengan bergabung ke Garis Depan Neraka kali ini, dia seperti mempertaruhkan harapannya pada Feng Bujue dan kawan-kawan..."
Tentu saja, Feng Bujue tidak mengetahui pengalaman dan pikiran-pikiran ini, pada dasarnya Jue Ge tidak begitu memahami Xu Huai Shang.
Tapi... sebagai perempuan, Ruo Yu memiliki perasaan yang jauh lebih peka dan tajam dalam hal ini dibandingkan Jue Ge; ketika melihat berita pemutusan kontrak Xu Huai Shang, dia sudah mulai mencurigai sesuatu... Setelah beberapa kali pengujian yang disengaja maupun tidak, meskipun Xu Huai Shang tetap tutup mulut, Ruo Yu telah mengerti bahwa pemicu peristiwa pemutusan kontrak antara Xu Huai Shang dan Hongying ini adalah beberapa keputusan yang dibuatnya saat pertandingan Hongying VS Garis Depan Neraka di S2.
Setelah mengetahui hal ini, perasaan campur aduk yang sulit diungkapkan muncul di hati Ruo Yu...
"Ngomong-ngomong... karakter di akunmu ini, beserta semua sumber dayanya, apakah semuanya akan menjadi milikmu setelah kontrak berakhir?" Feng Bujue tidak berkomentar banyak tentang "preferensi pribadi" Xu Huai Shang, dia langsung mengajukan pertanyaan yang lebih menarik baginya.
"Hm, semuanya milikku pribadi," jawab Xu Huai Shang, "Tapi... selama masa menjelang pemutusan kontrak, studio sudah menggunakan berbagai cara untuk mengambil kembali sumber daya yang bisa dipulihkan, dan sangat menghambat permainan normalku... Jadi sejak level maksimum dibuka sampai sekarang, levelku hampir tidak naik."
“Oh~” Lawan bicara belum selesai berbicara, Jue Ge sudah menyelesaikan beberapa kejanggalan yang belum terpecahkan di Kota Linlü, bergumam pelan, “Pantas saja...”
“Hmm... Intinya...” Feng Bujue kemudian menyapu pandangannya ke semua anggota tim yang hadir, “Kalau tidak ada keberatan, aku akan mengundang Dewi Xu bergabung?”
“Bagaimana kalau kamu ubah dulu panggilan untukku?” Xu Huai Shang menyahut.
“Hehe...” Wajah Feng Bujue langsung menampilkan ekspresi menjengkelkan saat mendengar itu.
“Kalau berani mengucapkan kata berawalan 'empat'...” Ruo Yu sekarang sudah bisa membaca bahan kritikan bahkan sebelum ucapan sampah Jue Ge keluar, “Besok pagi saat kami menyapa, mungkin akan terjadi insiden tak terkendali seperti konflik fisik.”
“Eh...” Feng Bujue yang terbaca dengan enggan menelan kembali ucapan sampah yang sudah di ujung lidah, lalu menatap Xu Huai Shang, “Kalau begitu kamu sendiri yang tentukan panggilannya.”
“Kamu lebih tua, panggil saja Xiao Shang.” Jawab Xu Huai Shang.
“Lalu muncul pertanyaan...” Feng Bujue dengan ekspresi serius berkata, “Di depan penggemar fanatikmu... seperti Pasukan Pengawal dan sejenisnya, apakah aku harus menyiapkan panggilan lain?”
“Tidak perlu, bagaimanapun kamu memanggil, sikap mereka padamu tetap akan seperti 'hukuman mati', 'pasti membunuh'...” Xu Huai Shang bahkan mengernyitkan matanya sambil menyelipkan kritikan.
"Hē hē……" Jue Ge tersenyum, "Baiklah……" katanya sambil memanggil menu permainan, lalu mengajak Xu Huai Shang bergabung dengan guild, "Selamat datang di keluarga besar Garis Depan Neraka." Dia berhenti sebentar setengah detik, lalu menambahkan, "Tentu saja, aku tidak bisa menjamin pasti bisa membawamu memenangkan juara S3 ya."
"Tidak." Namun, sebelum Xu Huai Shang sempat merespons, Ruo Yu menyela dengan nada sangat tegas, "Pasti kita menang……" Tatapannya tertuju pada Xu Huai Shang, "Bukan kami yang 'membantu'mu menang, tapi kita semua bersama-sama meraih……kemenangan S3."
