【Loading telah selesai】
【Peak Battle S3, Ronde Keempat】
【Lokasi: Reruntuhan Domain Haiyuan】
Setelah teleportasi selesai, peringatan sistem bergema di telinga anggota 【Periode Negara Berperang】 dan 【Aliansi Sampah】.
Kemudian, padang gurun bertaburan puing-puing tembok muncul di hadapan para hadirin.
Melihat sekilas, yang tersisa di tempat ini...hanya kastil yang remuk menjadi puing, parit pertahanan yang mengering, rumah penduduk dengan fondasi rusak, dan pohon kering yang patah...
Situasi ini membuat orang bertanya-tanya - apakah domain ini mengalami perang atau diserang monster?
【Pertandingan akan dimulai dalam tiga puluh detik】
Segera, "pertempuran perintis" dari lomba ini memasuki fase persiapan; saat sistem suara berbunyi, "perintis" dari kedua tim berubah menjadi cahaya putih dan masuk ke area.
Perintis dari 【Periode Negara Berperang】 adalah 【Sasaki Mei】.
Sedangkan perintis dari 【Aliansi Sampah】, ternyata...【Paman Fei Chai】?
Saat berdiri kokoh di arena dan melihat lawannya, Sasaki Mei juga terkejut dalam hati.
Sebagai penasihat strategi sekaligus tulang punggung tim 【Periode Negara Berperang】, Sasaki memiliki hak suara prioritas tinggi dalam penyusunan formasi tim; hari ini, dialah sendiri yang menempatkan dirinya sebagai perintis.
Alasannya...karena dia yakin, anggota yang akan dikirim lawan di babak pertama pasti adalah 【Qisha】 atau 【Tianma Xingkong】.
Prediksi ini cukup masuk akal. Semua orang tahu kemampuan tempur individu Qisha dan Xiao Ma Ge sangat kuat, namun kemampuan kerjasama mereka sangat buruk; mengingat kekuatan kedua pihak dalam lomba ini cukup seimbang dan kemungkinan besar akan bertarung sampai lima ronde, maka dari dua orang yang dianggap "hanya bisa bertarung solo" ini, setidaknya salah satunya pasti muncul di babak tunggal pertama.
Sasaki Mei memanfaatkan poin ini dengan menempatkan dirinya - yang paling cocok menghadapi duo tersebut - sebagai perintis.
Tapi kenyataannya - 【Aliansi Sampah】 justru mengirim Paman Fei Chai di babak pertama.
Dari segi posisi kekuatan Paman Fei Chai, menempatkannya di babak ketiga, wakil jenderal, atau jenderal utama adalah strategi terbaik. Tapi menempatkannya sebagai perintis...benar-benar di luar dugaan semua orang.
“Kita dijebak ya...” Beberapa detik kemudian, Sasakiaki dengan cepat menenangkan diri, lalu bergumam dalam hati, "'Jenderal Cerdik' Hong Hu... Benar-benar bukan nama palsu, mungkin dalam pertarungan 2 lawan 2 nanti... Masih ada jebakan lain yang direncanakan..."
Waktu persiapan terbatas, tak sempat ia berpikir panjang, sistem sudah mengumumkan 【Fight!】 sebagai tanda dimulainya pertandingan, penghalang isolasi pun lenyap seketika.
Namun, di momen pertarungan ini, kedua pihak sama-sama tidak bergerak setengah langkah pun.
Paman Fei Chai dengan kedua tangannya memegang sabuk jubah mandi compang-campingnya, berdiri santai; seluruh tubuhnya terlihat kendur, seolah tanpa kewaspadaan... Tapi di balik kacamata hitamnya, kedua matanya menatap tajam ke arah lawan, bahkan tidak berkedip sedikitpun.
Di sisi lain, Sasaki Mei jelas tidak "santai" seperti itu, setidaknya tangannya sudah menggenggam hulu katana, dan tubuhnya mengambil posisi bertarung dengan langkah maju satu kaki serta posisi menyamping menghadap musuh.
Mereka tetap dalam kondisi seperti ini, saling mengunci selama sekitar satu menit penuh, kemudian Paman Fei Chai tiba-tiba berbicara: "Sudah ketemu?"
"Ha..." Sasaki Mei terkekeh, "Kalau sudah ketemu, bukannya sudah kupukul sejak tadi?"
"Hm..." Paman Fei Chai bergumam, membentangkan kedua tangannya, "Yaah, aku juga belum menemukannya, ini susah nih."
Tidak diragukan lagi, mereka sedang membahas hal yang sama - kelemahan.
Di dunia shogi (catur Jepang) ada sebuah pepatah... "Formasi paling sempurna adalah kondisi sebelum permainan dimulai, ketika belum ada satu langkah pun yang dijalankan. Begitu satu langkah diambil, pasti akan muncul kelemahan."
Pada titik ini, permainan antara Paman Fei Chai dan Sasaki Mei persis seperti itu; meskipun posisi mereka berbeda, pada dasarnya keduanya berada dalam "kondisi sempurna tanpa celah sedikit pun", sehingga tak satu pun ingin mengambil langkah pertama.
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan..." Sasaki Mei berpikir beberapa detik, lalu melanjutkan, "Bukankah masih ada metode lain?"
Mendengar ini, alis Paman Fei Chai berkedut, senyum tipis mengembang di bibirnya: "Baiklah, aku siap kapan saja..."
Begitu kata-katanya menggema, Paman Fei Chai mengangkat dadanya, aura tempur di sekujur tubuhnya melonjak drastis, membentangkan medan pembunuhan tak kasat mata.
Sasaki Mei yang sudah bersiap sejak awal mengerahkan aura pedangnya yang maha dahsyat, seketika menahan tekanan aura lawan.
Maka pertarungan kedua orang ini berpindah dari ranah fisik menuju dimensi metafisik.
Di medan pertempuran, aura mengerikan semakin memadat. Dua kekuatan saling berpelintir di udara, tak mau mengalah... menyelimuti radius ratusan meter dalam atmosfer mencekam nan ganjil.
"Jadi... batas maksimalmu sampai di sini saja?" Beberapa saat kemudian, Paman Fei Chai-lah yang pertama memecah kesunyian.
Fakta bahwa ia bisa mengucapkan kalimat ini membuktikan... dalam waktu singkat konfrontasi tanpa kata itu, dirinya telah unggul.
"Dari nada bicaramu..." Keringat mulai mengucur di dahi Sasaki Mei yang membalas, "...sepertinya kamu masih menyimpan cadangan tenaga ya..."
"Bukan cuma sisa tenaga..." Paman Fei Chai tetap berpura-pura santai, melanjutkan, "Tingkat segini... aku bahkan belum pakai 50% kekuatan."
Ucapan ini tentu bukan yang sebenarnya, namun fakta bahwa Paman Fei Chai memiliki keunggulan kekuatan mentah setidaknya satu tingkat di atas Sasaki Mei, telah benar-benar dirasakan oleh pihak terakhir dalam pertarungan ini.
"Hmph... Baiklah, aku akan mencoba '50% kekuatan' mu itu!" Di detik berikutnya, Sasaki Mei mendengus dingin, melesat maju dengan langkah gesit.
Setelah menguji kesenjangan energi dengan musuh, dia tak punya alasan untuk terus bertahan melawan Paman Fei Chai (bertahan berarti kalah); Jika tidak bisa menang di level energi, satu-satunya jalan adalah menerobos formasi dengan tubuh, menghunus pedang menghancurkan musuh, mengandalkan jurus dan taktik untuk menang.
Tapi seperti yang kami katakan tadi... Saat kedua belah pihak tak memiliki celah, pihak yang menyerang duluan justru berada dalam posisi tidak menguntungkan.
Paman Fei Chai yang menggunakan prinsip "menggerakkan yang diam", penglihatan dinamisnya sepenuhnya menangkap lintasan gerakan dan alur jurus pedang Sasaki. Saat musuh tiba, Paman Fei Chai mengerahkan kedua telapak tangannya, mengeluarkan jurus 【Telapak Pengangguran & Bangkrut】 untuk menyambut, tepat menyerang titik lemah yang terbuka saat lawan mengeluarkan jurus.
Jika telapak ini mengenai, Sasaki Mei bisa mati atau setidaknya luka berat. Tapi Sasaki Mei bukan tipe yang mudah terkena serangan... Sebagai peserta bertipe otak, setiap langkahnya selalu meninggalkan cadangan; Kali ini, saat dia sadar jurus pertamanya sangat rentan serangan balik, mana mungkin dia bertindak tanpa taktik?
Kata orang, lambat dalam bicara tapi cepat dalam aksi!
Di antara kilatan listrik dan percikan api itu, Sasaki Mei mengerahkan jurus 【Pedang Sakit·Baling-baling Bambu】 ke samping, menghentikan momentum serangan pedangnya. Seketika, seluruh tubuhnya berputar membawa pedang dan berbelok tajam ke samping... Dengan jurus serangan berpindah ini, ia nyaris menghindari teknik telapak tangan Level S Paman Fei Chai, lalu melompat ke sisi belakang lawan.
"Kesempatan!"
Momen perang hilang sekejap, keputusan harus diambil tanpa ragu.
Melihat kekuatan telapak tangan Paman Fei Chai belum sepenuhnya surut, dengan sedikit pergeseran momentum saat menarik telapak tangan, Sasaki Mei segera memutuskan untuk mengeluarkan jurus pamungkas guna mengalahkan musuh dalam satu serangan.
Tiba-tiba, aura pedang Yin yang licik mengkristal di mata pedang. Seluruh Langit Bumi mendadak menjadi gelap gulita saat Sasaki Mei mengeluarkan jurusnya.
Ying——
Pedang menari, suaranya seperti angin berdentang.
Pada detik ini, dari sudut pandang penonton, tiba-tiba muncul dua baris tulisan di depan mata...
【Tiga Ratus Tahun Menjelang Ajal·Pendekar Pedang Sakit Tak Pernah Kalah】
Keempat belas karakter besar berwarna merah darah ini seolah-olah "terpahat" oleh pedang, tercetak beruntun di gambar siaran.
Setelah kedua baris tulisan itu muncul sepenuhnya, kelopak sakura pink berpendar cahaya redup mulai berjatuhan perlahan, menghapus lembut tulisan-tulisan tersebut.
Saat tulisan itu memudar, sinar matahari kembali menyinari bumi, mengusir kegelapan tadi yang datang begitu tiba-tiba.
Setelah gambar muncul, Sasaki Mei telah memasukkan pedang ke sarung dan berada dalam posisi membelakangi musuh; sementara Paman Fei Chai... terbaring tertelungkup di tanah, di bawah tubuhnya genangan darah besar sedang menyebar di tanah...
"MENANG!" Sasaki Mei yang masih belum bisa mengatur napas, sudah mengangkat tinju dengan satu tangan sambil berteriak pelan; Jelas terlihat, bisa mengalahkan jago seperti Paman Fei Chai dengan strategi kelemahan membuatnya sangat bersemangat.
Tapi dua detik kemudian, tubuhnya oleng dan dia berlutut satu kaki...
"Haa... Haa..." Setelah buru-buru menarik napas dalam-dalam beberapa kali, Sasaki Mei menelan ludah sambil berpikir dalam hati, "Kemampuan khusus gelar ini memang hebat... Tapi konsumsi energinya terlalu besar... Awalnya ingin menyimpannya sampai ronde akhir pertandingan... Ah, sudahlah, memaparkan kelemahan tetap lebih baik daripada kalah..."
Saat dia mulai memikirkan persiapan untuk pertandingan berikutnya...
"Ah~ Ah~ Darahnya banyak mengalir ya." Suara malas Paman Fei Chai kembali terdengar.
Kalimat tanpa makna dan santai ini, bagi Sasaki Mei bagaikan lonceng kematian, membuat Nilai Ketakutan-nya melonjak drastis.
"Bagaimana mungkin?" Detik berikutnya, Sasaki Mei buru-buru berdiri terhuyung-huyung dan berbalik badan.
Tapi tepat saat dia berbalik, sebuah tangan besar sudah mencengkeram tenggorokannya.
"Dari semua ilmu pedang yang pernah kujumpai, jurusmu ini mungkin teknik pembunuhan instan terkuat untuk target tunggal..." Paman Fei Chai menambah tekanan sambil berbicara, "Sayangnya... Aku bukan tipe yang akan mati hanya dengan 'dibunuh sekali'."
Khek——
Begitu ucapannya berakhir, suara patahnya tulang leher pun bergema.
Kepala Sasaki Mei langsung lunglai terkulai ke samping, matanya kehilangan cahaya.
Melihat itu, Paman Fei Chai melepaskan genggamannya, membiarkan "jasad" itu jatuh ke tanah dengan sendirinya...
"Huu... Beres." Paman Fei Chai menepuk-nepuk tangannya, menunjukkan ekspresi "selesai bertarung".
Saat ini, meskipun bekas tebasan pada jubah mandinya masih terlihat dan noda darah besar di dadanya belum kering, luka pedang di dada itu telah lenyap.
Pada titik ini, para penonton juga menganggap pertandingan telah berakhir; Peringkat Paman Fei Chai di Daftar Kekuatan Komprehensif memang lebih tinggi dari Sasaki Mei, hasil ini tidak terlalu mengejutkan.
Namun!
Sreeet——
Dentang pedang mengguncang keputusan yang telah mapan.
Kilau pedang membuka pertarungan tak terduga.
Siapa sangka... "Jasad" Sasaki Mei yang tergeletak lemas di tanah ternyata masih bisa bergerak!
Seseorang yang lehernya sudah patah, tidak hanya tidak mati, malah menyergap dengan pedang dingin dari bawah, menebas lutut kiri Paman Fei Chai hingga hancur.
Lalu, Sasaki Mei berdiri dengan cepat menggunakan gerakan aneh yang mirip "zombie mechanical dance", dengan kepala miring dan kembali mengambil posisi pertarungan.
